Tinta Media - Narator Royah TV menegaskan bahwa riba mutlak haram tanpa tapi.
“Dalam Islam riba mutlak haram tanpa tapi,” tuturnya dalam video: Pinjol Makin Menggurita, Rakyat Makin Sengsara, melalui kanal Youtube Rayah TV, Kamis (10/8/2023).
Ia melanjutkan, Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 275 yang artinya, “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
“Siapa yang mau melawan firman Allah? siap-siap ancaman menanti,” imbuhnya.
Ia lalu membeberkan ancaman itu. Pertama, sebagian ulama tafsir menjelaskan pelaku riba akan dibangkitkan dari alam kubur seperti orang kerasukan setan karena gila.
“Kedua, orang-orang yang masih mempraktikkan riba berarti menyatakan perang kepada Allah Swt. dan rasulNya,” ucapnya.
Ketiga, sambungnya, orang yang terlibat dalam riba dilaknat oleh Nabi saw. Bukan saja pemberinya tetapi juga saksi dan para pencatatnya.
“Keempat, pelaku riba akan mendapatkan siksa yang keras di neraka,” tandasnya.
Ia kecewa, karena pemerintah malah mewajibkan bunga pada lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank.
“Dalam Islam, memberikan piutang adalah bagian dari amal saleh untuk menolong sesama, bukan investasi untuk mendapatkan keuntungan. Apalagi dijadikan alat untuk mengeksploitasi orang lain yang sedang membutuhkan," bandingnya.
Negara
Menurutnya, solusi atas muamalah ribawi hari ini tak hanya sebatas individu, namun wajib ada negara dengan segala instrumen hukum yang dimiliki. Ia meyakinkan, bahwa negara Khilafah terbukti ampuh menghapuskan praktik riba.
“Khilafah mengatur mekanisme utang piutang agar berjalan sesuai yang Allah kehendaki. Khilafah akan menetapkan bahwa yang wajib dibayar hanyalah utang pokoknya. Khilafah juga akan menjatuhkan sanksi terhadap warga yang masih mempraktekkan muamalah ribawi. Khilafah wajib memberikan rasa aman dan nyaman untuk setiap warganya termasuk aman karena kebutuhan pokok mereka terpenuhi," urainya.
Terakhir, narator menegaskan, selama demokrasi kapitalisme menguasai negeri ini, muamalah ribawi selamanya akan eksis dan rakyat terus tercekik oleh kaum kapitalis oligarki.
"Sampai kapan mau seperti ini?" pungkasnya.[] Muhammad Nur
“Dalam Islam riba mutlak haram tanpa tapi,” tuturnya dalam video: Pinjol Makin Menggurita, Rakyat Makin Sengsara, melalui kanal Youtube Rayah TV, Kamis (10/8/2023).
Ia melanjutkan, Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 275 yang artinya, “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
“Siapa yang mau melawan firman Allah? siap-siap ancaman menanti,” imbuhnya.
Ia lalu membeberkan ancaman itu. Pertama, sebagian ulama tafsir menjelaskan pelaku riba akan dibangkitkan dari alam kubur seperti orang kerasukan setan karena gila.
“Kedua, orang-orang yang masih mempraktikkan riba berarti menyatakan perang kepada Allah Swt. dan rasulNya,” ucapnya.
Ketiga, sambungnya, orang yang terlibat dalam riba dilaknat oleh Nabi saw. Bukan saja pemberinya tetapi juga saksi dan para pencatatnya.
“Keempat, pelaku riba akan mendapatkan siksa yang keras di neraka,” tandasnya.
Ia kecewa, karena pemerintah malah mewajibkan bunga pada lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank.
“Dalam Islam, memberikan piutang adalah bagian dari amal saleh untuk menolong sesama, bukan investasi untuk mendapatkan keuntungan. Apalagi dijadikan alat untuk mengeksploitasi orang lain yang sedang membutuhkan," bandingnya.
Negara
Menurutnya, solusi atas muamalah ribawi hari ini tak hanya sebatas individu, namun wajib ada negara dengan segala instrumen hukum yang dimiliki. Ia meyakinkan, bahwa negara Khilafah terbukti ampuh menghapuskan praktik riba.
“Khilafah mengatur mekanisme utang piutang agar berjalan sesuai yang Allah kehendaki. Khilafah akan menetapkan bahwa yang wajib dibayar hanyalah utang pokoknya. Khilafah juga akan menjatuhkan sanksi terhadap warga yang masih mempraktekkan muamalah ribawi. Khilafah wajib memberikan rasa aman dan nyaman untuk setiap warganya termasuk aman karena kebutuhan pokok mereka terpenuhi," urainya.
Terakhir, narator menegaskan, selama demokrasi kapitalisme menguasai negeri ini, muamalah ribawi selamanya akan eksis dan rakyat terus tercekik oleh kaum kapitalis oligarki.
"Sampai kapan mau seperti ini?" pungkasnya.[] Muhammad Nur