Islam Hapuskan Tawuran, Wujudkan Generasi Mulia - Tinta Media

Rabu, 09 Agustus 2023

Islam Hapuskan Tawuran, Wujudkan Generasi Mulia

Tinta Media - Beberapa waktu lalu, Polresta Tanggerang mengamankan 69 anak sekolah yang berencana tawuran pada hari pertama masuk sekolah. Para pelajar yang diamankan akan diberi sanksi berupa pembinaan di polresta Tanggerang. Orang tua mereka juga dipanggil untuk memberitahukan bahwa anak mereka, yaitu 69 pelajar dari 2 sekolah yang berbeda kini sedang berada di Polresta Tanggerang. Anak-anak itu menangis di depan orang tua (beritasatu.com, 18/07).

Tentu peristiwa tawuran tersebut membuat kita miris. Para pelajar itu pergi dari rumah, berpamitan pada orang tua untuk sekolah, mencari ilmu agar menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Akan tetapi, bukannya belajar dengan rajin dan tekun, menyimak penjelasan guru, mereka malah tawuran.

Kelakuan mereka sudah seperti gangster di flim-flim. Mereka saling serang dengan senjata tajam. Sampai korban pun berjatuhan, bahkan nyawa pun sampai melayang. Mirisnya lagi, budaya tawuran ini sudah menjadi warisan turunan dari generasi ke generasi. Ada "regenerasi" dari alumni ke siswa baru hingga tawuran pelajar sepertinya sudah menjadi rantai yang susah diputuskan.

Merajalelanya tawuran bukan saja karena jiwa muda yang menggebu-gebu dalam dada para pemuda. Nyatanya, ketika mereka diamankan polisi dan dipertemukan dengan orang tuanya, mereka menangis tersedu-sedu seperti anak kecil kepergok berbuat salah. Keberanian mereka langsung hilang ketika mereka sedang sendirian, berbeda jika mereka dengan kelompoknya.

Pemuda Nir Akhlak Buah Sistem Liberal-Sekuler

Kelakuan para pelajar yang menyakiti hati para orang tua dengan gemar tawuran ini sebenarnya hasil dari paham liberalisme-sekularisme yang telah mengakar di dada kaum muslimin di negeri ini. Pemuda menjadi ingin bebas dan tak mau terikat aturan, baik aturan bebangsa, bernegara apalagi aturan agama.

Akibat sekularisme yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, para pemuda kehilangan visi akhirat. Konsep pahala dan dosa tidak melekat dalam hati mereka sehingga tidak menjadi penuntun tingkah laku mereka agar lebih baik.

Slogan "yang penting happy" merasuk dalam pemikiran, perasaan, dan tingkah laku mereka, sehingga merasa bebas melakukan apa saja. Mereka lupa bahwa maut bisa datang kapan saja, tidak perlu menunggu tua. Semua pemikiran itu hasil dari sekularisme liberal yang menuntut perilaku mereka.

Hasil dari penerapan sistem kapitalisme dalam kehidupan masyarakat dan negara membuahkan perilaku para remaja liberal. Sistem kapitalisme yang diterapkan di mayoritas negeri kaum muslimin menjadikan pendidikan fokus pada pencapaian nilai-nilai akademik di atas kertas, tetapi abai pada pembinaan kepribadian pelajar. Pelajaran agama yang sudah minim semakin tidak berbekas di pikiran mereka ketika yang disampaikan hanya sekadar sebagian bahan ajar agar bisa menjawab pertanyaan ketika ujian.

Definisi sukses dalam benak para pemuda saat ini seolah hanya meraih materi berupa miliaran rupiah dari ketenaran, seperti menjadi pembuat konten, pemain game online, artis medsos, dll. Gelimang materi dan ketenaran duniawi dianggap lebih menjanjikan kesukseskan daripada tekun belajar di sekolah.

Sehingga, tidak mungkin mengharapkan kemunculan pemuda berakhlak mulia dalam sistem yang menggiring para pelajar menjadi budak dunia.

Belum Ada Sanksi Tegas untuk Menindak Ulah Tawuran Pelajar

Tawuran di negeri ini seolah mudah terulang. Hal tersebut wajar terjadi karena sanksi yang diterapkan tidaklah tegas. Sanksi yang biasa dikenakan misalnya dengan melakukan pembinaan, kemudian pelaku tawuran dilepaskan kembali. Wajar jika mereka tidak kapok dan cenderung ingin mengulang tawuran kembali.

Karena para pelajar yang bertawuran masih dianggap anak-anak dan belum berusia 18 tahun, hukum tidak bisa berlaku tegas, meski mereka melakukan tindak kriminal dengan melukai orang lain. Hukum juga tidak bisa membuat jera para pelaku.

Itulah kegagalan sistem di negeri dengan mayoritas kaum muslim ini dalam menyelesaikan persoalan tawuran pelajar. Masalah ini akan terus terjadi tanpa henti. Yang menjadi korban bukan hanya pelaku tawuran, tetapi juga orang-orang yang tidak bersalah, seperti pelajar lain atau orang yang sedang melintas di jalan.

Demua yang terjadi ini tentu saja membuat kita berpikir ulang tentang kelayakan sistem kapitalisme untuk menyelesaikan semua persoalan hidup manusia. Kenyataannya, sistem kapitalisme bukan sekadar gagal dalam menuntaskan masalah, malah justru menambah masalah.

Islam Selamatkan Pemuda sehingga Menjadi Generasi Mulia

Ketika melihat kondisi para pelajar yang suka tawuran saat ini, orang tua tentunya perlu khawatir. Apa yang akan terjadi pada tahun selanjutnya ketika para pemuda hari ini tidak menjadi generasi mulia?

Untuk menyelesaikan masalah tawuran pelajar, Islam mempunyai solusi yang tepat dan tegas. Di dalam Islam, hal yang paling mendasar adalah menjadikan akidah Islam sebagai dasar negara sehingga semua aturan kehidupan berdiri atas dasar keimanan. Ini akan menjadikan setiap perilaku warga negara, termasuk pemuda, terikat dengan pemahaman Islam. 

Setiap orang akan paham bahwa Allah ta'ala akan menghisab setiap amal perbuatan manusia sehingga tidak yang bisa berbuat semaunya. Melalui sistem pendidikan Islam, kepribadian warga negara akan terbentuk dengan baik. Ilmu agama tidak hanya diajarkan di sekolah saja, tetapi menjadi spirit dalam pendidikan. Dari sistem pendidikan ini, lahirlah output berupa para pemuda bervisi akhirat dan sekaligus pandai dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Dalam sistem Islam, para pelajar paham betul tentang hakikat hidup seorang muslim. Seorang muslim harus mengabdikan hidupnya di jalan Islam, yaitu dengan cara menjadikan ketaatan secara total kepada Allah ta'ala. Selain menghabiskan hidupnya di jalan Allah, para pemuda juga akan menjadi ulama, ilmuwan, pejuang, penguasa yang akan menerapkan Islam secara menyeluruh, serta akan berkontribusi untuk kejayaan Islam.

Buah dari sistem pendidikan Islam yaitu akan melahirkan pemuda-pemuda yang gagah dan berani maju ke medan jihad untuk menegakan panji Islam. Hati mereka terikat keimanan dan ketakwaan. Langkah mereka jauh melintasi benua untuk menyebarkan Islam dan meruntuhkan kemungkaran dan kezaliman.

Setiap orang yang sudah baligh harus bertanggung jawab atas perbuatannya di hadapan syariat. Jika telah terbukti melakukan tindakan kriminal, mereka harus dihukum sesuai jenis perbuatannya. Dalam Islam, ada sistem sanksi yang efektif. Jika seseorang terbukti melukai dan membunuh orang, maka akan ada sanksi yang tegas.

Tentunya, sistem sanksi dalam Islam tidak berniat menakuti. Fungsi sanksi tegas dalam Islam adalah sebagai jawabir (penebus dosa) dan jawazir (pembuat jera). Sehingga tindak kriminalitas akan berhenti dan tidak terulang kembali.

Dengan penerapan sistem Islam, masalah tawuran pelajar akan terselesaikan dengan tuntas. Para pemuda pun akan menjadi generasi yang mulia dan gemilang, yang akan menjadi rahmat bagi seluruh alam secara sempurna dalam kehidupan. Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Aning Juningsih (Ibu Rumah Tangga/Aktivis Muslimah)

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :