Tinta Media - Penghinaan Nabi Muhammad saw. berulang lagi. Kini pelakunya adalah pelajar MTS dari Sukabumi dengan cara membagikan rekaman suara pada WhatsApp yang di dalamnya menggunakan kalimat kasar dan merendahkan Nabi Muhammad saw (MuslimahNews,20/05/2023).
Polres Sukabumi Kota memeriksa dan mengamankan pelajar itu. Dua pelajar yang menjadi saksi juga dilakukan pemeriksaan. Kondisi ini sungguh memprihatinkan.
Yusriana, pengamat pendidikan dan isu generasi mencurahkan keprihatinannya terhadap fakta ini. Menurutnya, seorang pelajar madrasah yang seharusnya mencintai dan memuliakan nabi-nya, malah berlaku sebaliknya. Ini menjadi bukti bahwa kualitas generasi muda kita saat ini berada di ambang batas mengenaskan. (Mnews,18-05-2023)
Sangat miris, pelajar madrasah yang seharusnya bersalawat untuk menghormati dan memuliakan Nabi Muhammad saw, serta menjadikannya sebagai panutan, malah berbalik mengugkapkan kata-kata yang menodai kemuliaan Nabi Muhammad saw. Kata-kata itu sangat tidak layak diucapkan meskipun dipakai dengan tujuan melucu kepada temannya.
Perbuatan memalukan itu menunjukkan bahwa pemikiran generasi muslim kita saat ini semakin liberal dan jauh dari akidah Islam. Hal ini tampak dari kelakuannya yang keluar dari aturan Islam.
Sistem pendidikan sekarang ini tidak dapat mewujudkan pribadi yang saleh dan mengikuti aturan Islam, tetapi lebih mengedepankan aspek akademik saja dengan orientasi materi sebagai outputnya. Karena itu, kita tidak bisa berharap akan terbentuk generasi yang berkepribadiaan Islam.
Kurikulum yang diajarkan pun hanya mencetak pelajar yang jauh dari Islam karena berasaskan ideologi pemisahan agama dari kehidupan atau sekulerisme. Layak kalau output yang dihasilkan pun jauh dari Islam.
Nuansa Islam hanya ada saat momen Ramadan, Idul fitri, Idul Adha, dan hari besar Islam yang lainya. Akhirnya, terbentuklah generasi pembebek Barat yang liberal, seperti mengikuti budaya free seks, dugem, dll.
Ini berbeda dengan pendidikan dalam sistem Islam. Kurikulum yang diajarkan tidak hanya untuk ta’lim semata atau sekadar mengejar prestasi akademik. Akan tetapi, mengarah pada pembinaan staqafah Islam yang berasaskan akidah Islam, yaitu dengan membentuk pola pikir dan pola sikap sesuai dengan Islam. Prinsip yang dipakai adalah bahwasanya belajar itu untuk diterapkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sistem pendidikan seperti ini akan mampu mencetak generasi muda yang berkepribadian Islam. Mereka akan senantiasa berpikir dan berperilaku sesuai dengan cara Islam, yaitu menggunakan aturan dari Allah Swt.
Seseorang yang berkepribadian Islam akan menjalani kehidupan ini dengan penuh harap akan rida Allah Swt. Ia akan menaati perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, termasuk dalam bergurau. Dia tidak akan melanggar ketentuan yang yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.
Selain itu, sanksi dalam Islam sangat tegas sehingga menimbulkan efek jera, termasuk pada penista agama. Sehingga, pelaku tidak mengulangi perbuatannya, sedangkan orang lain juga tidak melakukan hal yang sama.
Wallahu a’lam Bisshawab.
Oleh: Ida Lum’ah (Aktivis Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)