Siyasah Institute: Indonesia Darurat Perundungan - Tinta Media

Jumat, 04 Agustus 2023

Siyasah Institute: Indonesia Darurat Perundungan



 
Tinta Media - Direktur Siyasah Institute Iwan Januar mengatakan bahwa  Indonesia darurat perundungan.
 
"Siapa saja yang sering memperhatikan dunia pendidikan dan perkembangan sosial di tanah air, akan percaya kalau Indonesia darurat perundungan,"ujarnya kepada Tinta Media, Kamis (3/8/2023).
 
Untuk mendukung pendapatnya, Iwan mengutip data hasil Asesmen Nasional 2021, bahwa menurut Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, sekitar 25 persen peserta didik di Indonesia mengalami berbagai bentuk perundungan.
 
“Banyak guru dan orang dewasa, termasuk orang tua yang kerap mengabaikan terjadinya perundungan. Biasanya mereka akan menganggap itu adalah hal biasa dalam dunia pertemanan,” sesalnya.
 
Gagal
 
Dalam penilaian Iwan, perundungan yang makin marak adalah tanda kegagalan pendidikan dalam sistem sekulerisme.
 
“Tanda kegagalan pendidikan itu, ketika pendidikan tidak menghasilkan para pelajar yang beradab, tapi justru suka menindas orang lain. Anak-anak hanya dijejali beban akademik, tapi dijauhkan dari adab. Tidak heran akan bermunculan mesin-mesin kekerasan di tengah masyarakat.  Kekerasan politik lewat kebijakan, kekerasan fisik dan perundungan,” ulasnya.
 
Iwan berharap umat tidak berdiam diri di tengah derasnya arus perundungan pada anak-anak dan pelajar. “Tetap harus ada langkah yang diambil untuk meminimalisir dan mencegah berulangnya perundungan pada anak-anak,” tegasnya.
 
Iwan memaparkan, setidaknya ada tiga langkah yang bisa dilakukan. Pertama, ciptakan rasa aman dan nyaman di tengah lingkungan keluarga. Jadilah orang tua yang berkarakter pelindung dan kasih sayang. Sehingga anak-anak terbebas dari rasa terintimidasi. Landasan paling kuat untuk keluarga adalah iman dan takwa. Maka orang tua harus bisa menjadi cerminan pribadi muslim yang salih dan salihah dan menularkan kesalihan pada anak-anak.
 
“Kedua, para pendidik, baik guru, muadib/ah atau para ustadz/ah, harus membekali diri dengan skill pencegahan dan penanganan bullying,” ujarnya.
 
Di samping itu, kata Iwan, harus ada penambahan skill khusus bagi para pendidik untuk hal itu yang mencakup diantaranya; mengetahui jenis-jenis perundungan,mengetahui grup-grup siswa/pelajar dalam menghadapi perundungan,mengetahui jejaring perundungan dan memutuskan mata rantainya, memulihkan mental korban perundungan, memulihkan pertemanan yang rusak akibat perundungan, membangun keberanian para siswa dalam mencegah perundungan, dan sebagainya.
 
“Ketiga, penting mengetahui latar belakang terjadinya perundungan dan latar belakang para pelaku, agar bisa dibedakan mana yang sebenarnya pernah menjadi korban, atau anak yang mengalami salah pengasuhan sehingga memiliki cacat kepribadian, dan mana yang sudah berani melakukan tindak perundungan yang berbahaya seperti melakukan pemerasan, tindak kekerasan, dan sebagainya,” urainya.
 
“Jadi, jangan sampai menunggu kondisi ideal tegaknya kehidupan Islam untuk menghentikan perundungan. Ada langkah-langkah praktis dan krusial yang bisa dilakukan untuk menangani hal ini. Tentu sebatas yang bisa dilakukan,” pungkasnya. [] Muhammad Nur
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :