Tinta Media - Momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan dlaksanakan pada tanggal 14 Februari mendatang akan memeriahkan negeri ini. Penyelenggaraan Pemilu yang transparan, jujur, dan adil pastinya menjadi harapan bagi seluruh rakyat.
Pemuda sebagai agen perubahan, memiliki tanggung jawab besar untuk mengawal proses penyelenggaraan pesta demokrasi di Indonesia. Didukung para pengusung demokrasi, pemuda didorong untuk berpartisipasi menyukseskan pemilu, dengan argumen sebagai peran politik pemuda.
Namun, sejatinya dalam sistem demokrasi sekuler pemuda sekadar menjadi sasaran untuk menjaring suara pemilik kekuasaan. Ingin hati menyuarakan suara rakyat, saran dan kritik kepada penguasa dibalas dengan tindakan represif dari aparat.
Pergerakan pemuda masih gagal paham tentang solusi menyuarakan perubahan. Ini karena pemuda masih berharap pada sistem demokrasi yang hanya ilusi. Sesungguhnya dengan mengusung demokrasi, pemuda hanya akan melanggengkan kekuasaan para oligarki kapitalis dan rezim yang berkuasa.
Wajah demokrasi yang mempunyai motto jujur, adil, terbuka, dan memberi ruang kritik terhadap penguasa pun cuma sebatas teori tanpa fakta.
Dalam pandagan Islam, politik negara adalah aktivitas mengatur urusan umat berdasarkan syariat Allah ta'ala. Kekuasaan merupakan jalan menerapkan syariat Islam kaffah demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
Nabi saw. bersabda, dalam hadisnya:
"Dahulu bani Israil telah diutus oleh para nabi, ketika nabi telah wafat, ia digantikan oleh nabi yang lain. Sungguh tidak ada lagi nabi setelahku, yang akan ada adalah para khalifah (pengganti Nabi saw.) dan jumlahnya banyak." (HR. Muslim).
Al-Qur'an dan sunah Nabi saw. berisi tentang akidah dan syariat. Syariat-Nya yang mengatur hubungan manusia dengan Khalik (habluminnallah), seperti salat, puasa, zakat, haji, dan jihad. Yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (habluminannas), seperti masalah ekonomi, sosial , budaya, pendidikan, politik dalam dan luar negeri. Lalu Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya, seperti dalam berpakaian, makan, minum, dan ahlak. Semua aturan tersebut harus kita laksanakan tanpa tapi tanpa nanti, sebagai konsekuensi kita sebagai muslim.
Dalam Islam, seorang pemimpin (khalifah) menerima kritik sebagai amar ma'ruf nahi mungkar. Hanya sisitem politik Islam (khilafah) yang mampu menunjukan peran hakiki pemuda.
Sistem pendidikan Islam kaffah merupakan pedoman dalam hidup. Islam yang diterapkan secara kaffah mampu mengubah keterbelakangan dan menjadi bangsa besar yang maju peradabannya dan menoreh sejarah.
Telah terbukti dalam sejarah, selama 14 abad, Islam memerintah 2/3 belahan dunia dan tiga benua, bangkit menjadi bangsa yang maju dengan peradaban emasnya. Tugas kita sebagai kaum muslimin, khususnya para pemuda penerus perjuangan Islam, mewujudkan kembali Islam sebagai sebuah ideologi. Semua tunduk di bawah kekuasaan Islam dehingga menjadi rahmatan lil'alamin akan terwujud.
Wallahu'alam bishawab.
Oleh: Iin Haprianti
Sahabat Tinta Media