Tinta Media - Idaman adalah hal yang banyak diinginkan orang. Pemuda yang baik, rajin belajar, gigih bekerja demi masa depan, suka menolong tentu menjadi idaman banyak orang, bukan pemuda instan yang malas, tetapi ingin hidup enak, suka nongkrong, main game dan aktivitas lain yang tak berguna.
Miris sekali melihat fenomena pemuda hari ini. Tanpa mau kerja keras, mereka ingin hidup enak dan banyak uang, menghalu hidup ala sultan. Padahal, di dunia ini tidak ada yang sim salabim, semua perlu proses.
Mie instan saja perlu direbus beberapa menit, baru bisa dinikmati. Pemuda hari ini adalah akumulasi didikan puluhan tahun lalu.
Lingkungan tempat ia berinteraksi berpengaruh besar terhadap gaya hidup mereka. Tak terkecuali orang tua harus bisa memahami antara kebutuhan dan keinginan anak, tidak semua yang diminta harus di penuhi. Mereka harus dipahamkan bahwa ketika mengginginkan sesuatu, perlu upaya dan bersabar.
Kasus pembunuhan yang dilakukan (AAB) terhadap adik tingkat (MNZ) mahasiswa UI membuka tabir pemuda instan yang kronis, seÄ·aligus prihatin dengan kondisi pemuda hari ini. Gaya hidup konsumeris dan hedonis telah membelokkan arah pandangnya, hingga buta terhadap masa depan. Kesenangan dunia yang singkat adalah sesuatu yang diagungkan.
Sejatinya pemuda adalah agen perubahan dan calon pemimpin. Di pundaknyalah bergantung masa depan sebuah bangsa. Namun, sekularisme kapitalis telah mengubah cita-cita mereka, hanya mengejar kesenangan materi tanpa peduli apakah perbuatannya menyusahkan diri dan orang lain.
Lain halnya ketika lslam mengatur kehidupan. Pemuda idaman banyak dijumpai. Pemuda hasil didikan wahyu mengabdikan hidupnya untuk menebar rahmat. Jiwa raganya ia persembahkan untuk kebangkitan umat, hingga manusia terangkat dari lumpur kebodohan.
Salah satunya adalah sahabat Mushab bin Umair ra. Atas kesungguhan dan tekadnya yang kokoh, ia mampu membuka tabir jahiliyah masyarakat Madinah menuju kebangkitan. Tidak menunggu lama, hanya satu tahun atas izin Allah penduduk Madinah tercerahkan dadanya dengan nur (cahaya) iman.
Mereka paham, tidak ada keberhasilan yang instan, perlu curahan jiwa raga untuk meraih segala sesuatu. Gemerlap dunia tak menyilaukan arah pandangnya. Terbukti, di tangan para pemuda, lslam mampu menerangi gelapnya Jazirah Arab hanya dengan waktu singkat, yaitu 10 tahun.
Bahkan, Persia dan Romawi, negara besar kala itu mengakui keunggulan lslam. Kehidupan dalam naungan lslam diliputi keberkahan bagi semua manusia, baik muslim maupun nonmuslim.
Jelas, ketika mengatur kehidupan, maka Islam menjadikan pemuda bermartabat karena bervisi akhirat. sebaliknya sekularisme kapitalis membuat generasi terlaknat karena mengikuti nafsu sesat yang sesaat.
Adalah tugas kita semua menyadarkan para pemuda untuk kembali pada jati dirinya sebagai khalifah fil ard (khalifah di muka bumi), taat syariat menjadi idaman penduduk dunia dan akhirat. Allahu a’lam
Oleh: Umi Hanifah
Sahabat Tinta Media