JADILAH PENGEMBAN DAKWAH ISLAM, JANGAN MENJADI BUZZER - Tinta Media

Rabu, 05 Juli 2023

JADILAH PENGEMBAN DAKWAH ISLAM, JANGAN MENJADI BUZZER

Tinta Media - Saat musim Pilpres ini, semua pendukung capres, tak peduli dari kalangan awam maupun dari kalangan berilmu, semuanya berubah menjadi buzzer. Kenapa demikian? Karena mereka mengamalkan amalan sebagai buzzer.

Amal utama buzzer itu adalah untuk menampakkan keunggulan dan menutupi kelemahan. Jika digunakan untuk mempromosikan produk, maka buzzer ini akan berbusa-busa menjelaskan keunggulan produk dan tidak akan pernah menjelaskan cacat atau kekurangan produk.

Dalam konteks politik, buzzer adalah orang atau kumpulan orang yang mengkampanyekan tokoh politik tertentu dengan metode menampakan keunggulan tokoh sekaligus menutupi aib dan kekurangannya, sambil membongkar dan menunjukkan aib lawan. 

Memang ada buzzer yang dibayar, dikenal dengan buzzer Rp, dan ada buzzer biasa. Namun, prinsip kerja buzzer sama: menampakkan keunggulan, menyembunyikan aib.

Berbeda dengan buzzer adalah pengemban dakwah. Pengemban dakwah bekerja dengan metode amar ma'ruf dan nahi munkar. Setiap aib tokoh yang berbahaya bagi kehidupan umat, kehidupan berbangsa dan bernegara, dibongkar habis, bukan malah ditutupi.

Hal ini juga dilakukan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw saat di Mekkah. Saat itu, semua penduduk Mekkah nengelu-elukan Abu Lahab. Lalu turunlah surat Al Lahab, dan Rasulullah Saw membacakan surat Al Lahab untuk membongkar aib Abu Lahab yang membahayakan bagi umat.

Dakwah dilakukan dengan membongkar kejahatan penguasa baik asing maupun aseng, juga penguasa antek. Dakwah bersikap tegas, terbuka, tanpa basa basi, tanpa kompromi. Misalnya, membongkar kejahatan Luhut Panjaitan yang ingin melegalisasi kejahatan pembalakan liar dan lahan sawit ilegal, dengan modus pemutihan.

Saat ini, semua pendukung capres mengelu-elukan calonnya masing-masing. Tak ada yang berani membongkar aib calonnya, atau mendiamkan keunggulan calonnya. Semua bekerja menampakkan keunggulan calon sekaligus menutupi aib calon. Semua menjadi buzzer.

Dalam dakwah, tak ada perintah mengelu-elukan penguasa, menjilat penguasa, mengapresiasi penguasa, tokoh, dll. Dakwah fokus amar ma'ruf nahi mungkar, bukan menjadi penjilat.

Pengemban Dakwah beda dengan buzzer. Pengemban dakwah membela Islam, bukan membela tokoh.

Jadi, jangan samakan pengemban dakwah dengan buzzer. Sekarang, posisi anda menjadi pengemban dakwah atau buzzer? [].

Oleh: Ahmad Khozinudin 
Sastrawan Politik 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :