Tinta Media - Bupati Bandung, Dr. HM Dadang Supriatna, mengungkapkan bahwa semakin maraknya arus budaya luar sangat berpengaruh pada masyarakat hari ini. Namun, masih ada sebagian masyarakat yang tetap melestarikan tradisi atau budaya dan seni tradisional. Kegiatan tersebut berada di desa Bojongloa, Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung yang disebut dengan "Hajat Lembur".
Atas upaya dan gagasan kegiatan hajat lembur yang dilakukan oleh masyarakat, Bupati Bandung Dr. HM Dadang Supriatna sebagai pihak pemerintah Kabupaten Bandung menyambutnya dengan gembira. Kegiatan ini diisi dengan menyajikan hasil bumi, kegiatan kesenian, dan juga kegiatan keagamaan.
"Ini adalah bentuk syukur kepada Allah Swt. atas segala nikmat yang didapat dari bumi tempat kita tinggal,” kata Bupati Bandung dalam keteranganya, Kamis (27/7/2023).
Derasnya arus globalisasi dan meningkatnya teknologi informasi akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan di masyarakat. Di satu sisi, hal ini memberi kemudahan, di sisi lain akan berdampak pada pergeseran budaya, pola pikir, dan pola sikap di tengah masyarakat.
Untuk mengantisipasi terjadinya perubahan, pergeseran tersebut, maka masyarakat harus tetap melestarikan budaya yang ada di masyarakat, (khususnya Budaya Sunda) sekaligus untuk memupuk persaudaraan serta mengembangkan perekonomian.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan perekonomian, dengan melestarikan kearifan lokal di era globalisasi dan derasnya arus budaya dari luar. Kearifan lokal menjadi senjata ampuh untuk menjauhkan umat dari Islam yang sesungguhnya. Parahnya, semua itu tidak disadari oleh kaum muslimin.
Masyarakat digencarkan untuk memajukan dan melestarikan budaya dan kesenian, serta berbagai adat istiadat daerah, didorong untuk mencintai budaya lokal. Masyarakat didorong untuk mengagungkan budaya nenek moyang, walaupun ada budaya atau adat-istiadat yang tidak sesuai dengan syariat.
Standar baik buruk, halal haram itu disesuaikan dengan penilaian hawa nafsu manusia, sehingga apa yang menurut manusia baik dan bermanfaat, maka itulah tolak ukurnya. Gencarnya arus budaya asing ditambah minimnya pemahaman agama yang benar membuat masyarakat semakin terperosok jatuh ke dalam jurang kehinaan. Pada dasarnya, tidak semua adat (budaya), kesenian tradisional harus diambil dan dilestarikan, karena harus dinilai apakah itu sesuai dengan syariat Islam atau justru menuju kesyirikan. Setiap perbuatan tidak ada yang bebas nilai. Semua harus ada tolak ukurnya sesuai dengan yang disyari'atkan Allah.
Contohnya budaya sesajen/klenik atau kesenian (tarian-tarian) yang dilakukan oleh perempuan dengan mengumbar aurat. Itu jelas menyalahi syariat, walaupun sangat banyak penggemarnya dan bisa menjadi daya tarik pengunjung. Semua tetap ada dan masih banyak yang terus melestarikan budaya nenek moyang tersebut.
Tidak semua budaya itu tidak baik, contohnya seperti budaya menggunakan baju batik itu boleh-boleh saja yang penting harus sesuai dengan apa yang Allah syariatkan, misalnya untuk perempuan tentunya harus dibuat gamis (baju syar'i).
Begitulah fakta yang terjadi akibat sistem sekuler, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Sistem ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, mulai dari kebebasan beragama, kebebasan berekspresi dan kebebasan kepemilikan yang menjerat kaum muslimin di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Agama tidak dipakai dalam mengatur kehidupan selain hanya dalam ranah ibadah ritual semata.
Budaya hajat lembur dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sejatinya tidak akan bisa mengembangkan perekonomian yang hakiki. Semua itu hanya solusi pragmatis dan tidak mengakar. Di sinilah perlu adanya sistem yang sahih, yaitu sistem Islam.
Islam mempunyai aturan yang komperhensif dan menyeluruh sebagai problem solver, mulai dari masalah pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan budaya.
Di sinilah pentingnya kita sebagai seorang muslim untuk semangat mengkaji Islam secara kaffah agar tahu mana yang baik dan buruk sesuai pandangan Allah Swt. Dengan begitu, masyarakat tidak akan mudah terbawa arus budaya luar yang masuk, serta dapat memfilter apa-apa saja yang boleh diadopsi dan lakukan.
Kita wajib mempunyai pemimpin/khalifah yang benar-benar mampu berperan sebagai pemimpin yang akan menjaga akidah umat dan agama serta memberi kesejahteraan kepada rakyat dan alam semesta. Hal ini karena seorang khalifah akan bertanggung jawab atas urusan rakyat.
"Setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Muslim).
Perekonomian akan berkembang hanya dengan sistem ekonomi Islam, bukan dalam sistem ekonomi kapitalis. Semua itu akan segera terwujud dengan adanya institusi negara yaitu Daulah Islam. Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media