Tinta Media - Pengasuh Majelis Baitul Qur’an, Yayasan Tapin Mandiri Amanah Kalimantan Selatan, Guru H. Luthfi Hidayat menyatakan makna dari Surat Al Baqarah ayat 201-202, yakni orang-orang mukmin yang memohon kebaikan dunia dan akhirat.
“Makna dari Surat Al Baqarah ayat 201-202, yakni orang-orang mukmin yang memohon kebaikan dunia dan akhirat. Ayat ini menjadi sebuah doa yang menghimpun seluruh kebaikan dan menolak seluruh keburukan,” tuturnya dalam Kajian Jumat Bersama Al -Qur’an: Doa Kebaikan Dunia dan Akhirat, di kanal Youtube Baitul Qur’an Ta’lim Center, Jumat (11/8/2023).
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنا آتِنا فِي الدُّنْيا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنا عَذابَ النَّارِ. أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka (201). Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya (202).” (QS. Al-Baqarah [2]: 201-202).
Ia menjelaskan, dalam Tafsir Al Jami’ li Ahkamil Qur’an dari Imam Al Qurthubi, kata atau kalimat wa minhum dari ayat di atas adalah di antara manusia, mereka adalah kaum muslimin yang meminta kebaikan dunia dan akhirat
“Sementara menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul Adzhim bahwa kebaikan di dunia mencakup segala permintaan yang bersifat duniawi. Berupa kesehatan, rumah yang luas, istri yang cantik, rezeki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, amal salih, kendaraan yang nyaman, pujian, dan lain sebagainya yang tercakup dalam ungkapan para mufassir,” urainya.
Namun pendapat yang dianut oleh mayoritas Ahlul Ilmi dari maksud kebaikan dunia dan akhirat, jelasnya, adalah kenikmatan di dunia dan akhirat. “Inilah pendapat yang benar, sebab lafaz hasanah tersebut mengandung makna semua ini. Lafadz hasanah dalam adalah lafaz nakhihrah (in difinitif) yang berada dalam kalimat doa sehingga ada kemungkinan mencakup semua kebaikan,” imbuhnya.
Adapun yang dimaksud dengan kebaikan akhirat, ucapnya, adalah surga.
Lalu Imam Al Qurthubi menerangkan ayat: وَقِنا عَذابَ النَّارِ.
Ia mengungkapkan keterangan dari Imam Al Qurthubi tentang kalimat dari ayat tersebut. “Maksudnya adalah doa agar tidak menjadi orang yang masuk ke dalam neraka karena kemaksiatan-kemaksiatannya, kemudian dia dikeluarkan dari sana berkat syafaat,” ungkapnya.
Sedangkan pendapat dari Imam Ibnu Katsir tentang kalimat dari ayat di atas, menurut Guru Luthfi, yakni keselamatan dari api neraka. “Berarti kemudahan dari berbagai faktor penyebabnya di dunia, yaitu berupa perlindungan dari berbagai larangan dan dosa, terhindar dari berbagai syubhat dan hal-hal yang haram,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa Al Qasim Abu Abdur Rahman menyatakan barang siapa dianugerahi hati yang suka bersyukur, lisan yang senantiasa berzikir, dan diri yang sabar, berarti ia telah diberikan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta dilindungi dari azab neraka.
Ia menyebutkan tentang anjuran Rasulullah saw. dari Al-Bukhari yang meriwayatkan dari Mu’ammar dari Anas bin Malik.
"اللَّهم ربَّنا، آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ"
Di ayat berikutnya: أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Ia menyatakan di ayat ini Allah memberikan penegasan keberuntungan untuk orang-orang mukmin yang berdoa dengan kalimat yang dicontohkan Rasulullah saw. tersebut di atas.
Terakhir ia mengungkapkan keterangan dari Imam Muhammad Ali Ash-Shabuni, yakni orang-orang yang memohon kebahagiaan dunia dan akhirat adalah mereka yang mendapat keberuntungan melimpah atas segala yang mereka kerjakan berupa kebaikan dan amal-amal saleh.
“Dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya, maknanya, Allah menghisab hamba-hamba-Nya secepat kedipan mata,” pungkasnya. [] Ageng Kartika.
“Makna dari Surat Al Baqarah ayat 201-202, yakni orang-orang mukmin yang memohon kebaikan dunia dan akhirat. Ayat ini menjadi sebuah doa yang menghimpun seluruh kebaikan dan menolak seluruh keburukan,” tuturnya dalam Kajian Jumat Bersama Al -Qur’an: Doa Kebaikan Dunia dan Akhirat, di kanal Youtube Baitul Qur’an Ta’lim Center, Jumat (11/8/2023).
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنا آتِنا فِي الدُّنْيا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنا عَذابَ النَّارِ. أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka (201). Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya (202).” (QS. Al-Baqarah [2]: 201-202).
Ia menjelaskan, dalam Tafsir Al Jami’ li Ahkamil Qur’an dari Imam Al Qurthubi, kata atau kalimat wa minhum dari ayat di atas adalah di antara manusia, mereka adalah kaum muslimin yang meminta kebaikan dunia dan akhirat
“Sementara menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul Adzhim bahwa kebaikan di dunia mencakup segala permintaan yang bersifat duniawi. Berupa kesehatan, rumah yang luas, istri yang cantik, rezeki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, amal salih, kendaraan yang nyaman, pujian, dan lain sebagainya yang tercakup dalam ungkapan para mufassir,” urainya.
Namun pendapat yang dianut oleh mayoritas Ahlul Ilmi dari maksud kebaikan dunia dan akhirat, jelasnya, adalah kenikmatan di dunia dan akhirat. “Inilah pendapat yang benar, sebab lafaz hasanah tersebut mengandung makna semua ini. Lafadz hasanah dalam adalah lafaz nakhihrah (in difinitif) yang berada dalam kalimat doa sehingga ada kemungkinan mencakup semua kebaikan,” imbuhnya.
Adapun yang dimaksud dengan kebaikan akhirat, ucapnya, adalah surga.
Lalu Imam Al Qurthubi menerangkan ayat: وَقِنا عَذابَ النَّارِ.
Ia mengungkapkan keterangan dari Imam Al Qurthubi tentang kalimat dari ayat tersebut. “Maksudnya adalah doa agar tidak menjadi orang yang masuk ke dalam neraka karena kemaksiatan-kemaksiatannya, kemudian dia dikeluarkan dari sana berkat syafaat,” ungkapnya.
Sedangkan pendapat dari Imam Ibnu Katsir tentang kalimat dari ayat di atas, menurut Guru Luthfi, yakni keselamatan dari api neraka. “Berarti kemudahan dari berbagai faktor penyebabnya di dunia, yaitu berupa perlindungan dari berbagai larangan dan dosa, terhindar dari berbagai syubhat dan hal-hal yang haram,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa Al Qasim Abu Abdur Rahman menyatakan barang siapa dianugerahi hati yang suka bersyukur, lisan yang senantiasa berzikir, dan diri yang sabar, berarti ia telah diberikan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta dilindungi dari azab neraka.
Ia menyebutkan tentang anjuran Rasulullah saw. dari Al-Bukhari yang meriwayatkan dari Mu’ammar dari Anas bin Malik.
"اللَّهم ربَّنا، آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ"
Di ayat berikutnya: أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Ia menyatakan di ayat ini Allah memberikan penegasan keberuntungan untuk orang-orang mukmin yang berdoa dengan kalimat yang dicontohkan Rasulullah saw. tersebut di atas.
Terakhir ia mengungkapkan keterangan dari Imam Muhammad Ali Ash-Shabuni, yakni orang-orang yang memohon kebahagiaan dunia dan akhirat adalah mereka yang mendapat keberuntungan melimpah atas segala yang mereka kerjakan berupa kebaikan dan amal-amal saleh.
“Dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya, maknanya, Allah menghisab hamba-hamba-Nya secepat kedipan mata,” pungkasnya. [] Ageng Kartika.