Tinta Media - Siang meminta-minta di jalanan dengan baju kumal, lusuh dan menunjukkan wajah memelas. Sebaliknya, malam ditemukan sedang dugem menunjukkan hidup gemerlap dalam kemewahan. Sungguh miris, pengemis dijadikan bisnis, hanya ada di dunia kapitalis. Tidak malu demi kekayaan dan nikmat dunia, rela menghinakan diri mereka sendiri menjadi pengemis.
Sungguh, ini tidak akan terjadi dalam sistem Islam yang mana rakyat terjamin kesejahteraannya karena negara peduli dengan urusan rakyatnya, sehingga tidak mungkin membiarkan rakyatnya meminta-minta di jalanan, apalagi dijadikan profesi.
Padahal, para ulama sepakat bahwa perbuatan meminta-minta adalah haram. Sebab orang yang meminta-minta sebenarnya meninggalkan kewajiban berikhtiar yang diperintahkan Allah, kecuali dalam keadaan terpaksa. Jika memang benar-benar tidak mampu menjadi kewajiban negara dan kita semua yang memiliki rezeki lebih untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ingatlah, tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Pantang bagi kita untuk meminta-minta, apalagi bagi mereka yang masih memiliki potensi untuk bekerja, memiliki tubuh masih kuat dan sehat.
Sebagai orang beriman dan bertaqwa, kita dituntut peka pada saudara kita yang membutuhkan, bahkan sebelum mereka memintanya. Sungguh tidak pantas kita meminta-meminta, apalagi dijadikan pekerjaan. Hanya kepada Allah, seharusnya kita meminta pertolongan dalam setiap panjatan do'a-do'a kita dengan terus berikhtiar. Yakinlah, rezeki dijamin oleh Allah selama kita masih hidup, dan jangan merendahkan diri menjadi peminta-minta.
Pengemis dijadikan bisnis hanya ada di dunia kapitalis yang semua diukur dengan nilai materi. Untuk apa memiliki rumah mewah, banyak rekening di bank, tapi dihasilkan dengan cara haram termasuk menjadi pengemis. Rela merendahkan diri demi recehan nikmat dunia yang semu dan menipu. Tidak menyadari bahwa perbuatannya bisa benar -benar menghinakannya tidak hanya di dunia tapi juga akhirat.
Miris di dunia kapitalis semua diukur capaian materi, uang dan kekayaan. Hilang rasa malu dengan menjadikan diri menjadi pengemis padahal masih memiliki kemampuan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sementara, negara tidak peduli dengan mereka yang benar-benar membutuhkan. Bahkan, bantuan juga sering salah sasaran. Lebih parah lagi, pejabat yang mestinya mengurusi rakyat ikut-ikutan korupsi dana sosial yang harusnya untuk rakyat yang membutuhkan. Tidak peduli rakyat mengemis, dan tidak jadi masalah saat ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan orang yang dengan keterbatasan untuk mengemis demi keuntumgan bisnis.
Rakyat harusnya diberdayakan agar bisa bekerja sesuai dengan kemampuan mereka, bukan dibiarkan memgemis di jalanan. Negara harus hadir untuk mengatasi kemiskinan dan memberantas bisnis mengemis yang viral dan menginspirasi yang lain untuk melakukan hal yang sama.
Dalam masalah ini pemerintah perlu cawe-cawe untuk menghentikan eksploitasi anak dan orang-orang dengan keterbatasannya untuk mengemis. Bukannya diam dan tidak peduli. Lebih parah lagi mereka hanya disibukkan dengan perebutan kekuasaan, hingga lupa tugasnya untuk mengirusi rakyat.
Budaya malu mengemis menghilang saat Islam ditinggalkan. Mengemis bukan terpaksa karena keterbatasan sesorang sehingga tidak mampu bekerja, tapi mengemis dijadikan profesi untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Miris, kapitalis yang melihat keduksesan hanya untuk mengumpulkan kekayaan dan menhitung-hotungnya dengan menghalaklan segala cara sehingga menyuburkan bisnis haram termasuk mengemis.
Dalam setiap zaman, pengemis memang ada tapi bukan untuk dijadikan bisnis demi cuan. Pengemis bukanlah profesi tapi masalah sosial yang harus diatasi. Bisnis mengemis yang viral bisa menginspirasi yamg lain untuk melakukan hal sama. Apalagi dengan memgemis diketahui bisa memiliki kekayaan yang luar biasa melebihi mereka yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Sungguh pelanggaran konstitusi bagi penguasa yang harusnya mengurusi rakyatnya, tapi membiarkan pengemis dijadikan bisnis untuk memperoleh kekayaan.
Sungguh, kita merindukan sistem Islam yang benar-benar mengurusi rakyatnya, bukan hanya ribut berebut kekuasaan seperti yang terjadi saat ini dalam sistem kapitalis demokrasi. Kehadiran negara yang diwakili pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Hanya sistem khilafah yang mampu hadir untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi rakyatnya karena tujuan mereka berpolitik untuk mengurusi rakyatnya, bukan kekuasaan.
Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media