PKAD: Perubahan adalah Sebuah Keniscayaan - Tinta Media

Sabtu, 05 Agustus 2023

PKAD: Perubahan adalah Sebuah Keniscayaan


 
Tinta Media - Menanggapi pernyataan Menko Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang tidak setuju dengan pihak-pihak yang ingin melakukan perubahan terhadap kebijakan Pemerintah Republik Indonesia (RI), Analis Senior dari Pusat Kajian Analisis Data (PKAD) Hanif Kristianto menegaskan bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan.
 
"Saya tegaskan, bahwa perubahan itu adalah sebuah keniscayaan," ujarnya dalam program Kabar Petang: RI Harus Berubah! di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (2/8/2023).
 
Menurutnya, rakyat saat ini mau diam, rebahan atau santai, perubahan itu akan tetap terjadi.
 
"Karenanya, apapun di dunia ini tidak ada yang abadi. Jadi, semuanya berubah, dulu kecil kemudian sekarang jadi besar, nanti juga akan tua," jelasnya.
 
Sebagaimana juga pemerintahan, Hanif pun mengulas, dulu presidennya Soekarno, kemudian Soeharto, Gus Dur, Habibie, SBY, Megawati, kemudian  Jokowi.
 
"Karenanya, siapapun tidak bisa menghindari dari adanya perubahan," ulasnya.
 
Ia lanjut menuturkan, adapun terkait dengan persoalan pemerintahan, tentu ini juga patut diberikan sebuah catatan.
 
"Pertanyaannya, kalau memang saat ini Indonesia dalam keadaan tidak baik-baik saja, maka kenapa kita harus takut dengan perubahan yang lebih baik?  Atau jangan-jangan kita sebetulnya tidak mau berubah menuju ke arah yang baik," tuturnya.
 
Pilihan
 
Hanif juga menegaskan, perubahan memang keniscayaan, namun  melakukannya adalah sebuah pilihan.
 
Untuk perubahan besar ke arah yang baik ia pun menerangkan, sebelum melakukan pilihan perubahan, yang harus diperhatikan  adalah menentukan apa yang menjadi problem utama yang ada di negeri ini.
 
"Apakah cukup sekadar berganti wajah atau berganti orang, tapi sistemnya sama?," tanyanya.
 
Ia menilai, bahwa persoalan utama di negeri yang mayoritas muslim ini adalah akibat sebuah sistem politik demokasi yang begitu liberal. "Bahkan tidak terkontrol," nilainya.
 
Kemudian juga sistem ekonomi kapitalistiknya, menurutnya inilah yang membuat kesenjangan antara si kaya dan miskin meluas, serta penguasaan aset-aset strategis sumber daya alam oleh asing dan sebagainya. "Inilah yang menjadi pangkal persoalan," tandasnya.
 
Ia  kemudian menyampaikan, kalau perubahan sekadar perubahan orang, maka hasilnya sama saja.
 
Atau begitupun sebaliknya, menurutnya kalau perubahan itu sekadar perubahan sistem saja, tapi tidak diikuti oleh perubahan person (orang) yang bagus, maka kondisinya akan sama saja (tidak mengarah pada perubahan besar yang baik).
 
Hanif pun memungkasi, yang dibutuhkan untuk sebuah perubahan besar yang baik adalah good person dan good system (orang yang baik dan juga sistem yang baik).
 
"Karenanya, sebagai sebuah negara muslim terbesar di dunia, maka arah perubahan kedepan yang sesungguhnya, harusnya dipandu oleh firman-firman Allah Swt. atau oleh jalan keilahiyahan (spirit ketuhanan)," pungkasnya. [] Muhar
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :