Tinta Media - Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor, Ustadz Arief B. Iskandar (UABI) mengatakan bahwa manusia mati sesuai kebiasaan saat hidup.
“Manusia mati sesuai kebiasaan saat hidup,” tuturnya di akun telegram pribadinya, Kamis (24/8/2023).
Ia melanjutkan, ada orang meninggal dalam keadaan taat kepada Allah Swt. Meninggal saat shalat berjamaah di masjid, saat membaca al-Quran, saat berzikir atau bertobat kepada Allah Swt, saat menghadiri majelis ilmu atau mengajarkan ilmu, saat berdakwah atau berjihad di jalan Allah Swt, dan lain-lain.
“Sebaliknya, banyak orang mati dalam keadaan maksiat kepada Allah Swt. Mati di tempat dugem, di meja judi atau di tempat pelacuran. Mati saat mabuk-mabukkan atau mati karena narkoba. Mati saat menikmati uang hasil korupsi, suap-menyuap atau riba. Mati dalam keadaaan memamerkan aurat atau saat berlenggak-lenggok di atas panggung. Mati dalam keadaan menyakiti orangtua, mengabaikan hak-hak suami/istri atau menzalimi orang lain, dan lain-lain,” bebernya.
Banyak pula, ucapnya, yang mati dalam keadaan menunda-nunda bahkan meninggalkan shalat, lalai dari zikir mengingat Allah Swt, jarang sekali membaca al-Qur’an. Mati dalam keadaan asyik bermain games, berpesta-pora di tempat-tempat hiburan.
“Semua bergantung pada kebiasaan masing-masing saat hidup,” tandasnya.
Demikian itu, jelasnya, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnu Katsir dan Imam as-Sa’adi serta ulama lainnya rahimahumulLaah:
Ø£َÙ†َّÙ‡ُ Ù…َÙ†ْ عَاشَ عَÙ„َÙ‰ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ù…َاتَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ
Sungguh siapa saja yang hidup di atas suatu kebiasaan tertentu, ia pun akan diwafatkan di atas kebiasaan tersebut (Ibnu Katsir, Tafsiir al-Qur’aan al-‘Azhiim, 2/101; as-Sa’adi, Taysiir al-Kariim ar-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam al-Manaan, 1/130).
“Alhasil, kita boleh saja berharap mati dalam keadaan husnul khatimah. Namun pada akhirnya, kita akan mati sesuai dengan kebiasaan kita saat hidup. Apakah saat hidup kita biasa taat kepada Allah Swt? Ataukah saat hidup kita biasa berbuat dosa dan bermaksiat kepada-Nya? Semoga kita semua diwafatkan oleh Allah Swt. dalam keadaan taat kepada-Nya,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.
“Manusia mati sesuai kebiasaan saat hidup,” tuturnya di akun telegram pribadinya, Kamis (24/8/2023).
Ia melanjutkan, ada orang meninggal dalam keadaan taat kepada Allah Swt. Meninggal saat shalat berjamaah di masjid, saat membaca al-Quran, saat berzikir atau bertobat kepada Allah Swt, saat menghadiri majelis ilmu atau mengajarkan ilmu, saat berdakwah atau berjihad di jalan Allah Swt, dan lain-lain.
“Sebaliknya, banyak orang mati dalam keadaan maksiat kepada Allah Swt. Mati di tempat dugem, di meja judi atau di tempat pelacuran. Mati saat mabuk-mabukkan atau mati karena narkoba. Mati saat menikmati uang hasil korupsi, suap-menyuap atau riba. Mati dalam keadaaan memamerkan aurat atau saat berlenggak-lenggok di atas panggung. Mati dalam keadaan menyakiti orangtua, mengabaikan hak-hak suami/istri atau menzalimi orang lain, dan lain-lain,” bebernya.
Banyak pula, ucapnya, yang mati dalam keadaan menunda-nunda bahkan meninggalkan shalat, lalai dari zikir mengingat Allah Swt, jarang sekali membaca al-Qur’an. Mati dalam keadaan asyik bermain games, berpesta-pora di tempat-tempat hiburan.
“Semua bergantung pada kebiasaan masing-masing saat hidup,” tandasnya.
Demikian itu, jelasnya, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnu Katsir dan Imam as-Sa’adi serta ulama lainnya rahimahumulLaah:
Ø£َÙ†َّÙ‡ُ Ù…َÙ†ْ عَاشَ عَÙ„َÙ‰ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ù…َاتَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ
Sungguh siapa saja yang hidup di atas suatu kebiasaan tertentu, ia pun akan diwafatkan di atas kebiasaan tersebut (Ibnu Katsir, Tafsiir al-Qur’aan al-‘Azhiim, 2/101; as-Sa’adi, Taysiir al-Kariim ar-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam al-Manaan, 1/130).
“Alhasil, kita boleh saja berharap mati dalam keadaan husnul khatimah. Namun pada akhirnya, kita akan mati sesuai dengan kebiasaan kita saat hidup. Apakah saat hidup kita biasa taat kepada Allah Swt? Ataukah saat hidup kita biasa berbuat dosa dan bermaksiat kepada-Nya? Semoga kita semua diwafatkan oleh Allah Swt. dalam keadaan taat kepada-Nya,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.