Pembangunan Salah Kaprah Mengakibatkan Banjir, Islam Solusi Tuntas - Tinta Media

Rabu, 26 Juli 2023

Pembangunan Salah Kaprah Mengakibatkan Banjir, Islam Solusi Tuntas

Tinta Media - Pada pertengahan November 2022, lalu 3 desa di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Kutawaringin dan Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung diterjang banjir akibat meluapnya sungai Ciwidey. 

Menurut Jeje Hermawan selaku Direktur Lembaga Pengawasan Pembangunan Daerah (LPPD), penyebab terjadinya banjir tersebut adalah akibat kondisi sungai yang menyempit, sehingga arus sungai tersendat. 

Kondisi tersebut diperparah karena dibangunnya pabrik di kawasan Lebak Muncang Kecamatan Katapang dan kawasan Libai Desa Pameuntasan Kecamatan Kutawaringin. Sehingga, saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi, sungai tidak dapat menampung volume air dan mengakibatkan meluapnya air sungai.

Selain itu, pemakaman umum yang ada di Blok Kubang Desa Pameuntasan juga terkena imbas terjangan banjir ketika musim penghujan tiba. Dampaknya sejumlah makam yang berada di tepi sungai tergelincir, kemudian hanyut terbawa arus sungai yang deras. 

Sejumlah pemilik makam pun akhirnya terpaksa memindahkan makam miliknya, karena khawatir jenazah yang ada di dalamnya akan hanyut. (deJurnal.com 2/7/2023)

Banjir di Kabupaten Bandung merupakan kejadian rutin yang ketika musim penghujan datang. Bahkan, selalu menjadi pokok permasalahan yang hingga saat ini masih belum tertuntaskan.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah setempat, seperti melakukan pengerukan sedimentasi dan membangun kolam-kolam retensi untuk menampung debit air di beberapa daerah terdampak banjir. Semuanya belum membuahkan hasil dalam penanganan banjir.

Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab banjir pun masih sering diabaikan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah setempat. 

Misalnya, membuang sampah di selokan dan sungai sehingga dapat mengakibatkan tersendatnya aliran sungai. Minimnya daerah resapan air, sehingga ketika hujan tiba tidak ada tempat untuk mengalirkan air hujan ke sungai. 

Pendangkalan sungai yang terjadi dari erosi tanah akibat penggundulan hutan menyebabkan material tanah akan terbawa aliran air hujan dan masuk ke sungai, kemudian mengalami pengendapan yang mengakibatkan sungai menjadi dangkal. 

Selain itu, kondisi sungai yang menyempit akibat pembangunan pemukiman di bantaran sungai, juga menjadi salah satu penyebabnya.

Beberapa faktor penyebab banjir tersebut bermuara pada faktor penyebab utamanya, yakni minimnya kesadaran masyarakat terhadap kehidupan akibat lepasnya aspek ruhiyah, yaitu keterikatan hubungan dirinya sebagai hamba bagi Sang Khalik. 

Dalam menjalani kehidupan, masyarakat dijauhkan dari agama (sekuler). Hal ini diperparah dengan penerapan sekularisme-kapitalisme ini oleh negara. 

Sistem ini melahirkan paham liberalisme sebagai turunanya, yaitu memberikan kebebasan kepada para pengusaha (pemilik modal) untuk membuka lahan-lahan baru yang dialihfungsikan menjadi pabrik dan perumahan, tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan jika musim penghujan tiba, hingga terjadi banjir. 

Hal tersebut karena asas dalam sistem kapitalisme-sekularisme tolak ukurnya hanya mencari keuntungan (manfaat) semata, dan tidak menghiraukan dampak yang terjadi terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya.

Bencana banjir tentu saja tidak bisa dianggap sepele, apalagi jika terus berulang karena akan menimbulkan banyak kerugian. Di antaranya kerugian harta benda, kerugian sektor pertanian dan perkebunan, sektor transportasi, sektor perdagangan dan industri, sektor pendidikan, sektor kesehatan dan lingkungan, bahkan ada yang sampai menimbulkan korban jiwa. 

Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian khusus dan penanganan serius dari pemerintah setempat, mulai dari penataan tata ruang yang tepat dengan mempertimbangkan dampak untuk lingkungan. 

Kemudian sering melakukan sosialisasi terhadap masyarakat agar menjaga dan merawat lingkungan, serta secara berkala membersihkan selokan. Pemerintah harus memperketat izin mendirikan bangunan di bantaran sungai, reboisasi atau penanaman kembali lahan hutan yang gundul.

Bencana banjir yang terjadi jelas bukan semata karena faktor alam saja. Kebijakan penguasa yang salah kaprah dalam pembangunan tanpa memperhatikan efek negatif terhadap manusia dan lingkungan memiliki andil besar dalam masalah ini. 

Dengan memenuhi kepentingan para kapitalis, hal tersebut justru menjadi faktor dominan penyebab banjir yang tidak berkesudahan. 

Allah Swt. berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat 41,

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat dari perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki yang demikian agar manusia merasakan akibat dari perbuatan tangan mereka supaya mereka kembali ke jalan yang benar." 

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa setiap bencana yang terjadi dikarenakan berbagai kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. 

Mereka mengabaikan bahkan mencampakkan hukum Islam dalam kehidupan, sehingga bencana alam kerap terjadi. Padahal, syariat Islam sejatinya merupakan pengatur kehidupan manusia di dunia, di segala aspek kehidupan.

Islam selalu memperhatikan setiap permasalahan umat secara mendetail. Islam bahkan menawarkan solusi yang tepat untuk mengatasi bencana banjir. 

Di antaranya, negara akan mengatur kebijakan pengelolaan tata ruang yang memperhatikan kondisi alam dan melarang siapa pun untuk mendirikan bangunan di daerah rawan banjir. 

Negara juga melarang pembukaan lahan secara besar-besaran yang dapat mengakibatkan erosi. Siapa pun yang melanggar akan ditindak secara tegas, melalui sanksi yang sepadan dan mampu memberi efek jera.

Negara juga akan membangun sistem drainase yang baik, membangun sumur-sumur resapan yang dapat dimanfaatkan ketika musim kemarau tiba, membangun kanal dan sungai buatan, serta membangun bendungan dengan berbagai tipe yang mampu menampung volume air hujan secara efektif. 

Negara juga membentuk badan khusus untuk menanggulangi bencana dengan fasilitas peralatan yang memadai dan akan menetapkan daerah-daerah tertentu sebagai cagar alam yang dilindungi dan tidak boleh dimanfaatkan tanpa izin. 

Selain itu, negara juga akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan merawatnya, serta secara berkala melakukan monitoring dan pengerukan lumpur-lumpur di sungai agar tidak terjadi pendangkalan.

Cara-cara tersebut di atas terbukti efektif mengatasi banjir di masa keemasan peradaban Islam yang gemilang. Maka, sudah saatnya kita mencampakkan sistem kufur kapitalisme-sekularisme, dan beralih menerapkan syariat Islam yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan. 

Wallahu alam bi shawab.

Oleh: Dini A Supriyatin, Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :