Tinta Media - Praktisi pendidikan Dr. Faqih Syarif Hasyim menilai, ada yang tidak beres dalam sistem pendidikan Indonesia.
“Ada yang tidak beres dalam sistem pendidikan di Indonesia, sehingga timbul kejadian-kejadian yang tak diinginkan dalam ruang lingkup sekolah,” ujarnya di Kabar Petang : Guru Dibully, Publik jadi Emosi, melalui kanal Youtube Khilafah News, Selasa (23/8/2023).
Faqih menyebut, sistem pendidikan Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ia mencontohkan, tidak adanya pola pikir dan nilai-nilai Islami yang terkadung dalam materi-materi yang diterima oleh para murid.
“Akar persoalan permasalahan tersebut adalah ditanamkannya nilai-nilai sekuler dalam sistem pendidikan yang memisahkan agama dari seluruh sistem kehidupan bermasyarakat termasuk dalam pendidikan,” jelasnya.
Akibatnya, sebut Faqih, sopan santun dan akhlak sama sekali tidak diperhatikan. Pola pikir yang ditanamkan sekedar lulus, kerja, dan kerja.
Islam
Menurut Faqih, pendidikan seharusnya berlandaskan kepada nilai-nilai Islam dalam membangun kepribadian, yaitu pola pikir dan pola sikap.
“Pola pikir harus berdasarkan kepada akidah dan nilai-nilai Islam, sedangkan pola sikap pun harus diselaraskan dengan akidah Islam,” ujarnya.
Dalam sistem pendidikan Islam, lanjutnya, tidak hanya sekedar mentrasfer ilmu, tetapi didalamnya terdapat perbaikan prilaku, mendisiplinkan tingkah laku. “Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam. Hal ini sangat penting untuk membangun prilaku yang Islami dalam jiwa setiap murid,” imbuhnya.
Apabila kepribadian Islam tersebut sudah tertanam didalam jiwa para murid, ujarnya, tentu tidak akan ada lagi hal-hal yang membuat gaduh.
Faqih menilai sistem pendidikan dengan asas sekulerisme merupakan indikasi kegagalan pemerintah khususnya kementrian pendidikan untuk menjaga perilaku siswanya, terlebih setelah diterapkannya kurikulum merdeka.
“Ada baiknya menteri pendidikan mengevaluasi kembali terkait kebijakan kurikulum merdeka. Yaitu memasukkan nilai-nilai Islam, agar tidak ada lagi soal membully teman atau gurunya,” pungkasnya. []Hendy Liem