Tinta Media - Prof Suteki dalam salah satu artikelnya berjudul 'Khilafah Ajaran Islam, Alternatif Solusi Bagi Bangsa Indonesia' menulis setidaknya 5 (lima) argumentasi mengapa Khilafah layak dijadikan alternatif solusi bagi bangsa Indonesia. Bahkan, diakhir artikelnya Prof Suteki memberikan pilihan Khilafah sebagai ternatif solusi bagi bangsa Indonesia, ketimbang masa depan bangsa Indonesia terpaksa harus melanjutkan tiga periode kekuasaan Jokowi atau tunda Pemilu untuk memperpanjang usia kekuasaan Jokowi.
Kalaupun konteks pilihan Khilafah dihadap-hadapkan dengan sistem Pemilu yang curang, atau pilihan Capres yang tidak dapat menjamin masa depan bangsa Indonesia selain hanya perubahan pemimpin, sistem Khilafah tetap menjadi pilihan terbaik. Berapa kali Pemilu dan Pilpres diselenggarakan, toh tak memberikan perubahan yang berarti. bahkan Pilpres 2019 adalah Pilpres yang paling brutal, yang melahirkan keterbelahan anak bangsa menjadi cebong kampret, lantas kobermetamorfosa menjadi kadrun cebong.
Secara faktual, memang hanya sistem Khilafah yang mengejawantahkan misi menerapkan hukum Allah SWT. Semua sistem pemerintahan yang ada di dunia ini, tak ada yang bervisi untuk menerapkan syariah.
Kerajaan menerapkan UU Raja. Republik menerapkan UU Rakyat. Kekaisaran atau monarki konstitusional membagi kekuasaan pemerintahan dan kepala Negara, perdana menteri menerapkan UU rakyat, Kaisar dan Ratu menjadi simbol kepala Negara.
Adapun PAN ISLAMISME adalah ide absurd yang hanya ingin memalingkan umat Islam dari sistem Khilafah, dengan alasan:
*Pertama,* PAN ISLAMISME hanya ide filsafat yang tidak memiliki wujud nyatanya. PAN ISLAMISME tak pernah wujud dalam dunia praksis meskipun hanya satu hari.
Gembar-gembor PAN ISLAMISME hanya ada dalam literasi. Konsep ini hampir sama dengan eksistensi OKI (Organisasi Konferensi Islam). Wujudnya tidak jelas manfaatnya bagi dunia Islam, selain hanya untuk ajang kongkow untuk menyampaikan dukungan atau kecaman.
Berbeda dengan Khilafah, yang jelas nyata eksis dalam kurun 13 abad. Ide Khilafah realistis karena pernah eksis, sementara PAN ISLAMISME hanyalah ide utopis.
*Kedua,* PAN ISLAMISME tidak pernah ada dalam dalil, tidak pernah diperintahkan Syara', hanya buah pikir yang frustasi dengan keadaan dunia Islam, lalu bermetafora tentang kebangkitan Islam dan berhalusinasi tentang persatuan dan kebangkitan Islam melalui ide PAN ISLAMISME.
PAN ISLAMISME lahir dari frustasi akibat Perang Dunia II, pikiran dari seorang Jamal-al-Din Afghani. PAN ISLAMISME tidak memiliki fikroh yang jelas, tidak pula memiliki thariqah untuk mewujudkannya. PAN ISLAMISME hanya ide utopia, untuk memalingkan umat dari konsep Khilafah.
*Ketiga,* PAN ISLAMISME adalah jebakan barat, sama seperti Demokrasi Islam. Barat paham, setelah inggris meruntuhkan Kekhilafahan Islam yang berpusat di Turki pada tahun 1924, untuk mengubur dunia Islam selamanya, maka umat Islam tidak boleh diberi kesempatan sedikitpun -hingga hanya selobang jarum- untuk memperjuangkan Khilafah bahkan hingga sekedar mendiskusikan ide Khilafah.
Lord Curzon berkata :
“Kita harus mengakhiri apapun yang akan membawa persatuan Islam diantara anak-anak kaum muslimin. Sebagaimana yang kita telah sukses laksanakan dalam mengakhiri Khilafah, maka kita harus memastikan bahwa tidak pernah ada lagi bangkitnya persatuan kaum muslimin, apakah itu persatuan intelektual dan budaya.”
Sehingga, hari ini dari Indonesia sudah semestinya umat Islam bangkit dan melawan peradaban Barat dengan memperjuangkan Khilafah. Bukan sebagai alternatif solusi, melainkan sebagai satu-satunya solusi. Bukan hanya bagi Indonesia, bahkan juga bagi dunia.
Hanya Khilafah, yang mampu memotong tangan dan kaki penjajahan kapitalisme global, yang saat ini merampas kekayaan alam di negeri kaum muslimin.
Dalam konteks keindonesiaan, hanya Khilafah yang bisa mengembalikan seluruh tambang dan kekayaan alam di negeri ini, melalui konsep 'al Milkiyatul Ammah', dikembalikan ke pangkuan kaum muslimin. Khilafah akan mengelola seluruh kekayaan alam yang melimpah di negeri ini, berdasarkan syariat Islam.
Kalau hanya capres yang mengelola, sudah pasti geng Luhut Panjaitan yang akan terus mengangkangi kekayaan negeri ini, berkolaborasi dengan penjajah Amerika dan China. Belum lama ini, dengan ide pemutihan, legalisasi, Luhut akan menyelamatkan penjajahan lahan sawit seluas 3,3 juta hektar.
Hanya dengan Khilafah, yang mengelola APBN tanpa pajak, yang akan menyejahterakan rakyat negeri ini, baik muslim maupun non muslim. Kekayaan alam hanya 6 komoditi saja, menghasilkan potensi pendapatan negara diatas Rp 7000 triliun per tahun. Lebih dari cukup untuk membiayai APBN yang per tahun hanya Rp 2.500 an triliun.
Cadangan batubara kita ada 37,6 miliar ton, gas alam 62 miliar MMbtu, emas 2600 ton, nikel 81 juta ton, hasil laut 1330 USS miliar, hasil hutan 100 juta hektar. Jika dirupiahkan, kita memiliki cadangan duit dari 6 komoditi ini senilai Rp 20.655.696 triliun. Saat ini produksinya rata-rata per tahun, didapatkan hasil sekitar 7000 triliun per tahun. Hasil ini nyaris 3 kali nilai APBN.
Semua ini hanya akan berdampak bagi kesejahteraan rakyat Indonesia, jika negeri ini dikelola dengan syariat Islam yang ditegakkan melalui sistem Khilafah. Karena saat ini Indonesia menerapkan sekulerisme demokrasi, maka semua kekayaan alam Indonesia hanya dinikmati para kapitalis, para cukong, oligarki, korporasi asing dan aseng, geng Luhut Binsar Panjaitan.
Lalu, apakah anda tidak tertarik untuk memperjuangkan Khilafah? Ingat! Khilafah adalah kewajiban, dan satu-satunya solusi bagi Indonesia bahkan dunia. [].
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
https://heylink.me/AK_Channel/