Paket Umrah Murah Arab Saudi, Ancaman Serius bagi Industri Travel Umrah Indonesia? - Tinta Media

Kamis, 31 Agustus 2023

Paket Umrah Murah Arab Saudi, Ancaman Serius bagi Industri Travel Umrah Indonesia?

Tinta Media - Menanggapi paket umrah murah melalui aplikasi Nusuk yang diluncurkan Arab Saudi, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menduga ini akan menjadi ancaman serius terhadap industri travel umrah di Indonesia.

 

“Strategi ekonomi Arab Saudi ini bisa dianggap sebagai ancaman serius bagi industri travel umrah di Indonesia, namun bisa dianggap menguntungkan bagi kaum muslimin karena berbiaya murah,” tuturnya, dalam video: Arab Saudi Tawarkan Paket Umroh Murah Mulai Rp 2,9 juta, Kabar Baik? Di kanal Youtube Justice Monitor, Rabu (30/8/2023).

 

Menurut Agung, hal ini karena platform Nusuk menyediakan kurang lebih 23 paket umroh dari berbagai provider dengan harga mulai dari 750 riyal atau sekitar Rp2,9 juta per orang hingga 6500 riyal atau sekitar Rp26 juta.

 

“Ini merupakan paket termurah yang ditawarkan oleh operator Bright for Umrah di luar tiket pesawat, tetapi sudah meliputi visa, menginap di hotel selama 5 malam, dan akomodasi lainnya,” imbuhnya.

 

Agung melanjutkan, ini lebih murah jika dibanding harga dari Kemenag dan sejumlah Asosiasi Persatuan Travel Umrah dan Haji Plus, yang telah menetapkan standar biaya umroh 2023/2024 berkisar Rp28 juta hingga Rp33 juta per orang.

 

“Pemerintah hendaknya mengkaji lebih mendalam tentang aplikasi Nusuk ini, apakah aplikasi ini bisa dibuka begitu saja tanpa ada perlindungan atau harus terdaftar di Kominfo? Apakah keselamatan jamaah haji dan umrah yang menggunakan aplikasi Nusuk tersebut terjamin,” tanyanya.

 

Kapitalisasi Haji

 

Menurutnya, yang perlu diwaspadai adalah aroma kapitalisasi dibalik layanan jasa travel umrah dan haji, mengingat Indonesia adalah penyumbang terbesar jamaah umrah yang dari tahun ke tahun paling tinggi.

 

“Bila ditelaah, kebijakan yang dilakukan Arab Saudi di bawah kepemimpinan putra mahkota Muhammad bin Salman sedang berupaya untuk mengurangi ketergantungan ekonominya dari sektor minyak. Salah satu yang digenjot adalah tentu saja potensi mereka di bidang haji dan umroh,” kritiknya.

 

 Padahal, lanjutnya, ibadah haji sejatinya adalah fardu bagi setiap muslim yang mampu dan istitha'ah.

 

“Namun demikian syariat Islam juga menetapkan penguasa untuk mengurus pelaksanaan haji dan keperluan para jamaah haji. Sebabnya Imam atau Khalifah adalah pengurus rakyat, sebagaimana ditegaskan Nabi,” jelasnya.

 

 Catatan sejarah, ucapnya, menunjukkan betapa besar perhatian dan pelayanan yang diberikan para khalifah kepada jamaah haji dari berbagai negara.

 

 “Mereka dilayani dengan sebaik-baiknya sebagai tamu-tamu Allah. Pelayanan itu dilakukan tanpa ada unsur bisnis, investasi, atau mengambil keuntungan dari pelaksanaan ibadah haji,” bangganya.

 

Semua itu, kata Agung, merupakan kewajiban yang harus dijalankan negara. Semua aktivitas negara di era Khilafah dalam pengurusan haji itu dilakukan dengan prinsip riayah ( pelayanan) bukan bersifat komersial atau mengambil keuntungan dari jamaah.

 

 “Berbeda dengan hari ini, pengurusan haji diurus oleh negara masing-masing, tanpa ada kesatuan pelayanan, karena tidak dalam kesatuan kepemimpinan. Akibatnya sering muncul konflik kepentingan, juga kesemrawutan semisal pembagian kuota, komersialisasi hotel, tiket, catering dan lain sebagainya,” ucapnya kecewa.

 

 Para khalifah serius dalam pelayanan haji dan umrah. mereka benar-benar berhikmat melayani tamu-tamu Allah sesuai dengan syariat Islam.

 

“Tanpa pelayanan dari pemimpin yang bertumpu pada syariat Islam, pelaksanaan ibadah haji sering terkendala dan bukan tidak mungkin menjadi ajang mencari keuntungan bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :