Tinta Media - Kasus tawuran hari ini seakan menjadi tren di kalangan pelajar. Di awal tahun ajaran baru ini pun, dunia pendidikan kembali mengisahkan kasus serupa yang terjadi di beberapa daerah. Sungguh ironis potret pelajar saat ini. Bagaimana tidak, para pelajar yang seharusnya fokus dalam mengejar prestasi, faktanya lebih sibuk dengan aktivitas yang sia-sia semisal tawuran. Hati orang tua mana yang tak hancur, mendapati anaknya di kantor polisi ditangkap aparat.
Seperti yang dilansir dari Beritasatu.com (Minggu, 23/07/2023), sejumlah pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat akibat terlibat tawuran.
Menurut Ipda Agung Taufan Panit Lantas Polsek Gunung Putri, para pelajar tersebut membawa senjata tajam yang diduga akan melakukan aksi tawuran, sehingga pihaknya langsung mengamankan mereka.
"Jadi, semalam itu kita amankan 20 orang. Dari 20 orang itu, 5 orang bawa sajam, yang 5 orang, sementara masih dalam penyidikan oleh pihak reskrim."
Buah Pendidikan Sistem Kapitalisme
Tawuran pelajar ini seperti tak berujung dan terkadang sangat tak masuk akal dengan alasan mereka. Tak jarang aksi tersebut melukai fisik, bahkan sampai menghilangkan nyawa. Pihak sekolah pun sudah tak mampu lagi mencegah peserta didiknya melakukan tawuran dan kenakalan ini.
Kalau kita cermati, kenakalan remaja hari ini sebenarnya bukan masalah tawuran semata. Namun, masih terdapat problem lain yang menghinggapi sikap dan prilaku mereka, seperti bullying, pergaulan bebas, narkoba, mental illnes, dan lainnya. Sehingga, mereka menjadi pribadi yang mudah tersulut emosi sesaat, individualis, dan terbiasa dengan sesuatu yang instan.
Pendidikan di sistem ini sungguh tidak mampu menyelesaikan masalah remaja. Alih-alih memberikan pengajaran, yang ada malah semakin menambah persoalan kompleks dan akut. Hal ini karena akar dari berbagai malapetaka tersebut tidak lain akibat dari sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan dalam kehidupan saat ini. Pendidikan yang dipisahkan dari agama dan berbasis kapitalis ini hanya akan mencetak generasi yang tidak takut dosa, tidak berakhlak, apalagi berkepribadian Islam. Miris!
Tak hanya itu, pendidikan saat ini pun hanya menjadikan manusia sebagai mesin pencetak uang. Standar kehidupan hanya materi, tidak peduli halal dan haram. Generasi saat ini bermental buruh, bukan generasi yang fakih fiddiin, apalagi penggerak perubahan.
Kerusakan generasi muda seharusnya menjadi perhatian serius. Bukan hanya diperhatikan dalam dunia pendidikan dan keluarga saja, tetapi butuh peran negara. Hal ini karena negara adalah sebagai pengurus dan penanggung jawab penuh dalam mencetak generasi pemimpin peradaban masa depan dengan menerapkan hukum Islam secara total dalam kehidupan. Negara harus memberikan sanksi tegas terhadap pelajar yang terlibat dalam tawuran.
Sebagaimana firma Allah dalam surat Al Maidah: 48,
Artinya: "Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu .,.."
Islam Solusinya
Generasi muda adalah agen perubahan pemimpin peradaban manusia di masa yang akan datang. Tidak ada solusi tuntas selain Islam karena Islam adalah akidah, sekaligus menjadi problem solving dalam kehidupan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan berbagai masalah generasi saat ini, yaitu melalui pendidikan, mengoptimalkan peran keluarga dan masyarakat, serta sanksi tegas terhadap pelaku oleh negara.
Di dalam sistem Islam, generasi muda akan dibentuk sesuai syariat Islam. Begitu juga sistem pendidikan akan fokus untuk mencetak generasi yang beriman dan bertakwa, serta memiliki pola pikir dan berkepribadian Islam. Bukan hanya itu, pemuda juga akan didorong untuk maju dalam sains dan teknologi.
Hal ini karena dalam sistem Islam, kehidupan akan senantiasa terikat dengan hukum Allah Swt. Standar kehidupan hanya berorientasi pada rida Allah Swt. Sehingga, sudah dapat dipastikan bahwa generasi yang dididik dengan akidah Islam akan berprestasi dan berakhlak mulia, mempunyai empati terhadap temannya, takut berbuat dosa karena mendatangkan murka Allah dan tahu hakekat manusia diciptakan.
Selain itu, peran keluarga dan masyarakat sangat penting juga dalam mengontrol kehidupan generasi muda. Hal ini karena keluarga, terutama orang tua, yaitu ayah maupun ibu akan senantiasa menjaga dengan selalu mengingatkan nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, masyarakat akan saling peduli terhadap lingkungan sosialnya di mana pun mereka tinggal dengan bersama-sama menciptakan suasana keimanan, serta terus -menerus menjalankan amar makruf nahi mungkar.
Alhasil, dengan menerapkan hukum Islam, kehidupan umat dan generasi akan terjaga dari segala bentuk kemungkaran. Hukum yang ditetapkan pun akan menimbulkan efek jera karena dibalik penerapan hukum Islam tentunya terdapat kemaslahatan. Wallahu alam bissawab.
Oleh: Emmy Rina Subki, Sahabat Tinta Media