Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengungkapkan, program bantuan sosial yang menjadi area rawan korupsi adalah bukti kebobrokan dan kenistaan dalam kehidupan kapitalisme yang diterapkan saat ini.
"Program bansos menjadi area rawan korupsi karena dilakukan pada situasi-situasi darurat sehingga ada kelonggaran dalam pelaksanaannya. Fakta ini semakin menunjukkan kebobrokan dan kenistaan dalam kehidupan saat ini," tuturnya dalam Serba-Serbi: Bansos Jadi Area Rawan Korupsi, Sistem Demokrasi Mencetak Penguasa Tidak Amanah, di kanal YouTube MMC, Ahad (27/8/2023).
Hal tersebut, ucapnya, keniscayaan dari ideologi batil bernama kapitalisme. "Asas ideologi kapitalisme adalah mengejar kekayaan materi sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan halal-haram," imbuhnya.
Bahkan lanjutnya, kondisi tersebut didukung oleh sistem politik demokrasi yang meniscayakan manusia bisa membuat aturan.
"Akhirnya, pejabat yang ada memiliki kualitas buruk dan nista, yakni hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongan. Mereka akan menggunakan semua kesempatan untuk menghasilkan uang sekalipun dalam kondisi sempit seperti pandemi Covid-19," bebernya.
Ia mengatakan, kasus dugaan korupsi dalam distribusi beras bansos di kementerian sosial (Kemensos) bukan dugaan kasus korupsi Bansos pertama yang melibatkan program Kemensos.
“Kasus dugaan korupsi bansos di kemensos ini disebut merugikan negara sampai 127,5 miliar rupiah dan telah ditetapkan enam orang sebagai tersangka, tiga diantaranya telah ditahan pada Rabu, 23 Agustus 2023,” terangnya.
Sebelumnya, mantan menteri sosial Juliari Peter Batubara, jelasnya, juga telah dinyatakan bersalah dalam korupsi bansos.
*Islam*
Narator kemudian menjelaskan, ini sangat berbeda dengan ideologi Islam ketika mengatur urusan rakyat. Perbedaan mendasarnya, ideologi Islam akan membuat para pemeluknya baik individu, masyarakat dan negara, senantiasa memiliki rasa takut kepada Allah Swt. dan sikap muraqabah atau selalu merasa diawasi Allah Swt.
"Mereka akan selalu beramal sesuai dengan tupoksi masing-masing dengan penuh tanggung jawab. Setiap individu akan berusaha menjadikan diri mereka memiliki syakshiyah (karakter/kepribadian) Islam karena dorongan keimanan, yakni memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai dengan syariat Islam. Mereka akan tenang ketika terikat syariat Islam dan sangat risau ketika melakukan kemaksiatan,” paparnya.
Ketika individu tersebut menduduki kursi jabatan, yakinnya, naik ke level gubernur, menteri hingga khalifah, akan menjadi pribadi yang amanah terhadap tugasnya.
"Mereka akan melakukan tugas-tugasnya seoptimal mungkin sehingga dengan sendirinya mereka tidak akan berani melakukan korupsi ketika mereka menjabat," tandasnya.
Hanya saja, menurut Narator, kebaikan individu seperti itu membutuhkan support system berupa institusi negara, sebab negara memiliki semua perangkat yang mampu membuat bahkan memaksa rakyat yang ada di bawah kekuasaannya untuk taat pada Allah Swt.
"Negara dalam Islam yang disebut sebagai Khilafah, akan menciptakan suasana keimanan dalam setiap lini masyarakat, termasuk para pejabatnya," pungkasnya.[] Muhar