Islamofobia Racun dari Sekularisme - Tinta Media

Senin, 17 Juli 2023

Islamofobia Racun dari Sekularisme

Tinta Media - Sebagai seorang muslim, tentu sakit rasanya ketika agama, Allah, dan rasul-nya dihina dan dilecehkan. Seperti tidak habisnya, pelecehan terhadap agama Islam terus terulang dan semakin akut saja.

Terjadi lagi pembakaran Al-Qur'an di Swedia pada hari Rabu, tanggal 28 Juni 2023. Aksi ini dilakukan oleh Salwan Momika asal Irak. Hal ini terjadi dengan alasan kebebasan berekspresi. (BBCIndonesia.com)

Bentuk islamofobia ini tentu ada penyebabnya, melihat mereka yang menyuarakan kebencian terhadap Islam merupakan pengusung sekularisme yang berpandangan bahwa agama adalah musuh ketika mencampuri urusan kehidupan. 

Negara-negara Barat menjadikan sekuler sebagai bumbu untuk meracuni pemikiran siapa pun untuk memusuhi agama, terutama agama Islam. Mengapa Islam? Karena Allah telah mengabarkan tabiat para kafir penjajah dalam Al-Qur'an.

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rida kepadamu hingga kamu mengikuti milah mereka." (QS Al Baqarah: 120)

Wujud kebencian mereka tidak hanya sampai pada pembakaran Al-Qur'an dan penghinaan terhadap Allah dan rasul-Nya. Mereka juga berupaya untuk mencabut ajaran Islam dan akidahnya dari dada setiap kaum muslimin. Cara ampuh untuk melumpuhkan agama Islam pada setiap muslim adalah dengan menanamkan paham sekularisme.

Keberhasilan kafir Barat ini nampak pada setiap negeri-negeri muslim yang tidak lagi berpegang teguh pada tali agama Allah. Bahkan, mereka menjadi penyeru paham sekuler itu sendiri. Pantas saja, sekuler mampu menjadikan muslim benci pada ajaran agamanya dan menyuarakan islamofobia pula.

Negara ikut andil pada penyakit akut ini. Sebab, negaralah yang seharusnya membentengi rakyat dari pemikiran rusak Barat, bukan malah menjadi budak Barat untuk melayani mereka dan meng-iya-kan setiap titah mereka.

Sengguh menyedihkan, agama yang mulia dihinakan, tetapi tiada pembelaan. Kecaman demi kecaman dan protes juga sudah diajukan tetapi tidak ada perubahan. Beginilah ketika muslim hidup tanpa ideologi Islam yang diemban oleh negara.

Seperti singa yang sedang tertidur, kaum muslimin tidak sadar dan harus bangun sehingga memiliki satu kemimpinan yang menaungi dunia. Kepemimpinan itu adalah negara khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah.

Banyak sejarah menggambarkan kemuliaan negara Islam yang kala itu berhasil menguasai 2/3 dunia selama 13 abad lebih lamanya. Negara Islam mampu menjadi negara adidaya dan ditakuti oleh negara-negara kafir Barat. 

Syariah Islam adalah landasan bernegara dengan futuhut, yaitu pembebasan-pembebasan negara-negara yang dikuasai para raja dan penguasa kafir penjajah, termasuk pengaruh kekuatan negara Islam di Nusantara. 

Para wali yang diutus dari Turki Utsmani untuk membantu pengusiran penjajah Belanda di Aceh, juga yang memengaruhi semangat jihad dan spirit pada pada Raden Diponegoro.

Ini menjadi hikmah bahwa negara Islam tidak akan tinggal diam ketika kaum muslimin, agama Islam, Allah, dan rasul-nya dilecehkan, dihina maupun ditindas.

Mari berjuang bersama demi kembalinya kehidupan Islam dalam naungan khilafah sebagaimana janji Rasulullah saw. dalam bisyarahnya, agar tidak ada lagi penghinaan kepada agama Islam dan mencabut sekulerisme hingga akarnya.

"Tsunma takunu khilafatan 'ala minhajin nubuwwah." Kemudian akan kembali lagi khilafah yang sesuai dengan metode kenabian. (HR. Abu Dawud dan Nasa'i)
Allahu 'alam bishawab.

Oleh: Lestia Ningsih, S.Pd.
Sahabat Tinta Media

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :