LPG 3kg Langka, di Mana Peran Negara? - Tinta Media

Senin, 14 Agustus 2023

LPG 3kg Langka, di Mana Peran Negara?

Tinta Media - Saat ini masyarakat dominan memakai gas sebagai sumber daya utama untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti memasak, jualan, dan berbagai aktivitas lain. Namun, apa jadinya bila terjadi kelangkaan gas dalam kehidupan masyarakat? 

Di sejumlah daerah, LPG 3kg subsidi mengalami kelangkaan. Ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya, termasuk adanya peningkatan konsumsi dan adanya dugaan tidak tepat sasaran. Namun anehnya, di sisi lain, pemerintah ternyata meluncurkan LPG 3kg yang non-subsidi.

Kasus ini seakan memberikan kita kode bahwa segala bentuk bantuan dalam hal pelayanan masyarakat sedikit demi sedikit mulai dikikis. Tidak hanya gas LPG 3kg, tetapi sebelumnya ada jmasalah serupa terkait subsidi BBM, listrik, raskin, atau sesuatu yang sifatnya bantuan langsung, dan lain-lain.

Kompas TV mengabarkan bahwa "ada foto yang beredar di media sosial yang memperlihatkan produk Bright Gas 3 kg dengan tulisan "LPG non-subsidi".
Padahal, wacana ini telah lama dijalankan oleh pemerintah sejak tahun 2018, tetapi tak menimbulkan minat masyarakat karena harganya dua kali lipat dari harga tabung bersubsidi. 

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih membutuhkan pengurusan negara dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah layanan subsidi gas rumah tangga.

Adanya kelangkaan serta terbitnya tabung gas edaran 3 kg non-subsidi menunjukkan bahwa secara tidak langsung pemerintah secara perlahan mulai berlepas tangan atas kepengurusan masyarakat. Lalu apa sebenarnya peran negara?

Ketersediaan LPG sudah seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Kelangkaan ini adalah tanda gagalnya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pokok rakyat.  Munculnya LPG non-subsidi dalam waktu yang bersamaan, apalagi diklaim lebih aman, jelas memberikan ‘pasar’ pada pengusaha.

Jelas, di sini ada peluang-peluang yang dibuka untuk berbagai pengusaha yang bermodal. Ini menunjukkan keberpihakan penguasa kepada pihak yang mendatangkan keuntungan dengan cara membebani rakyat. 

Dalam sistem kapitalisme, merupakan sebuah kewajaran apabila prospek untung dan rugi menjadi tolak ukur. Tanggung jawab yang sudah jelas, dengan mudahnya tergadai dengan iming-iming keuntungan.

Kapitalisme sekuler membiasakan masyarakat untuk tidak menuntut hak kepada penguasa, alih-alih dengan maksud membantu negara. Begitu juga dengan penguasa, mereka tidak maksimal dalam memberikan pelayanan kepada rakyatnya dengan alasan memandirikan rakyat. 

Dengan demikian, yang terbentuk bukanlah rakyat kesatuan, tetapi rakyat yang individualis. Rasa empati masyarakat sedikit demi sedikit tersingkir akibat pemikiran kapitalistik tadi, yang memandang bahwa segala sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat atau keuntungan tidak menjadi hal yang mesti mereka pikirkan.

Inilah didikan kapitalisme sekuler yang menjauhkan masyarakat dari kepekaan kepada sesamanya dan malah menciptakan pribadi superior yang menjunjung ego. Hal ini amat jauh dari gaya hidup kaum muslimin yang memiliki pegangan hidup, yang seharusnya mampu menjadi cerminan.

Lemahnya masyarakat dan penguasa atas iman menjadikan mereka terbawa arus yang berasal dari ideologi kapitalisme sekuler, sehingga tidak mampu menjadikan identitas mereka menonjol sebagai seorang muslim.

Padahal, sejatinya Islam memiliki solusi atas setiap problem yang dihadapi oleh manusia. Misalnya masalah kelangkaan LPG, Islam menetapkan bahwa negara berkewajiban menyediakan kebutuhan pokok rakyat, termasuk LPG guna memberikan kesejahteraan dan kemudahan sebagai bentuk pelayanan negara atas kebutuhan rakyatnya.

Untuk memenuhi hal tersebut, Islam memiliki sistem ekonomi yang meniscayakan ketersediaannya untuk semua rakyat, dengan harga murah atau gratis.

Islam mengharuskan pengelolaan SDA oleh negara, sehingga jaminan layanan umum dan kebutuhan hidup akan terpenuhi. SDA dikelola bukan hanya untuk memperkaya diri karena sumber daya tersebut masuk dalam hal kepemilikan umum yang tidak boleh diprivatisasi. Negara wajib mengelolanya dan hasil pengelolaan tersebut sudah sewajarnya dirasakan oleh masyarakat tanpa mereka meminta dan mengemis-ngemis atas jaminan tersebut.

Inilah cara Islam menjaga dan melayani masyarakat sehingga terbentuk masyarakat yang berkepribadian baik, karena jaminan yang diberikan oleh penguasa memberikan kemudahan sehingga lahir ketenangan hidup. 

Penguasa tidak akan berani mengambil keuntungan secara pribadi karena ketakwaan kepada Allah menjadikan mereka menjalankan urusannya dengan baik sesuai dengan amanat yang diberikan. Mereka sudah meyakini bahwa kebaikan yang diberikan, serta usaha maksimal dalam pelayanannya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dari Allah Swt. Wallahua'lam.

Oleh: Erna Nuri Widiastuti S.Pd. 
Aktivis 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :