Tinta Media - Pengamat politik internasional Budi Mulyana menegaskan bahwa Amerika itu negara imperialis.
“Amerika itu negara imperialis. Sebagai negara imperialis, Amerika akan melakukan penjajahan walaupun dengan gaya baru,” ungkapnya di Kabar Petang: Di Balik Pertemuan Luhut-Blinken, melalui kanal Youtube Khilafah News, Ahad (13/8/2023).
Ia menyontohkan penjajahan gaya baru itu, semisal penjajahan ekonomi melalui bantuan luar negeri atau dengan organisasi-organisasi internasional sehingga bisa memaksakan regulasi internasional terhadap berbagai negara.
“Penjajahan itu metode baku yang diimplementasikan dalam politik luar negeri Amerika Serikat,” imbuhnya.
Budi lalu memaparkan dua poin agar umat tidak terjebak dalam skenario dan keinginan Amerika.
“Pertama, penting bagi umat memahami peta konstelasi internasional, memahami siapa Amerika Serikat, siapa negara adidaya, bagaimana kiprah mereka dalam konstelasi internasional ,” terangnya.
Kedua, sebutnya, umat juga harus faham bahwa umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk menjadi umat yang turut berkiprah dalam konstelasi internasional.
“Kita bukan umat yang menjadi objek bagi negara-negara adidaya tapi kita juga harus menjadi subjek karena kita diperintahkan untuk menyebarluaskan Islam menjadikan Islam rahmatan lil ‘alamin,” imbuhnya.
Ini menjadi tugas bagi umat Islam untuk membawa leverage politik Islam ke level Global, level internasional. “Ini yang saat ini menjadi PR karena belum ada negeri-negeri muslim yang bisa mengemban amanah semacam itu,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun.
“Amerika itu negara imperialis. Sebagai negara imperialis, Amerika akan melakukan penjajahan walaupun dengan gaya baru,” ungkapnya di Kabar Petang: Di Balik Pertemuan Luhut-Blinken, melalui kanal Youtube Khilafah News, Ahad (13/8/2023).
Ia menyontohkan penjajahan gaya baru itu, semisal penjajahan ekonomi melalui bantuan luar negeri atau dengan organisasi-organisasi internasional sehingga bisa memaksakan regulasi internasional terhadap berbagai negara.
“Penjajahan itu metode baku yang diimplementasikan dalam politik luar negeri Amerika Serikat,” imbuhnya.
Budi lalu memaparkan dua poin agar umat tidak terjebak dalam skenario dan keinginan Amerika.
“Pertama, penting bagi umat memahami peta konstelasi internasional, memahami siapa Amerika Serikat, siapa negara adidaya, bagaimana kiprah mereka dalam konstelasi internasional ,” terangnya.
Kedua, sebutnya, umat juga harus faham bahwa umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk menjadi umat yang turut berkiprah dalam konstelasi internasional.
“Kita bukan umat yang menjadi objek bagi negara-negara adidaya tapi kita juga harus menjadi subjek karena kita diperintahkan untuk menyebarluaskan Islam menjadikan Islam rahmatan lil ‘alamin,” imbuhnya.
Ini menjadi tugas bagi umat Islam untuk membawa leverage politik Islam ke level Global, level internasional. “Ini yang saat ini menjadi PR karena belum ada negeri-negeri muslim yang bisa mengemban amanah semacam itu,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun.