Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan bahwa kemerdekaan hakiki adalah ketika bangsa dan negara bisa sepenuhnya mengabdi kepada Allah Swt.
“Kemerdekaan hakiki itu adalah ketika bangsa dan negara bisa sepenuhnya mengabdi kepada Allah Swt., melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya,” tuturnya di program Fokus To The Point : Kemerdekaan yang Sesungguhnya, melalui kanal Youtube UIY Official, Kamis (17/08/2023).
Ia juga mengungkapkan bahwa memaknai kemerdekaan tidak boleh terlepas dari rasa syukur dan tafakur.
“Kita harus bertafakur menyertai rasa syukur. Bersyukur sudah terbebas dari penjajahan fisik atau militer dari Belanda, Jepang dan lainnya, tetapi tetap tidak boleh berhenti bertafakur memikirkan bahwa masih ada penjajahan dalam bentuk lain yang terjadi saat ini, seperti penjajahan ekonomi, politik, sosial budaya,” ungkapnya.
UIY menyebut dua faktor penyebab ekonomi, politik, sosial, budaya, masih dikendalikan dan di hegemoni oleh barat.
“Dua faktor tersebut adalah pertama, barat tidak akan mau kehilangan handle-nya atau kendalinya di negeri-negeri muslim yang sangat strategis. Kedua, penguasa-penguasa di negeri ini, tokoh-tokoh politiknya mau menjadi kaki tangan para penjajah, demi dukungan terhadap kekuasaannya,” bebernya.
Strategis
Dalam pandangan UIY, Indonesia itu strategis secara geografis maupun geo ekonomis. “Di sini ada barang tambang luar biasa, diapit oleh dua benua dan dua samudra. Barat tidak mau kehilangan, karena itu mereka akan terus melakukan penguasaan, pengendalian, hegomoni dan dominasi. Jika mereka sudah melepaskan secara fisik dan militer, mereka akan terus berusaha untuk memegang aspek lain, baik secara ekonomi, politik, sosial, maupun budaya,” ungkapnya.
Hegemoni barat ini, lanjutnya, untuk menjaga kepentingan politik, dan kepentingan ekonomi, untuk menjaga supaya barat punya akses terhadap kekuasaan.
“Nah di situ kemudian muncul penguasa-penguasa di negeri ini, tokoh-tokoh politik yang mau menjadi kaki tangan para penjajah demi dukungan terhadap kekuasaannya,” tuturnya.
Dakwah
Berdasar realitas diatas, UIY lalu mengajak umat Islam untuk berjuang melepaskan negeri ini dari segala bentuk penjajahan dengan dakwah menegakkan syariat Islam.
“Kalau kemarin telah berhasil berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan, melepaskan diri dari penjajahan fisik dan militer, hari ini diperlukan perjuangan lagi untuk membebaskan dari penjajahan non fisik, penjajahan ekonomi, politik,” terangnya.
Perjuangan itu, lanjutnya, dilakukan dengan cara dakwah menegakkan syariat Islam, dakwah menyadarkan umat untuk menuntut perubahan bagi tegaknya kehidupan Islam yang di dalamnya diterapkan syariat Islam.
“Dengan itu, kita bisa mengabdi kepada Allah Swt., Tuhannya manusia dengan sepenuh-penuhnya,” pungkasnya. [Evi].
“Kemerdekaan hakiki itu adalah ketika bangsa dan negara bisa sepenuhnya mengabdi kepada Allah Swt., melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya,” tuturnya di program Fokus To The Point : Kemerdekaan yang Sesungguhnya, melalui kanal Youtube UIY Official, Kamis (17/08/2023).
Ia juga mengungkapkan bahwa memaknai kemerdekaan tidak boleh terlepas dari rasa syukur dan tafakur.
“Kita harus bertafakur menyertai rasa syukur. Bersyukur sudah terbebas dari penjajahan fisik atau militer dari Belanda, Jepang dan lainnya, tetapi tetap tidak boleh berhenti bertafakur memikirkan bahwa masih ada penjajahan dalam bentuk lain yang terjadi saat ini, seperti penjajahan ekonomi, politik, sosial budaya,” ungkapnya.
UIY menyebut dua faktor penyebab ekonomi, politik, sosial, budaya, masih dikendalikan dan di hegemoni oleh barat.
“Dua faktor tersebut adalah pertama, barat tidak akan mau kehilangan handle-nya atau kendalinya di negeri-negeri muslim yang sangat strategis. Kedua, penguasa-penguasa di negeri ini, tokoh-tokoh politiknya mau menjadi kaki tangan para penjajah, demi dukungan terhadap kekuasaannya,” bebernya.
Strategis
Dalam pandangan UIY, Indonesia itu strategis secara geografis maupun geo ekonomis. “Di sini ada barang tambang luar biasa, diapit oleh dua benua dan dua samudra. Barat tidak mau kehilangan, karena itu mereka akan terus melakukan penguasaan, pengendalian, hegomoni dan dominasi. Jika mereka sudah melepaskan secara fisik dan militer, mereka akan terus berusaha untuk memegang aspek lain, baik secara ekonomi, politik, sosial, maupun budaya,” ungkapnya.
Hegemoni barat ini, lanjutnya, untuk menjaga kepentingan politik, dan kepentingan ekonomi, untuk menjaga supaya barat punya akses terhadap kekuasaan.
“Nah di situ kemudian muncul penguasa-penguasa di negeri ini, tokoh-tokoh politik yang mau menjadi kaki tangan para penjajah demi dukungan terhadap kekuasaannya,” tuturnya.
Dakwah
Berdasar realitas diatas, UIY lalu mengajak umat Islam untuk berjuang melepaskan negeri ini dari segala bentuk penjajahan dengan dakwah menegakkan syariat Islam.
“Kalau kemarin telah berhasil berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan, melepaskan diri dari penjajahan fisik dan militer, hari ini diperlukan perjuangan lagi untuk membebaskan dari penjajahan non fisik, penjajahan ekonomi, politik,” terangnya.
Perjuangan itu, lanjutnya, dilakukan dengan cara dakwah menegakkan syariat Islam, dakwah menyadarkan umat untuk menuntut perubahan bagi tegaknya kehidupan Islam yang di dalamnya diterapkan syariat Islam.
“Dengan itu, kita bisa mengabdi kepada Allah Swt., Tuhannya manusia dengan sepenuh-penuhnya,” pungkasnya. [Evi].