Tinta Media - Kemiskinan masih menjadi masalah dalam sistem kapitalisme saat ini. Pandemi Covid-19 memang sudah berlalu, tetapi dampaknya luar biasa bagi kehidupan manusia. Salah satunya ialah angka kemiskinan yang semakin meningkat.
Asian Development Bank (ADB), memperkirakan sekitar 152,2 juta penduduk Asia Pasifik hidup di bawah kemiskinan ekstrem. Peningkatan jumlah ini dipicu oleh pandemi Covid-19 dan inflasi yang tinggi akibat perang Ukraina-Rusia yang memutus suplai makanan secara global.
Rakyat yang terkategori masuk dalam kemiskinan ekstrem adalah kelompok masyarakat yang berpenghasilan sebesar USD 2,15 (setara Rp32 ribu) per hari, atau berkisar di bawah Rp1 juta per bulan, atau mereka yang tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan primernya, termasuk pangan, sandang, papan, kesehatan, sanitasi air bersih, dan informasi (detiknews.com, 25/8/2023).
Akibat kenaikan harga barang dan jasa, maka rakyat miskin paling terdampak karena mereka hanya mampu membeli produk kemasan kecil dengan harga yang lebih mahal. Wanita juga harus bekerja keras untuk membantu perekonomian keluarga, mengatur keuangan agar cukup di tengah harga yang melambung tinggi.
Menurut Albert Park, ekonom ADB, pemerintah negara Asia Pasifik harus memperkuat jejaring pengaman sosial untuk membantu rakyat miskin, menciptakan inovasi dan investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi rakyat. ADB akan menggelontorkan dana pinjaman/utang untuk membantu negara-negara Asia Pasifik agar bisa keluar dari kesulitan ekonomi. Padahal, solusi yang ditawarkan oleh ADB akan mengancam kedaulatan sebuah negara.
Mirisnya, di tengah kondisi ini, kelompok Ultra High Net Worth Individual (UHNWI ) mengalami penambahan sekitar 51% selama tahun 2017-2022. Mereka adalah individu dengan kekayaan bersih sangat tinggi, setidaknya US$30 juta atau lebih, yaitu setara dengan Rp448 miliar aset likuid yang mudah dicairkan. Ini belum termasuk aset benda tidak bergerak, bisa berupa tabungan, saham, obligasi, dll. Sungguh sangat berbalik dengan kondisi rakyat miskin ekstrem.
Menurut Wealth Report, Knight Frank memprediksi jumlah UHNWI di Indonesia pada 2026 akan mengalami peningkatan sekitar 1.810 orang dengan kategori Ultra High Net Worth Individual. Ini bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 adalah 278,69 juta jiwa. Sungguh sangat ironis (detiknews.com, 25/8/2023).
Kesenjangan Sosial dan Ekonomi Semakin Melebar dalam Sistem Ekonomi Kapitalis
Sistem kapitalisme akan melahirkan individu-individu yang serakah dan tamak. Mereka tidak akan merasa cukup, tidak peduli kondisi rakyat yang kurang mampu. Dalam hal kepemilikan, harta yang menjadi kepemilikan umat dikuasai oleh segelintir orang. Para pemilik modal berkolaborasi dengan penguasa untuk mengusai kepemilikan umat, misalnya sumber daya alam.
Bagi para kapitalis yang memiliki modal besar, mereka bisa menggeser pedagang-pedagang kecil yang mempunyai modal minim. Para kapitalis bisa membangun ritel yang bersih dan nyaman dengan harga jual barang dagangannya lebih murah, sedangkan rakyat kecil dengan modal seadanya, mereka hanya berjuang untuk hidup.
Di sisi yang lain, pemerintah seakan membiarkan rakyat bertarung secara bebas tanpa beda kelas, seperti dalam ring tinju kelas bulu yang dilawan kelas berat. Siapa yang bisa bertahan, dialah yang hidup.
Kemiskinan sistemik ini (kemiskinan akibat penerapan sistem) hanya akan menjadikan lingkaran setan yang akan memiskinkan yang miskin, dan memperkaya yang sudah kaya. Kita analogikan seorang yang lahir dari keluarga miskin, dia tidak mendapatkan kecukupan gizi, kesehatan, pendidikan yang layak. Sehingga, di saat besar, dia hanya mampu bekerja di sektor informal dengan gaji yang minim dan tanpa penjaminan kesehatan. Selanjutnya, saat dia berkeluarga, maka akan melahirkan generasi miskin berikutnya.
Di sinilah peran negara yang memutus lingkaran setan ini, sehingga rakyat bisa mendapatkan kesejahteraan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan yang layak sebagai kebutuhan dasarnya. Akan tetapi, semua itu tidak akan pernah terwujud karena negara hanya berperan sebagai fasilitator saja dan tidak pro terhadap rakyat. Kalaulah ada bantuan jejaring sosial, itu hanyalah sebagai terapi tambal sulam saja, hanya setetes air di saat rakyat dahaga. Apalagi, bila dananya didapatkan dari utang luar negeri, semakin membahayakan negara.
Sistem Islam Menyejahterakan Manusia
Berbeda dengan sistem kapitalisme yang rusak dan merusak, Islam menjadikan rakyat sampai pada kategori kemiskinan yang ekstrem. Sistem Islam mewujudkan kemaslahatan bukan hanya untuk kaum muslimin, tetapi juga seluruh manusia, hewan, alam semesta. Sistem inilah yang dituntun oleh wahyu Illahi, bukan hasil pemikiran manusia.
Sistem Islam akan melahirkan individu-individu yang berorientasi akhirat. Dunia bukan dijadikan ajang meraih kesenangan dan kenikmatan jasmani.
Oleh karenanya, Islam memiliki mekanisme untuk menyelesaikan problem kemiskinan adalah sebagai berikut:
Pertama, negara akan menjamin kebutuhan pokok berupa sandang pangan dan papan setiap individu masyarakatnya.
Bukan berarti negara akan membagikan makanan, pakaian, atau rumah kepada setiap rakyat secara gratis, hingga terbayang rakyat bisa bermalas-malasan karena kebutuhannya sudah terpenuhi. Jaminan ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki tanpa terkecuali. Jaminan ini adalah bentuk peran negara untuk memastikan setiap laki-laki dapat menjalankan kewajibannya untuk menafkahi diri dan keluarganya.
Kedua, negara akan menjamin kebutuhan dasar publik seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan secara langsung. Negara akan bertanggung jawab secara langsung dari segi penyediaan fasilitas hingga pembiayaan.
Ketiga, negara mengatur kepemilikan harta, mana yang boleh menjadi kepemilikan individu, kepemilikan umat, dan kepemilikan negara. Seperti sumber daya alam, itu adalah kepemilikan umat dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan umat. Allah Swt. sudah menyiapkan bumi dengan segala yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan manusia.
اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّار
Artinya "Kaum muslimin berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput, air, dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Penjagaan terhadap sumber daya alam dari swastanisasi membuat negara memiliki pemasukan yang begitu luar biasa banyaknya.
Oleh karena itu, negara akan berperan maksimal menyejahterakan rakyat dengan menerapkan hukum-hukum Islam secara keseluruhan. Umat Islam akan sejahtera sebagaimana masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan kekhilafahan Bani Abbasiyah. Islam akan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Aamiin
Oleh: dr. Retno Sulistyoningrum