BNPT JANGAN SEBAR FITNAH TERHADAP AJARAN ISLAM KHILAFAH - Tinta Media

Sabtu, 12 Agustus 2023

BNPT JANGAN SEBAR FITNAH TERHADAP AJARAN ISLAM KHILAFAH

"Semua teroris yang mengatasnamakan Islam, itu juga semua ideologinya sama. Ingin menegakkan Negara Agama, atau Negara Khilafah. Pahamnya sama, apa? Paham Takfiri, dengan mengkafirkan orang lain yang berbeda."

[Brigjen Pol Ahmad Nurwahid, Direktur Deradikalisasi BNPT, 14/7]

Tinta Media - Dalam tayangan video dialog ILC yang tayang Jum'at (14/7), Direktur Deradikalisasi BNPT Brigjen Pol Ahmad Nurwahid menyatakan semua teroris yang mengatasnamakan Islam ideologinya sama. Ingin menegakkan Negara Agama, atau Negara Khilafah. Pahamnya sama, paham Takfiri, dengan mengkafirkan orang lain yang berbeda.

Pernyataan ini adalah fitnah yang sangat tendensius terhadap Islam dan ajarannya. Pernyataan BNPT ini, telah menjadikan agama Islam sebagai pihak yang tertuduh dalam isu terorisme. Di sisi yang lain, alamat tuduhan itu disandarkan pada keyakinan umat Islam pada ajaran agamanya, diantaranya ajaran Islam Khilafah.

BNPT juga melakukan generalisasi istilah 'Takfiri' dan berusaha memberikan label teroris kepada siapapun yang mengkafirkan orang lain. Apalagi, yang memiliki tujuan ingin menegakkan Khilafah.

Pada acara diskusi yang dipandu Karni Ilyas tersebut, BNPT juga berusaha menarik isu dugaan penistaan agama dan TPPU yang dilakukan oleh Panji Gumilang, menjadi isu terorisme yang menghantam semua umat Islam yang ingin memperjuangkan Khilafah.

Dalam konteks Takfiri misalnya, istilah ini memiliki pengertian khas. Yakni, istilah yang disematkan kepada kelompok Islam yang mengkafirkan umat Islam lainnya, hanya karena adanya perbedaan pendapat yang bersifat furu' (ijtihadiyah). Sementara, kepada umat yang beragama non Islam, baik Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, dll, dalam khasanah pemikiran fiqh Islam memang disebut kaum kafir. 

Pada konteks yang kedua ini, yakni menyebut non muslim sebagai kafir, tidak termasuk dalam klasifikasi sikap Takfiri. Namun, BNPT berusaha menarik pada narasi menggeneralisasi seolah-olah umat Islam dilarang menyebut non muslim sebagai kafir dan stiqma telah menganut paham Takfiri yang diklaim sebagai terpapar paham radikal yang memicu terjadinya aksi terorisme.

Di sisi lain, jika ada umat Islam tetapi mengingkari ajaran pokok-pokok agama, mengingkari rukun Iman dan rukun Islam, mengingkari hukum yang qot'i, seperti tidak iman pada malaikat, mengaku Nabi, tidak percaya Al Qur'an Kalamullah, tidak iman wajibnya menegakkan hudud, haramnya riba, dan hal-hal yang sifatnya qot'i, maka perbuatan ini bisa menjadikan pelakunya murtad dan kafir. Sehingga, orang yang sudah murtad memang layak disebut kafir adalah benar, bukan merupakan Takfiri seperti yang dipersoalkan BNPT.

Celakanya, BNPT menggunakan istilah 'terorisme yang mengatasnamakan agama Islam', ini adalah pernyataan lancang dan sangat menyakiti umat Islam. Sejak kapan terorisme punya agama? Sejak kapan Islam disebut agama teroris? Atas dasar apa, BNPT mengedarkan ungkapan terorisme mengatasnamakan agama Islam?

Pernyataan BNPT ini mengingatkan kita semua, pada omongan Abu Janda yang menyatakan fixed teroris punya agama, agama teroris adalah Islam. Sungguh, pernyataan yang sangat menyakiti palung hati terdalam umat Islam.

Bukan hanya itu, BNPT dalam diskusi tersebut juga berusaha menarik-narik HTI dan FPI, untuk menjelaskan kedudukan Al Zaitun dan Panji Gumilang. Satu pernyataan yang tendensius, yang ditujukan kepada dua ormas Islam yang kita ketahui menjadi korban kezaliman rezim Jokowi.

Perlu penulis tegaskan, bahwa pernyataan BNPT yang menyatakan semua gerakan yang menginginkan Khilafah adalah teroris dengan paham Takfiri adalah pernyataan dusta, yang tidak sesuai dengan fakta dan cenderung membebek pada Amerika. Karena isu terorisme itu sendiri adalah eksport Amerika kepada dunia Islam untuk membungkam laju kebangkitan Islam politik.

Saya adalah anggota HTI, HTI memperjuangkan Khilafah, HTI tidak pernah menggunakan kekerasan dan terorisme untuk memperjuangkan Khilafah. Perjuangan penegakan Khilafah dilakukan dengan dakwah, murni dengan pemikiran, politik, tanpa kekerasan tanpa fisik.

Sehingga, labelisasi terorisme dengan Khilafah adalah keliru. Termasuk juga ketika menggeneralisasi paham Takfiri sebagai paham yang dianut oleh pejuang Khilafah.

Kaum muslimin yang memperjuangkan Khilafah berlatarbelakang heterogen. Ada yang bermazhab Syafi'i, Maliki, Hambali dan Hanafi. Semua rukun berjuang bersama, dengan menghargai perbedaan pemahaman di ranah ijtihadiyah.

Hanya saja, umat Islam memang tidak berbeda pendapat tentang wajibnya berhukum dengan hukum Allah SWT, dan mengharamkan hukum selainnya. Karena itu, penentangan dan perlawanan terhadap ideologi kapitalisme global di bawah kendali negara kafir Amerika, disadari dan diyakini sebagai musuh bersama umat Islam.

Umat Islam bersatu, bahu membahu untuk memperjuangkan Khilafah untuk mengusir penjajahan kapitalisme Amerika dan China, dari setiap jengkal bumi negeri Islam termasuk di negeri ini. Jadi, umat Islam harus waspada terhadap narasi jualan terorisme yang diedarkan Amerika dan antek-anteknya. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat, Anggota HTI


Nb. Tulisan ini adalah pendapat pribadi Penulis, tidak mewakili lembaga atau organisasi.
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :