Tinta Media - Ramainya konten unfaedah kian meresahkan. Begitu banyak konten merusak yang disajikan melalui media sosial. Tentu saja, hal ini dapat merusak moral generasi, yang notabene sebagai pondasi bangunan suatu bangsa.
Sekulerisme, Merusak Pemahaman dan Gaya Hidup
Kegaduhan konten jilat es krim selebgram Oklin Fia menuai kontroversi. Kasus jilat es krim yang dilakukan Oklin dengan posisi berlutut, di depan seorang pria yang tengah berdiri di depannya. Seolah sedang melakukan or*l seks. Ekspresi wajahnya pun tampak vulgar. Tentu saja, konten tersebut menuai serangan para netizen. Hingga akhirnya dilaporkan kepada pihak kepolisian. Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB SEMMI), melaporkan Oklin Fia karena konten tersebut dinilai sebagai konten asusila (detik.com, 15/8/2023).
Apalagi yang bersangkutan adalah muslimah berhijab. Beragam komentar netizen dilontarkan. Sebagian besar mencibir dan menganggap perbuatan tersebut sebagai tindakan tak bermoral. Tak menunjukkan akhlak yang baik bagi seorang muslimah yang mengenakan hijab. Bahkan ada netizen yang menganggap, konten tersebut sebagai bentuk penistaan/ penghinaan agama (beritasatu.com, 14/7/2023).
Kini kasus tersebut masih dalam proses penyidikan pihak kepolisian (liputan6.com, 17/8/2023). Pertama, pihak kepolisian akan melakukan penyidikan melalui pihak MUI (Majelis Ulama Indonesia). Terkait tindakan yang mengarah pada konten pornografi. Kedua, pihak kepolisian pun akan menyidik kasus tersebut kepada Kementrian Komunikasi dan Informatika, terkait konten yang beredar di media sosial (liputan6.com, 17/8/2023).
Inilah realita kehidupan yang menerapkan paham sekulerisme yang tak mengindahkan aturan dan norma agama dalam pengaturan kehidupan. Agama hanya dijadikan simbol saja. Sementara aturannya dijauhkan. Sementara, hawa nafsu dijadikan kebutuhan yang harus sesegera mungkin dipenuhi dengan bebas. Inilah sumber kerusakan generasi.
Regulasi yang ditetapkan negara pun tak mampu mengikat tegas para content creator "nakal". Media sosial semakin dibanjiri konten sampah yang merusak. Alhasil, "virus negatif" media sosial terus menyerang pemahaman generasi muda. Generasi muda cenderung mudah meniru demi gaya hidup dan trend kekinian. Mereka tak memiliki filter kuat untuk menghalau serangan buruk media sosial.
Alhasil, mereka mudah terjebak dalam pemahaman yang keliru. Tak memiliki standar yang jelas tentang benar atau salahnya perbuatan. Popularitas dan keuntungan materialistis menjadi patokan keberhasilan. Inilah kekeliruan sistemik yang dihasilkan dari sistem sekulerisme.
Pendidikan yang ada di jenjang sekolah pun tak mampu menjadi perisai kuat. Penanaman nilai agama tak dijadikan muatan yang penting dalam pembelajaran. Alhasil, generasi pun tak mampu mengindera tentang pemahaman yang keliru.
Islam, Menjaga Kemuliaan Generasi
Sistem Islam menetapkan bahwa akidah Islam adalah pondasi utama dalam mendidik generasi. Sehingga mampu melahirkan generasi yang cerdas dan berkepribadian Islam.
Tak hanya melalui jalur pendidikan. Negara pun melakukan pengawasan siber atau media elektronik. Setiap pelanggaran yang melanggar akidah dan syariat Islam, ditindak tegas sehingga mampu menimbulkan efek jera bagi para content creator yang menciptakan konten-konten sampah unfaedah.
Islam menjaga potensi dan kemuliaan generasi dengan konsep-konsep syariat Islam yang wajib dilaksanakan. Seperti, menutup aurat, menjauhi khalwat (berduaan dengan lawan jenis), menjaga pandangan, menghindari ikhtilat (bercampur baur dalam pergaulan) dan senantiasa memperkaya diri dengan khazanah ilmu syariat Islam. Sehingga setiap individu memiliki bekal iman dan takwa yang mampu menjadi perisai dari perbuatan buruk yang melanggar syara'.
Hakikatnya, kehidupan adalah tempat untuk beribadah hanya kepada Allah SWT.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat: 56)
Setiap detik kehidupan seorang muslim adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Apapun aktivitasnya, landasannya adalah ibadah untuk mengharap ridho Allah SWT.
Konsep ini hanya mampu terbangun dan terwujud dalam paradigma Islam yang menyeluruh dalam menjalankan kehidupan. Yaitu menerapkannya dalam bingkai institusi Khilafah. Hanya dengan penerapan Islam, muslim akan terjaga kemuliaan akhlak dan perbuatannya dengan sempurna.
Wallahu a'lam bisshowwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor