Tinta Media - Sejumlah pengemudi Ojol yang ditemui BBC News Indonesia, mengatakan dalam sehari mereka memperoleh antara Rp. 10.000 sampai Rp. 100.000. Bahkan adakalanya nol rupiah. Itulah sebabnya dari 1.000 pengendara Ojol dan kurir yang diteliti mahasiswa doktoral London School of Economic (LSE), Mohammad Yorga Permana, sebanyak 66% menyatakan ingin berhenti dan jika ada kesempatan beralih jadi pekerja kantoran. (www.bbc.com/26/07/2023).
Saat ini kita dihadapkan pada persoalan ekonomi yaitu banyaknya masyarakat yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Apalagi harga bahan pokok mengalami kenaikan dan pendapatan masyarakat cenderung tetap bahkan mengalami penurunan. Seperti pengemudi ojol ini yang merasakannya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehari hari. Dengan penghasilan perhari antara Rp. 10.000 sampai Rp. 100.000, maka sulit untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan maupun pendidikan.
Pengemudi ojol terjepit kebijakan yang menjadikannya sebagai mitra perusahaan. Sehingga kurang mendapatkan hak-hak pekerja bahkan tak punya nilai tawar. Apalagi dengan banyaknya kendaraan motor listrik yang ada di masyarakat saat ini. Jadilah pengemudi ojol ini tereksploitasi dan kurang bisa meningkatkan pendapatannya agar dapur tetap ngebul dan bisa membiayai pendidikan anaknya. Kondisi ini jelas menunjukkan kurangnya kepedulian negara dalam menjamin kepatutan aturan kerjasama antara pekerja dengan pemberi kerja.
Hal ini terjadi di negeri ini yang menggunakan kapitalisme sekuler dalam perekonomian maupun perdagangan barang dan jasa. Dalam kapitalisme sekuler itu menggunakan prinsip pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, kapitalisme sekuler menggunakan kebebasan kepemilikan dalam kegiatan perekonomian maupun perdagangan. Makanya terjadi kesenjangan sosial masyarakat yaitu yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Seperti fenomena derita pengemudi ojol di negeri ini yang menggunakan kapitalisme sekuler dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.
Islam bisa menjadi solusi atas derita pengemudi ojol. Karena Islam memiliki pengaturan akad kerja yang manusiawi dan bebas dari eksploitasi. Adanya akad kerjasama yang saling menguntungkan antara pekerja dengan pemberi kerja sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an. Adanya aspek keadilan dan kejujuran dalam melakukan kegiatan muamalah antara pekerja dengan pemberi kerja termasuk ojol.
Selain itu, Islam juga menjadikan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Negara berperan penting dalam melakukan pembangunan perekonomian dengan berbagai mekanisme yang sudah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya berdasarkan Al-Qur’an termasuk pengawasan akad antara pekerja dengan pemberi kerja. Diharapkan dengan Islam dan Al-Qur’an ini bisa dijadikan solusi untuk derita ojol dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Oleh: Puji Yuli
Sahabat Tinta Media