Tinta Media - Agustus adalah bulan yang disakralkan rakyat Indonesia karena negeri ini dinyatakan merdeka dari penjajahan negara asing. Setiap bulan Agustus datang, rakyat seluruh negeri bergembira merayakannya dengan berbagai acara. Euforia kemerdekaan ini masih akan terus berlangsung hingga berakhirnya bulan Agustus.
Hanya saja sangat disayangkan, sebagian besar masyarakat salah kaprah dalam memaknai arti sebuah kemerdekaan.
Peringatan kemerdekaan sering kali diisi dengan beragam kegiatan yang lebih menonjolkan hura-hura dan kekonyolan saja. Anehnya, mereka beranggapan bahwa memang begitulah seharusnya merayakan kemerdekaan.
Kegiatan tersebut campur-baur antara laki-laki dan perempuan, bahkan tak jarang ibu-ibu rela meninggalkan rasa malu dengan dalih mengisi kemerdekaan. Tontonan yang mengumbar aurat seolah sudah menjadi tradisi. Bahkan, para waria ikut serta dalam kegiatan agar eksistensinya diterima oleh masyarakat.
Seperti yang termuat dalam situs berita online yang mengabarkan bahwa Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo menggelar hiburan musik dangdut guna menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia 2023, Kamis (3/8/2023) malam. (inewsProbolinggo.id 4/8/2023)
Bukan hanya pagelaran musik dangdut, banyak setingkat RT atau RW yang menggelar karnaval, gerak jalan, bahkan berbagai lomba. Tak jarang lomba tersebut menuai petaka.
Dikabarkan oleh detik.com bahwa Lomba panjat pinang di Desa Tandam Hulu I, Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang, berakhir tragis. Salah satu peserta bernama Eka Prasetya (36) tewas akibat tertimpa temannya yang terjatuh.
Belum Merdeka
Merdeka dari penjajahan fisik merupakan anugerah dari Allah dan hasil dari perjuangan para ulama serta para pahlawan bangsa. Sejatinya, kemerdekaan ini harus disyukuri dengan berbagai kegiatan yang bisa mengarahkan pada keimanan dan ketakwaan anak bangsa, bukan diisi dengan kegiatan yang hura-hura.
Bahkan, kegiatan yang selama ini menjadi agenda tahunan terkesan penuh dengan kemaksiatan. Padahal, bersyukur dengan kemaksiatan hanya akan menambah kesengsaraan bagi bangsa. Berharap keberkahan bagi bangsa dan negara dengan melakukan kemaksiatan bukan wujud kemerdekaan.
Merdeka adalah bebas dari segala bentuk penjajahan, baik fisik maupun pemikiran, bebas dari penyembahan kepada makhluk menuju penyembahan kepada Allah Swt. Agenda yang masih penuh kemaksiatan itu menandakan bahwa bangsa ini masih terjajah, yaitu terjajah secara pemikiran, sebab semua kegiatannya dilandasi oleh sekularisme.
Negara gagal mengedukasi rakyat agar mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Inilah fakta kerusakan akibat penerapan sistem kapitalis sekuler yang berhasil masuk ke dalam benak pemikiran masyarakat.
Wujud Syukur
Rasa syukur atas didapatnya suatu nikmat wajib dilakukan oleh bangsa ini. Seharusnya, wujud syukur itu dengan banyak melakukan muhasabah, baik oleh semua warga negara maupun para penguasa. Banyaknya masalah dan prahara yang dialami bangsa ini harus bisa menjadi evaluasi bagi semua kalangan.
Korupsi, kemiskinan, kerusakan generasi, mahalnya kebutuhan pokok, karut marutnya dunia pendidikan, pengelolaan SDA yang merusak dan lain sebagainya, seharusnya bisa menjadi pertanda bahwa bangsa ini belum merdeka. Dari semua masalah itu, negara harus mencari tahu kenapa masih belum merdeka.
Jika dikaji secara mendalam, akar masalah dari berbagai persoalan negeri ini adalah kerusakan sistem kapitalis demokrasi. Maka, sudah sepatutnya wujud syukur itu dengan cara mencampakkan sistem kufur ini dan menggantinya dengan sistem yang sudah Allah perintahkan agar bisa merdeka.
Agenda tahunan itu harus diisi dengan muhasabah dan berbagai kegiatan yang membuat umat ini bisa hijrah dari sistem kufur menuju sistem Islam kaffah. Hanya penerapan sistem Islam kaffah saja yang akan membuat negeri ini merdeka. Wallahu A'lam.
Oleh: Sri Syahidah (Aktivis Muslimah)