Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyatakan bahwa haji mengandung spirit tauhid.
"Jadi haji itu sepenuhnya adalah sebuah ibadah yang mengandung spirit tauhid. Tauhid itu, ya ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," tuturnya dalam Program Fokus To The Point: Haji Penggerak Revolusi Tauhid, Kok Bisa? Di kanal YouTube UIY Official, Senin (26/6/2023).
Ia mengajak untuk melihat beberapa momen penting. Bagaimana Nabi Ibrahim dan keluarganya itu taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taat sepenuh-penuhnya. Apapun perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala meskipun tampak tidak masuk akal yakni meninggalkan istri dan anaknya di lembah yang tidak ada sesuatu pun, tidak ada tumbuhan.
"Tetapi justru di tempat seperti itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya yang masih dalam gendongan," tukasnya.
Ia mengisahkan bagaimana Siti Hajar mempertanyakan keputusan suaminya untuk meninggalkannya dan anaknya namun tidak dijawab lalu Siti Hajar merubah pertanyaannya.
"Apakah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memerintahkan hal ini kepadamu? dan dijawab Nabi Ibrahim dengan tegas dengan mengatakan ya. Kemudian Siti Hajar mengambil kesimpulan sendiri. "Disitulah ketaatan. Ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahwa ini perintah Allah. Begitu tahu ini perintah Allah, dia diam," ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa Siti Hajar tidak pernah putus asa dengan kondisinya dimana anak dalam gendongan kehausan, butuh air. Itulah yang kemudian diwujudkan dalam sa'i. Berlari mencari air, ikhtiar dari bukit Safa ke Marwah sampai tujuh kali. "Siti Hajar terus ikhtiar meskipun _impossible_, hampir-hampir mustahil. Tapi Itulah tauhid bahwa manusia tidak boleh mengatakan _impossible_ dia harus tetap menyisakan keyakinan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," terangnya.
"Apalagi kalau itu perintah Allah, karena itu perintah Allah dia lakukan dan yakin Allah tidak menyia-nyiakan hambanya," tambahnya.
Menurutnya haji ini luar biasa kalau bisa dipahami dengan benar maka akan berpengaruh bagi kehidupan. Akan sangat dahsyat. Dalam konteks perjuangan, janji Allah Subhanahu wa Ta'ala itu Haq maka mustinya terus berjuang dengan keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti akan memenangkan agama ini.
"Jadi bagian kita itu adalah ikhtiar sementara kemenangan itu adalah takdir atau qada dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, jadi ikhtiar itu harus pol-polan," ujarnya.
Ia juga menyatakan bahwa sebenarnya kalau orang menginginkan sebuah kehidupan dengan tatanan yang universal itu mustilah merujuk kepada sesuatu yang universal. Umat Islam yang sebenarnya adalah umat universal. Namun menjadi umat yang terbelah-belah yang membuat akhirnya menjadi lemah, tidak bisa menghadapi tantangan global padahal sekarang kekuatan-kekuatan yang ingin menguasai dunia ini pastilah kekuatan global, kapitalisme global, politik global, macam-macam global bahkan hiburan pun global, makanan global. Semua sudah global.
"Aneh jika ini hari yang kita sudah mengerti globalisasi dengan seluruh implikasinya di semua kehidupan kita justru memprotoli risalah kita yang sudah global menjadi salah, yang ditempatkan dalam konteks lokalitas," tandasnya.[]Ajira