Tinta Media - Ironis, berita pilu baru-baru ini sungguh membuat sakit hati rakyat tanah air melihat rakyat Papua hidup dengan derita. Selama ini mungkin kita tidak menelusuri masih ada suatu daerah yang masih menderita kelaparan.Namun pada faktanya masih banyak di negeri kaya akan SDA ini, ada saja rakyat yang hidup dengan kelaparan.
Ini menunjukkan bahwa sistem kehidupan di negeri ini benar-benar tidak membuat rakyat sejahtera melainkan mensejahterakan rakyat dengan setengah-setengah. Hak hidup yang diberikan untuk rakyat malah jadi kacau balau. Alibinya akibat dari kasus kelaparan karena musim atau cuaca yang tidak memungkinkan untuk mendapatkan bahan pangan.
Padahal SDA di negeri ini berlimpah ruah. Lalu ada apa sebenarnya di balik semua ini terjadi?
Sebanyak enam orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Dari enam orang tersebut, satu orang di antaranya adalah anak-anak. (Kompas.com)
"Bencana kekeringan telah menyebabkan enam orang meninggal dan kelaparan bagi masyarakat di daerah terdampak," kata Bupati Puncak Willem Wandik dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/7/2023).
Meninggal karena kelaparan merupakan kejadian yang bikin miris sekali. Padahal Indonesia adalah Negara yang kaya akan SDA namun, sayangnya ada suatu rakyat di daerah tertentu yang masih menderita kelaparan. Justru ini membuat simpati iba bagi rakyat yang lainnya.
Ini bukti ketidakmerataannya kesejahteraan bagi rakyat. Sepatutnya negara wajib menyejahterakan seluruh rakyatnya yang hidup di negara tersebut. Bukan malah berdalih karena permasalahan bencana kekeringan yang membuat sebagian rakyat di suatu wilayah menjadi kelaparan.
Kalaupun demikian hendaknya negara yang berwewenang untuk mengurus urusan rakyatnya, harus sigap dalam menindaklanjuti hal ini.
Apalagi SDA yang dimiliki negara bisa dikatakan cukup bahkan cukup sekali untuk kesejahteraan rakyat. Namun, apa penghambat di balik rakyat bisa kelaparan bahkan sampai meninggal di negara yang kaya SDA ini?
Kembali lagi, ini bukti bahwa negara saat ini benar-benar tidak mengayomi rakyatnya dengan sepenuh hati melainkan setengah-setengah.
Inilah sistem kapitalisme yang di tegakkan di negara hari ini. Sistem kapitalisme yang gagal dalam mengayomi urusan setiap rakyat, bahkan dari hal terkecil seperti bahan pangan.
Berbeda halnya jika sistem Islam di tegakkan di tengah-tengah kehidupan hari ini. Niscaya seluruh rakyat akan sejahtera. Semua mendapatkan keadilan dan seluruh urusan rakyat negara yang menanggung jawabi, karena memang tugas negaralah untuk melindungi rakyat.
Kembali merujuk pada masa kejayaan Islam yang dulu masih tegak di tengah-tengah kehidupan ummat. Bahkan sang Khalifah sajapun berani terjun untuk memperhatikan kehidupan setiap ummatnya. Seperti Amirul mukminin Umar bin Khattab dari hal makanan saja beliau langsung memperhatikan dan memastikan bahwa tidak ada satupun ummat ada yg kelaparan semasa beliau menjadi Amirul mukminin.
Karena menjadi seorang pemimpin itu adalah amanah yang harus dilaksanakan. Amanah yang di pikul seorang pemimpin itu pahalanya tidak main-main. Apabila amanah dilaksanakan dengan jujur dan sadar akan ke Maha Tahunya Allah maka pahala yang di dapat sang pemimpin bukanlah main-main. Apabila seorang pemimpin tidak melaksanakan amanahnya dengan jujur dan tidak menyadari bahwa Allah akan menghisap semuanya di akhirat maka jangan salah balasan yang Allah sediakan juga tidak main-main.
Seperti itulah standar kepemimpinan pada masa kejayaan Islam. Sehingga seluruh rakyat yang hidup dalam sistem Islam merasakan kesejahteraan di dalamnya. Tanpa terkecuali yang Islam maupun kafir Dzimmih sekalipun tetap merasakan kesejahteraan hidup di dalam naungan Islam.
Lalu, tidakkah kita menginginkan hal ini terjadi? Kalaulah kita menginginkan sistem Islam kembali hendaknya kita ikut memperjuangkannya salah satunya dengan tidak bosan menuntut ilmu dan menambah wawasan sejarah Islam dan dakwah Islam kaffah ke tengah-tengah ummat.
Wallahu a'lam bisshowwab.
Oleh: Marsya Hafidzah Z.
Pelajar