Tinta Media - Sobat. Diriwayatkan bahwa Luqmanul Hakim menasehati putranya : “Wahai anakku, ketika kamu melihat jamaah tengah berdzikir (Majelis Ilmu), maka duduklah bersama mereka, karena jika engkau pandai maka bermanfaatlah ilmumu, dan jika engkau bodoh, maka kau dapat menimba ilmu dari mereka, dan kemungkinan mereka diberi rahmat oleh Allah, maka kau memperoleh bagian daripadanya.
Dan ketika kamu melihat masyarakat tidak berdzikir atau bukan majelis ilmu, maka hati-hatilah jangan mendekati mereka, karena jika kau pandai tiada manfaat ilmu yang ada padamu, dan jika kamu bodoh, maka menambah kesesatanmu, dan kemungkinan mereka dimarahi oleh Allah, hingga kamu tertimpa marahnya.”
Sobat. Abu Laits Assamarqandi dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin berkata, “Orang yang duduk bersama orang pandai (Majelis Ilmu), sekalipun tidak dapat mengingat ilmu yang disampaikannya, akan memperoleh tujuh kemuliaan yaitu :1. Kemuliaan orang yang belajar. 2. Mengekang laku dosa, sepanjang dekat dengan orang yang berilmu. 3. Ketika berangkat menuju majelisnya diturunkan rahmat oleh Allah SWT. 4. Ketika berdampingan dengannya, memperoleh rahmat yang diberikan kepada ulama tersebut. 5. Ditulis kebaikan, sepanjang mendengarkan tutur kata (nasehat)nya. 6. Diliputi para malaikat dengan sayapnya, karena mereka rela kepadanya.
Sobat. Beliau juga mengingatkan kepada kita, “Barangsiapa duduk bersama 8 macam manusia, maka bertambah pula sifat, yaitu : Duduk bersama orang kaya bertambah cinta harta. Duduk bersama orang miskin, bertambah syukur dan rela atas pemberian Allah SWT. Duduk bersama penguasa, bertambah keras hati lagi sombong. Duduk bersama anak-anak, bertambah senang bermain dan bergurau. Duduk bersama pelacur, bertambah berani berbuat maksiat dan menunda-nunda taubat. Duduk bersama orang sholeh, bertambah tekun ibadah dan menjauhi maksiat. Duduk bersama ulama bertambah ilmu dan takwa”. Memilih teman bergaul adalah memilih masa depan, maka berhati-hatilah.
Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ ٱلۡكَرِيمِ
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.” ( QS. Al-Infithar (82) : 6 )
Sobat. Dalam ayat ini, Allah mencela manusia-manusia yang kafir, teperdaya, dan berani berbuat hal-hal yang dilarang Allah. Padahal, Allah Maha Pemurah dengan berbagai karunia yang dianugerahkannya kepada manusia, seperti rezeki yang banyak, keturunan yang baik dan saleh, kesehatan tubuh, dan lain-lain. Seharusnya mereka bersyukur sebagai balasan atas kemurahan Allah, bukan berbuat sebaliknya. Peringatan Allah untuk tidak teperdaya oleh apa pun sehingga tidak terdorong untuk berlaku sombong kepada-Nya disebutkan kembali dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًاۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman (31) : 33 )
Sobat. Ayat ini menerangkan sifat-sifat orang-orang musyrik dengan melukiskan mereka, "Apabila orang-orang musyrik penyembah patung dan pemuja dewa itu berlayar ke tengah lautan, tiba-tiba datang gelombang besar dan menghempaskan bahtera mereka ke kiri dan ke kanan, dan merasa bahwa mereka tidak akan selamat, bahkan akan mati ditelan gelombang, maka di saat itulah mereka kembali kepada fitrahnya, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan setulus-tulusnya. Pada saat serupa itu mereka berkeyakinan bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menyelamatkan mereka kecuali Allah semata, seperti yang pernah dilakukan Fir'aun di saat-saat ia akan tenggelam di laut.
Setelah Allah menerima doa dan menyelamatkan mereka dari amukan gelombang itu, maka di antara mereka hanya sebagian saja yang tetap mengakui keesaan Allah, adapun yang lainnya kembali menyekutukan Tuhan.
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa yang mengingkari ayat-ayat-Nya itu dan kembali mempersekutukan Tuhan ialah orang-orang yang dalam hidupnya penuh dengan tipu daya dan kebusukan, serta mengingkari nikmat Allah.
(33) Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia untuk melaksanakan perintah-perintah dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang. Tuhan yang telah menciptakan manusia dan menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya untuk kepentingannya. Manusia hendaklah takut pada hari dimana terjadi malapetaka yang dahsyat, tidak seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari malapetaka itu. Pada waktu itu, seorang ayah tidak kuasa menolong anaknya, demikian pula seorang anak tidak dapat menolong bapaknya, karena segala urusan waktu itu berada di tangan Allah. Tiap-tiap orang bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang telah dilakukannya. Mereka memikul dosanya masing-masing. Hanya perbuatan baik yang telah dilakukannya selama hidup di dunia yang dapat menolong manusia dari malapetaka itu.
Sobat. Allah memperingatkan bahwa janji-Nya membangkitkan manusia dari kubur adalah sesuatu yang benar-benar akan terjadi dan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan sedikit pun. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali manusia tertipu oleh kesenangan hidup di dunia dan segala kenikmatan yang ada padanya, sehingga mereka berusaha dan menghabiskan seluruh waktu yang ada untuk memperoleh dan menikmati kesenangan-kesenangan duniawi.
Akibatnya, tidak ada waktu lagi untuk beribadah kepada Allah, serta mengerjakan kebajikan dan amal saleh. Padahal kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal dan lebih baik.
Demikian pula Allah memperingatkan manusia akan tipu daya setan, yang selalu mencari-cari kesempatan untuk memperdaya manusia. Setan itu menjadikan kehidupan dunia itu indah dalam pandangan matanya, sehingga mereka lupa kepada tugas yang dipikulkan Allah kepada mereka sebagai khalifatullah fil ardh (makhluk yang diberi-Nya tugas memakmurkan bumi).
Maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah. (Luqman/31: 33)
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur