Tinta Media - Penyiksaan Cina terhadap muslim Uighur (Xinjiang) yang berlangsung 100 hari berturut-turut baru-baru ini, dikomentari oleh Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi bahwa Xinjiang adalah wilayah umat Islam yang dijajah Cina.
“Apa yang terjadi terhadap muslim Uighur di TurkistanTimur yang oleh Cina disebut sebagai Xinjiang, ini merupakan wilayah umat Islam yang diduduki dan dijajah Cina. Penyiksaan ini semakin memperkuat kekejaman Cina terhadap muslim Uighur,” tuturnya di Kabar Petang: Jokowi Didesak untuk Bela Muslim Uighur, melalui kanal You Tube Khilafah News Sabtu (5/8/2023).
Penyiksaan ini, lanjutnya, tujuannya untuk mengokohkan penjajahan Cina di wilayah tersebut. “Penjajahan ini mendapat perlawanan keras dari umat Islam di sana, karena Islam tidak membolehkan terjadinya kezaliman, tidak boleh membiarkan terjadinya penindasan, tidak boleh membiarkan perampasan kekayaan umat Islam,” bebernya.
Cina komunis, ucapnya, sangat tahu kekuatan umat Islam ada pada Islam.” Maka camp camp ideologis yang mereka bangun itu dalam rangka menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam,” terangnya.
Meski demikian, Farid menuturkan, upaya Cina untuk menjauhkan kaum muslimin dari Islam merupakan upaya sia-sia.
Dua Alasan
Farid menyebut setidaknya ada dua alasan mengapa penguasa negeri muslim tidak membantu saudaranya di Uighur.
“Pertama, paham nasionalisme sempit telah membelenggu negeri-negeri Islam. Padahal sesungguhnya umat Islam itu satu. Sekat-sekat nasionalisme ini telah menghalangi pembebasan negeri muslim yang terjajah, termasuk di Xinjiang” jelasnya.
Kedua, sebutnya, ini terjadi karena pengkhianatan penguasa negeri-negeri Islam yang lebih melayani kepentingan penjajah dibanding memperhatikan urusan umat Islam.
“Dengan alasan ekonomi misalkan, mereka lebih memilih bekerja sama dengan Cina. Padahal Cina komunis telah melakukan pembantaian terhadap umat Islam. Ini mengabaikan peringatan Rasulullah saw. tentang begitu pentingnya nyawa kaum muslimin,” ulasnya.
Rasulullah, tegas Farid, mengingatkan bahwa hancurnya bumi beserta isinya ini lebih ringan bagi Allah dibanding dengan terbunuh nyawa kaum muslimin.
Untuk menyelesaikan masalah ini, kata Farid, tidak bisa mengandalkan seruan-seruan atau baikot, apalagi mengandalkan PBB dan Amerika yang hanya memainkan isu ini untuk kepentingannya, bukan untuk menyelesaikan masalah.
“Disinilah umat Islammembutuhkan kekuatan sendiri. Dan kekuatan itu hanya ada pada Islam dengan kekuatan politik mereka secara global yaitu dengan berdirinya Khilafah ‘ala min haj an-Nubuwah,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.