HASYIM TUDING KHILAFAH INTOLERAN, KUBU PRABOWO PLAYING VICTIM JELANG PILPRES 2024? - Tinta Media

Kamis, 17 Agustus 2023

HASYIM TUDING KHILAFAH INTOLERAN, KUBU PRABOWO PLAYING VICTIM JELANG PILPRES 2024?

"2019 seolah-olah Prabowo, pendukung-pendukungnya termasuk saya ingin mendirikan suatu negara khilafah. Ini konyol, saya kan orang kristen. Saya adik kandung Prabowo. Saya Kristen, kakak kami Katolik. Prabowo Muslim yang sangat moderat dan sangat toleransi dengan umat lainnya,"

[Hashim Jojohadikusumo, saat menjadi keynote speech acara pembekalan materi dan konsolidasi relawan Prabowo secara virtual, Kamis, 10/8]

Tinta Media - Nampaknya, semua kubu yang bertarung dalam Pilpres 2024 ini miskin narasi, sehingga harus menebarkan tuduhan jahat kepada ajaran Islam Khilafah. Diantaranya, kubu Prabowo Subianto.

Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra sekaligus adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, saat memberikan pengarahan dalam acara Silaturahmi Nasional Pembekalan Materi dan Konsolidasi Relawan Prabowo secara virtual pada Kamis (10/8), mengedarkan tuduhan keji terhadap ajaran Islam Khilafah.

Saat memberikan pembekalan dalam acara yang bertema, "Menang Untuk Indonesia Raya", Hasyim mulanya merasa kakaknya dituduh hendak mendirikan Khilafah pada Pilpres 2019. Lantas, Hasyim mengungkap dirinya Kristen, kakaknya ada yang katolik dan Prabowo muslim. Hasyim menegaskan tuduhan menegakkan Khilafah konyol. Menurutnya,  Prabowo Muslim yang sangat moderat dan sangat toleransi dengan umat lainnya.

Secara implisit, Hasyim menegaskan tak mungkin Prabowo pro Khilafah, Khilafah intoleran terhadap umat lainnya. Tuduhan ini, adalah tuduhan yang sangat keji, dari seorang Hasyim yang non muslim, yang tak paham betapa agungnya ajaran Islam Khilafah.

Saat kekhilafahan Islam yang dipimpin Khalifah Umar bin Khatab R.A., membebaskan Syam (Palestina) dari imperium Katolik Romawi, Palestina diubah menjadi wilayah yang damai bagi tiga agama (Islam, Kristen dan Yahudi). Pemerintahan Islam ketika itu, memberikan keadilan, kesejahteraan dan perdamaian kepada seluruh rakyat tanpa melihat latar belakang agamanya.

Selama 13 abad era Kekhilafahan Islam, terbukti Khilafah mampu menaungi dunia, menjaga semua agama, dan melindungi seluruh martabat manusia. Khilafah melayani seluruh rakyat, tanpa mempedulikan latar belakang suku, agama, bangsa, ras, keturunan, dan atribut lainnya.

Khilafah mampu menyatukan Wilayah Asia, Afrika dan sebagian Eropa, walaupun dengan latar belakang yang beragam. Khilafah, memberikan keadilan kepada siapapun, bahkan kepada warga negara diluar wilayah kekuasaan Khilafah.

Irlandia tidak akan pernah lupa atas keadilan dan kebaikan Khilafah dibawah kepemimpinan Sultan Utsmaniyah Abdulmejid I yang mengirim uang dan banyak makanan saat mereka dilanda “Great Famine”.

Negara ini pernah mengalami bencana kelaparan selama tujuh tahun pada abad ke-19 yang menewaskan lebih dari satu juta orang, dikenal sebagai “Great Famine” atau “Potato Famine” karena kelangkaan kentang. Kelaparan di Irlandia, yang terjadi saat negara itu berada di bawah kekuasaan Inggris, dipicu oleh penyakit pada tanaman kentang atau penyakit busuk daun.

Ribuan mil jauhnya, di ibukota Khilafah Turki Utsmani, Istanbul, Sultan Abdulmejid I selaku Khalifah mendengar kabar tentang penderitaan tersebut dari dokter giginya yang berasal dari Irlandia. Saat itu juga, sultan menawarkan bantuan sebesar £10.000 atau sekitar USD 1,3 juta saat ini, untuk membantu masyarakat Irlandia yang kelaparan.

Namun, Ratu Victoria yang telah mengucurkan bantuan ke Irlandia sebesar £2.000 menolak, sang ratu tidak mau menerima bantuan apa pun yang melebihi bantuan yang dia berikan.

Sultan Abdulmejid kemudian dengan berat memangkas tawaran bantuan dan mengirim £1.000 ke Irlandia. Namun, Sultan tetap ingin memberikan bantuan yang lebih besar untuk bencana kelaparan ini.

"Dia sangat ingin memberikan bantuan lebih banyak. Itulah sebabnya dia mengirimkan tiga kapal membawa makanan, obat-obatan dan keperluan lainnya ke Irlandia," kata Levent Murat Burhan, duta besar Turki di Dublin.

Kepada Anadolu Agency, Burhan menceritakan bahwa operasi pengiriman bantuan yang bersejarah itu dilakukan secara diam-diam, karena angkatan laut Inggris tidak mengizinkan kapal asing berlabuh di pelabuhan mereka baik di Dublin atau Cork.

"Jadi kapal-kapal Ottoman harus melakukan perjalanan lebih jauh ke utara dan mengirimkan bantuan ke pelabuhan Drogheda," kata Burhan.

Bantuan itu dikirim ke dermaga Drogheda di pingir Sungai Boyne. Di tempat itulah kedermawanan Kekaisaran Ottoman selalu diingat oleh penduduk setempat, meski peristiwa itu sudah berlalu 173 tahun lamanya.

Apakah Hasyim pernah membaca sejarah ini? Atau yang diingat Hasyim hanyalah janji Prabowo yang akan timbul tenggelam bersama rakyat ? Yang gebrak podium, menyebut bajingan dan antek asing dan aseng?

Belum lagi, Hasyim membanggakan Pancasila. Apakah Pancasila itu yang membebaskan Sambo dari hukuman mati? Intoleran pada keluarga Joshua dengan mengkorting hukuman Putri, Kuat Ma'ruf dan Riki Rizal? Inikah hukum yang toleran?

Dalam Islam, keluarga Joshua pasti mendapatkan keadilan. Karena dalam hukum Islam, Sambo, Putri, Ma'ruf, Riki hingga Eliezer, semuanya dihukum mati. Dalam Islam, siapapun pelaku pembunuhan, dan siapapun korbannya, maka wajib dihukum mati, kecuali keluarga korban memaafkan. Jika keluarganya memaafkan, maka pelaku wajib membayar diyat 1000 Dinar atau setara 100 unta.

Lebih baik Gerindra fokus menawarkan sosok Prabowo yang timbul tenggelam, tak usah mendeskreditkan ajaran Islam Khilafah. Masalah elektabilitas Prabowo adalah pengkhianatannya saat pilpres 2019, bukan Khilafah. Stop menuding Khilafah intoleran, Prabowo-lah yang intoleran pada pendukungnya dengan berkoalisi dan mau menjadi menterinya Jokowi. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Aktivis, Pejuang Khilafah
https://heylink.me/AK_Channel/


Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :