Tinta Media - Beberapa hari ini, media sosial kembali ramai dengan video berdurasi beberapa menit, yang menampilkan seorang anggota dewan dari Fraksi PDIP tengah asyik bermain judi slot dengan menggunakan tablet milik negara di ruang rapat DPRD DKI Jakarta.
Mirisnya, meskipun telah jelas tertangkap kamera akan kelakuannya, anggota dewan yang bernama Cinta Mega tanpa rasa malu berdalih bahwa dirinya hanya bermain Candy Crush, bukan bermain game slot. Dan hal itu dilakukan saat istirahat.
Masalahnya, peristiwa seperti ini bukan hal yang pertama kali terjadi. Rakyat ditontonkan kelakuan memalukan para anggota dewan yang tertangkap kamera, tengah tidur di ruang sidang, menonton film porno melalui hp, dan masih banyak lagi.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa pejabat yang notabene wakil rakyat, justru menyepelekan masalah rakyat. Dan lebih dari itu, fasilitas yang digunakan oleh pejabat tersebut adalah milik negara. Seharusnya pejabat memiliki sedikit rasa malu, bukan mencari pembenaran.
Jabatan dalam pandangan Islam adalah tanggung jawab besar pada urusan-urusan besar. Dan dalam setiap jabatan akan ada yang dipertanggungjawabkan dunia hingga akhirat. Berbeda dengan sistem demokrasi yang diterapkan hari ini yang bukan berasal dari Islam, para pejasistembatnya mengajukan diri atau ditunjuk oleh partai politik. Karena sistem demokrasi mengandalkan suara terbanyak, maka ini nyatanya lebih fokus pada pertarungan modal finansial atau popularitas individual.
Maka tidak heran jika yang maju dalam kancah politik demokrasi biasanya pengusaha, pesohor, figur publik yang memiliki banyak pengikut. Hasilnya, pejabat yang didapat tidak memiliki integritas, miskin akhlak, pengetahuan, bahkan pengalaman politik.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bagaimana Umar bin Abdul Aziz, Khalifah dari Bani Umayyah, yang tengah beristirahat di rumahnya setelah lelah mengurusi persoalan umat seharian. Kemudian datanglah seorang utusan bernama Abdullah. Saat itu, Khalifah Umar menyalakan lilin yang menerangi ruangan ketika berbicara tentang masalah umat dan rakyatnya. Namun ketika sang utusan bertanya tentang kabar Umar dan keluarganya, sang Khalifah segera mengganti lilin dengan lilin yang lebih kecil dan redup sebab umat tidak ingin menggunakan harta Allah dan kaum muslimin untuk kepentingan pribadinya
Demikianlah contoh sikap wara' pemimpin dalam Islam, yang sepatutnya menjadi tamparan keras bagi pejabat di negeri ini yang gemar menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi.
Di sisi lain, permasalahan judi, baik itu slot online, offline, atau apapun bentuknya, jelas diharamkan dalam Islam. Negara sepatutnya serius menangani masalah ini, mengingat masalah perjudian sudah menjadi penyakit masyarakat.
Dan selama sistem yang dianut adalah kapitalisme yang mendewakan kebebasan individu demi meraih kekayaan dalam waktu singkat tanpa mempertimbangkan halal dan haram, kendati Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan pemblokiran ribuan situs judi online, namun faktanya kasus judi online di Indonesia juga akan tetap ada.
Maka, untuk penyelesaian masalah ini tentunya perlu upaya yang sungguh-sungguh dan sistematis, seperti mengganti sistem kapitalisme dengan Islam, sebab Islam memiliki sistem yang sempurna yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah, hukum yang diterapkan juga berasal langsung dari Allah SWT. Oleh karena judi adalah haram, maka dipastikan hukumnya juga tegas dan keras, dengan demikian kasus judi akan terselesaikan.
Wallahu 'alam bissawab.
Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Aktivis Muslimah Semarang