"Ketika Roma runtuh, Islam bangkit, Anda memiliki kekhalifahan yang baik sementara Roma buruk. Dan itu akhirnya menjadi sumber pelestarian pengetahuan dan banyak kemajuan ilmiah," ujar Elon Musk pada KTT Pemerintahan Dunia.
Tinta Media - Ketika seorang agnostik seperti Elon Musk mengakui kemajuan saat khilafah tegak, lalu bagaimana dengan umat Islam? Ironis memang, sebab umat Islam justru banyak yang terjebak jerat barat tentang islamopobia. Masih ada umat Islam yang justru membebek Barat untuk menolak syariah dan khilafah untuk diterapkan di bumi Allah.
Bukan hanya seperti buih, hari ini umat Islam seperti bebek lumpuh. Padahal umat Islam adalah umat terbaik sebagai oposisi ideologis atas penerapan ideologi kapitalisme sekuler yang telah terbukti menghancurkan masa depan dunia. Umat Islam juga wajib anti komunisme ateis yang jelas-jelas anti tuhan dan telah menyengsarakan manusia.
Dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks kekinian adalah dengan melakukan pembacaan yang cerdas atas realitas kehidupan berbangsa dan bernegara dengan sudut pandang Islam. Menganalisa sebuah fakta harus berbasis paradigma sebagai pisau analisanya. Seorang muslim sudah semestinya menjadikan Islamic Worldview sebagai paradigma untuk membaca setiap realitas politik lokal maupun global.
Seorang muslim yang berpedoman kepada islamic worldview semestinya akan paham bahwa ideologi kapitalisme secara genetik membawa sifat antroposentrisme. Antroposentrisme adalah pandangan atau keyakinan bahwa manusia merupakan pusat atau titik sentral dari segala hal di alam semesta, dan segala hal lainnya diukur atau diinterpretasikan dengan mempertimbangkan atau berdasarkan pada kepentingan manusia. Sederhananya, kapitalisme meniadakan peran Tuhan dalam mengelola dan mengurus dunia ini.
Dalam konteks antroposentrisme, alam semesta, lingkungan, dan makhluk hidup lainnya dianggap berada untuk memenuhi kebutuhan atau manfaat manusia. Pemikiran ini sering menyebabkan eksploitasi sumber daya alam, ekosistem, dan hewan demi kepentingan manusia tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan atau makhluk hidup lain. Inilah yang terjadi saat ini yang dilakukan oleh kaum kapitalis (oligarki), bukan hanya tak peduli dengan kemanusiaan, tapi juga tak peduli dengan ketuhanan.
Beberapa kritik terhadap antroposentrisme menyatakan bahwa pemikiran semacam itu tidak mengakui nilai intrinsik dari makhluk hidup lain dan menyebabkan ketidakseimbangan ekologi serta masalah lingkungan. Antroposentrisme kapitalis sarat dengan hasrat yang selalu tidak terpuaskan. Kaum kapitalis melalui akal pengetahuannya berusaha memenuhi hasratnya dengan berbagai gagasan yang mengindikasikan eksploitasi kapitalis. Dari sinilah berbagai kerusakan alam dan kemanusiaan bermula. Jika kita seorang muslim, tentu saja paham bahwa hal ini bertentangan dengan Islam.
Karakter antroposentrisme kapitalis yakni opresif atau eksploitatif, reduksionis, kuasa-menguasai (kolonialisme), berwawasan ilmu pengetahuan modern dan berteknologi. Antroposentrisme kapitalis melihat alam sebagai objek, alat, komoditas, dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia tanpa mengindahkan etika. Tak segan, kaum kapitalis atau oligarki membeli hukum dan undang-undang yang dirancang untuk mendukung berbagai kebijakan oligarki. Sangat jahat dan berbahaya.
Antroposentrisme kapitalis hadir sebagai ideologi untuk menggerakkan kaki tangan proyek-proyek pembangunan yang bermisikan ‘pembangunan peradaban’ sekuleristik. Antroposentrisme berkonspirasi dengan ilmu pengetahuan modern: mengabaikan cara-cara pengetahuan ekologi dan pendekatan holistik, serta mengebirikan nilai-nilai agama sebagai pijakan etis dan spiritual. Antroposentrisme sistem kapitalisme adalah sekulerisme.
Sekulerisme sebagai pandangan dunia yang menekankan pada pemisahan antara agama dan negara, memiliki daya rusak bagi kehidupan sosial, politik, dan budaya bagi umat manusia.
Berikut beberapa daya rusak sekulerisme : pertama, pemisahan agama dan negara dapat memperlemah nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga moralitas dan etika sosial dapat menjadi kurang dihargai dan terabaikan. Munculnya demokrasi dan HAM telah melahirkan berbagai perilaku menyimpang manusia seperti kriminalitas, seks bebas dan bahkan LGBT.
Kedua, sekulerisme cenderung menekankan pada kepentingan dunia atau materi, sehingga spiritualitas dan nilai-nilai keagamaan dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, sekulerisme dapat memicu individualisme dan hedonisme serta sering tidak mengindahkan halal dan haram, di mana individu cenderung lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan bersama.
Keempat, pemisahan agama dan negara dapat memicu terjadinya benturan antara ajaran agama dan nilai-nilai sekuler, seperti dalam hal legalisasi praktik-praktik yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Kelima, sekulerisme dapat memicu polarisasi dan konflik antara kelompok agama dan non-agama, terutama jika diimplementasikan dengan cara yang tidak proporsional atau memihak pada kelompok tertentu.
Dengan demikian, sistem kapitalisme sekuler telah menghasilkan krisis multidimensi yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan di seluruh dunia. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme sekuler adalah sebagai berikut:
Pertama, Krisis Ekonomi. Kapitalisme sekuler dengan prinsip individualisme mendorong persaingan yang kuat antara perusahaan dan individu untuk memperoleh keuntungan dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan munculnya oligarki. Siklus konsumsi yang tidak teratur dan spekulasi yang seringkali terjadi di pasar dapat memicu krisis ekonomi yang merugikan banyak orang karena adanya monopoli dan privatisasi sumber daya alam milik umum.
Kedua, Ketimpangan Sosial. Kapitalisme sekuler menghasilkan ketimpangan sosial yang besar antara orang kaya dan orang miskin. Hal ini terjadi karena beberapa individu dan perusahaan dapat menguasai sumber daya ekonomi yang berlimpah, sementara banyak orang lainnya masih hidup dalam kemiskinan. Di negara-negara yang menerapkan sistem politik ekonomi kapitalisme terjadi kesenjangan ekonomi yang luar biasa.
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk tambang, hutan, dan laut yang menyediakan berbagai sumber daya penting seperti minyak, gas, batubara, kelapa sawit, karet, cokelat, dan berbagai hasil laut lainnya. Namun, distribusi kekayaan di Indonesia tidak merata, dan ada ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan sumber daya di Indonesia. Beberapa kelompok tertentu, termasuk para pejabat pemerintah dan pengusaha besar, memiliki akses dan kontrol yang lebih besar terhadap sumber daya dan kekayaan di Indonesia. Penguasa dan pengusaha telah memonopoli kekayaan milik rakyat, sementara rakyatnya sendiri banyak yang terjerat kemiskinan.
Ketiga, Perusakan Lingkungan. Kapitalisme sekuler cenderung mengabaikan dampak lingkungan dari produksi dan konsumsi. Produksi massal dan konsumsi yang tidak terkendali dapat menyebabkan perusakan lingkungan yang signifikan, termasuk perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, polusi, dan lain sebagainya. Lihatlah di negeri ini dengan berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi, semestinya sudah cukup untuk menyadari kerusakan sistem kapitalisme ini. Jika masih punya akal sehat tentunya.
Keempat, Krisis Kemanusiaan. Kapitalisme sekuler mendorong persaingan yang kuat antara perusahaan dan individu untuk memperoleh keuntungan dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun, ini bisa berdampak pada krisis kemanusiaan seperti kekurangan pangan, krisis kesehatan, migrasi paksa, dan sebagainya.
Kelima, Krisis Moral. Kapitalisme sekuler cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan etika dalam pengambilan keputusan bisnis. Tujuan utama kapitalisme sekuler adalah menghasilkan keuntungan finansial, bukan memperhatikan kesejahteraan sosial dan moral. Hal ini dapat menghasilkan perilaku bisnis yang tidak bermoral dan tidak etis. Sebab prinsip sekulerisme adalah pemisahan antara agama dan pengaturan kehidupan. Agama disingkirkan oleh sekulerisme dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nah, ketika muncul diskursus tentang khilafah sebagai solusi anternatif bagi gelapnya masa depan dunia akibat hegemoni antoposentrisme kapitalis mestinya seorang muslim yang terikat dengan hukum-hukum Allah menyambutnya dengan penuh antusias. Jangan sampai seorang muslim justru menolak sistem khilafah dengan berbagai apologi emosional maupun intelektual. Berbeda pendapat masih memungkinkan, tapi menolak khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam tentu saja sebuah kesalahan fatal.
Jika ada seorang muslim mengatakan bahwa sistem pemerintahan dengan cara memilih/menentukan pemimpin, cara mengatur wilayah, cara mengelola harta dan lain-lain termasuk nilai-nilai mutaghayyirat. Contohnya dalam praktik: tatacara penetapan empat khalifah utama (khulafa rasyidin) itu berubah/berbeda-beda, dan mereka semua kita terima sebagaimana adanya. Kalimat ini adalah salah satu apologi untuk menolak sistem khilafah yang semestinya tidak keluar dari pikiran seorang muslim. Padahal kita sangat tahu dan melihat dengan mata kepada sendiri tentang berbagai bentuk kerusakan saat ini. Jika tidak dengan Islam, lantas seorang muslim mau dengan apa untuk mengatur dunia ini?
Jika ada seorang muslim mengatakan bahwa khilafah Bani Umayah menerapkan pemerintahan Islam dengan sistem dinasti (keturunan, kingdom), bagitu pula dinasti Abbasiyah. Keduanya tidak sama dengan cara menetapkan keempat khulafa rasyidin. Istilah Khilafah Usmaniyah saja sudah mencerminkan unsur dinasti, pewarisan kekuasaan atas dasar keturunan. Di era sekarang, apakah ada negara Islam dan apakah di masa yang akan datang sebuah pemerintahan suatu negara dengan 100% sistem khilafah?
Paragraf ini juga sebuah contoh narasi apologetik yang tidak semestinya keluar dari pikiran seorang muslim. Semestinya yang harus dilakukan oleh seorang muslim adalah mendorong kesadaran bangsa tentang urgensitas sistem khilafah sebagai solusi atas krisis multidimensi dunia ini. Mestinya seorang intelektual muslim itu yakin akan kebenaran sistem Islam dan mendakwahkan di tengah-tengah masyarakat.
Apologi itu menjadi bermakna jika didasarkan oleh sebuah argumentasi intelektual, bukan didasarkan oleh penolakan emosional sehingga dicari-cari pembenarannya. Jika telah menolak, maka yang akan keluar adalah apologi. Namun jika hati dan pikirannya telah menerima sistem Islam secara ikhlas, tinggal mematangnya konsep dan implementasinya. Diskursus gagasan khilafah di tengah kaum muslimin adalah keniscayaan. Namun penolakan gagasan khilafah di tengah kaum muslimin adalah sebuah kecelakaan.
Islam itu distingsif, begitu pula ajaran dan umatnya. Islam tidak sama dengan agama-agama lain yang hanya menyentuh ruang ritual. Islam juga tidak sama dengan isme-isme yang hanya membingcangkan urusan dunia. Islam itu sempurna, mengajarkan urusan ritualistik sekaligus peradaban. Islam itu agama sekaligus ideologi. Inilah distingsi Islam dibanding agama lain dan ideologi lainnya.
Misi Islam itu rahmatan lil alamin, menebarkan kebajikan kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tidak ada satupun ajaran Islam yang buruk, semuanya baik dan membaikkan. Islam dalam kajian ilmiah para cendekiawan barat yang obyektif menemukan Islam sebagai sebuah kekuatan peradaban yang luar biasa maju sekaligus menebarkan kebaikan.
Kesempurnaan Islam adalah disaat diterapkan secara menyeluruh di bumi Allah. Secara historis, Islam pernah diterapkan sejak zaman Rasulullah hingga khilafah Turki Utsmani selama hampir 14 abad. Khilafah sebagai ajaran Islam adalah sistem pemerintahan yang menerapkan Islam secara kaffah sebagai ‘antithesis’ ideologi kapitalisme dan komunisme yang terus dipelihara oleh PBB.
Sebagai ajaran Islam, tentu saja semestinya ditempatkan dalam ruang diskursus intelektual di negeri ini. Sebab secara faktual, ideologi kapitalisme sekuler dengan sistem demokrasi telah terbukti menjadikan negeri ini hancur lebur, baik secara ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya. Apalagi ideologi komunisme ateis yang telah membuat noda hitam sejarah negeri ini. Hal ini tidak sulit untuk dipahami bagi orang-orang yang mau berpikir jernih, bukan dengan emosi.
Oleh sebab itu, sudah saatnya kaum intelektual di negeri ini membuka ruang yang luas untuk diskursus khilafah, baik di masyarakat luas mapun di kampus-kampus. Tujuannya tentu saja agar masyarakat paham apa hakikat khilafah, jangan sampai salah paham dan pahamnya salah. Kesalahpahaman masyarakat tentang khilafah disebabkan oleh gerakan islamophobia yang digelorakan barat. Padahal khilafah adalah warisan Rasulullah yang sangat berharga bagi kebaikan tata kelola dunia ini.
Membuka ruang diskursus tentang khilafah tentu saja akan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan sampai hanya melancarkan propaganda yang tidak ilmiah, namun tidak juga memiliki solusi yang baik bagi krisis multidimensi negeri ini. Selain islamopobia, propaganda kebencian kepada khilafah juga merupakan semacam kekelahan intelektual. Karena itu semestinya dibuka ruang dialogis intelektual tentang khilafah ini dari berbagai sudut pandang.
Khilafah adalah solusi alternatif dan terbaik untuk kriris multidimensi dunia saat ini. Saat semua pihak open minded, obyektif dan saintifk membincangkan sistem khilafah ini agar terjadi semacam pencerdasan rakyat, bukan pendunguan sosial. Ruang dialogis tentang khilafah juga akan menumbuhkan tradisi ilmu di negeri ini. Sebab peradaban itu ditopang oleh ilmu, bukan persepsi, apalagi kedunguan.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 26/07/23 : 10.05 WIB)
Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa