Tinta Media - Sobat. Doa ini yang setiap hari kita mintakan kepada Allah SWT. Rabbighfirlii watub’alayya innaka antattawwabul ghafur – Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Pengampun.
Sobat. Selama hayat masih dikandung badan dan jantung masih berdetak, janganlah menunda waktu untuk bersimpuh dan memohon ampunan-Nya. Jangan sampai seperti Fir’aun, Abrahah, Qarun, dan orang-orang sejenis mereka yang mati dalam keadaan penuh dosa dan lumpur kedurhakaan. Tidak ada lagi ampunan setelah maut menjemput.
وَأَنِ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُمَتِّعۡكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى وَيُؤۡتِ كُلَّ ذِي فَضۡلٖ فَضۡلَهُۥۖ وَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٖ كَبِيرٍ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” ( QS. Hud (11) : 3 )
Sobat. Nabi Muhammad Saw menyeru kaum musyrikin untuk memohon ampun kepada Tuhan terhadap dosa perbuatan-perbuatan syirik, kekafiran, dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Sesudah itu hendaklah mereka kembali kepada Allah, dengan taat melakukan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah sepenuh hati tidak menyembah selain Allah, seperti patung-patung dan berhala-berhala dan lain sebagainya. Jika mereka pernah berbuat demikian, hendaklah mereka minta ampun dan bertobat dengan teguh dan terus menerus. Allah niscaya akan mengampuni mereka dan memberi rezeki yang melimpah, kemakmuran, kesehatan, dan kesejahteraan sampai akhir hayat mereka.
Demikianlah, keimanan yang tulus kepada Allah dan Rasul dari setiap individu, merupakan faktor utama yang menyebabkan kemakmuran dan kebahagiaan hidup.
Firman Allah:
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS an-Nahl/16: 97)
Selain memberikan kenikmatan hidup di dunia bagi orang-orang yang beriman, Allah juga memberikan kepada orang yang mempunyai keutamaan, seperti orang yang memiliki ilmu pengetahuan atau karya besar, ganjaran di dunia dan pahala di akhirat. Tetapi bilamana manusia berpaling dari keimanan dan tidak bertobat bahkan terus menerus dalam kemusyrikan, kemaksiatan, dan kerusakan akhlak, mereka akan mengalami kehancuran atau kemelaratan hidup sesuai dengan Sunatullah pada umat manusia dan azab Allah di hari akhirat.
Sobat. Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.
Rasulullah bersabda:
Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)
Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.
Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.
Sobat. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari dosa. Sejak awal penciptaan Nabi Adam di muka bumi, citra manusia sebagai biang kesalahan telah terbukti. Manusia yang suci dari dosa tidak akan hadir di muka bumi ini. Yang suci hanyalah Allah Rabbul’alamin.
Sobat. Andai dosa kita dihitung, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak, sehari saja, sudah berapa berat dosa tersebut jika ditimbang? Beragam perbuatan dosa tersebut kita anggap biasa-biasa saja karena begitu sering melakukannya.
Sobat. Rasulullah SAW adalah manusia yang memiliki hati paling suci dan akhlak paling bagus. Namun beliau tidak pernah lupa memohon ampun kepada-Nya. Setiap hari beliau beristighfar sedikitnya 70 kali. (HR.Bukhari).
Sobat. Bagaimana dengan kita, manusia biasa yang tidak pernah lepas dari alpa dan salah? Seharusnya kita lebih banyak memohon ampun kepada-Nya. Mungkin kita terlalu sibuk dengan dunia sehingga melupakan kewajiban sebagai umat Rasulullah Muhammad SAW. Kita lupa sholat, berpuasa, dan menunaikan zakat. Kita tidak berani beramar ma’ruf dan nahi munkar. Kita tidak peduli halal haram hingga berkubang dalam lumpur kemaksiatan.
Sobat. Bagi orang-orang yang hidup di zaman Rasulullah SAW, melakukan dosa kecil saja sudah khawatir dan menganggapnya sebagai dosa besar. Ini berbeda dengan kita yang terbiasa melakukan dosa besar tapi menganggapnya kecil.
Sobat. Anas Bin Malik Ra menuturkan, “ Sesungguhnya kalian mengerjakan dosa di hadapan mata kalian seperti rambut yang tipis. Namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Rasulullah menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.”
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN)