Tinta Media - Sekelompok pemuda mengendarai sepeda motor secara ugal-ugalan dengan membawa senjata tajam di jalan raya Kampung Cinagreg, Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, (14/06/2023).
Dilansir dari detikJabar, polisi tak perlu waktu lama untuk menangkap keempat pemuda berusia 18-20 tahun berinisial IMY, YA, NZA, dan VA tersebut.
Aparat kepolisian menegaskan bahwa alasan empat pemuda melakukan aksi dengan senjata tajam dan mengacung-acungkan adalah untuk difoto, selfie, dan gaya-gayaan.
Akhirnya aksi keempat pemuda tersebut viral di medsos, meskipun bukan karena aksi gayanya, tetapi karena tertangkap aparat.
Realitas ini bukanlah hal pertama yang terjadi. Bahkan, sudah sering kita dengar kabar tentang aksi gaya-gayaan anak-anak muda zaman sekarang yang mengarah pada gangguan keamanan masyarakat, hingga membahayakan nyawanya sendiri dan berujung pada kematian.
Seperti seorang pemuda yang melakukan uji nyali dengan mencegat truk, yang akhirnya menabrak tubuhnya hingga tewas.
Mengapa hal-hal tersebut bisa terjadi? Keinginan eksis dalam diri manusia merupakan hal yang fitrah. Dalam masyarakat saat ini, bentuk eksistensi diri lebih menunjolkan sisi fisik dan gaya hidup hedon (mengagungkan pemenuhan aspek jasadiah/fisik).
Gaya hidup seperti ini lazim terbentuk dalam masyarakat yang menerapkan sistem kapitalisme-sekularisme liberalisme.
Sistem ini menjauhkan aturan agama dalam aspek kehidupan dan menjadikan tujuan kebahagiaan hidup adalah semata untuk meraih materi sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala macam cara.
Maka, adanya kemajuan teknologi saat ini dengan menghadirkan gadget dan digitalisasi di hampir seluruh aktivitas manusia, akhirnya digunakan sekadar untuk mengeksiskan diri dengan cara-cara yang jauh dari norma sosial, bahkan aturan agama.
Faktanya, aksi gaya-gayaan yang cenderung nyeleneh dan aneh karena berbeda dari yang lain, sering menjadi hal yang viral (terkenal) di jagat net, sehingga mendorong banyak orang, termasuk anak muda tergiur untuk melakukannya. Mereka membuat konten agar viral secara instan, dan mendapatkan uang.
Kegersangan spiritual telah merusak mereka semakin dalam, seiring dengan kerusakan kehidupan akibat penerapan sistem kapitalisme-sekularisme ini.
Paham yang merusak ini menyusup halus melalui kemajuan teknologi yang dikemas cantik sedemikian rupa, sehingga mampu menarik kaum muda dan potensinya untuk masuk ke dalamnya. Bahkan, mereka menjadi pengemban paham dan gaya hidup rusak tersebut tanpa disadari.
Gaya hidup bebas dan hedon ini semakin kuat ketika keluarga dan sekolah yang ada dalam kehidupan mereka juga sekularis-materialistis. Padahal, kaum muda merupakan generasi penerus umat Islam, yang notabene menjadi mayoritas di negeri Indonesia ini.
Lalu, bagaimana cara untuk menyelamatkan generasi umat ini?
Sebagai umat Islam, kita harus mengembalikan pemecahan masalah hidup pada Al-Qur'an dan as-sunah. Allah Swt. berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (TQS. At-Tahrim [66]: 6)
Dalam ayat tersebut Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk menyelamatkan diri dan keluarga kita dari siksa api neraka.
Aktivitas yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam rangka melakukan perintah tersebut adalah melalui amar makruf nahi mungkar (dakwah), yaitu akwah yang menjadikan akidah Islam dan syariat Islam sebagai standar benar-salah, senang-benci di dalam masyarakat.
Kecanggihan teknologi yang ada pada saat ini, dapat dimanfaatkan untuk membantu terwujudnya target dakwah di tengah masyarakat.
Melalui aplikasi-aplikasi yang ada di dunia maya, opini dan ide-ide Islam dapat disebar melalui konten-konten dakwah yang kreatif, baik dalam bentuk tulisan maupun video.
Target dakwah dalam rangka mewujudkan tiga pilar penerapan syariat Islam, yaitu:
Pertama, menjadikan umat Islam, termasuk kaum mudanya menjadi individu-individu muslim yang bertakwa, menjalankan seluruh perintah Allah dan meninggalkan seluruh larangan Allah.
Kedua, adanya kontrol masyarakat, saling peduli antar-anggota masyarakat, semata-mata dalam rangka ketaatan kepada Allah Swt. melalui aktivitas amar makruf nahi mungkar.
Allah Swt. berfirman, "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS At-Taubah.[9]:71)
Ketiga, adanya negara yang menerapkan aturan Islam kaffah, salah satunya dalam menyelenggarakan pendidikan Islam berbasis akidah yang bertujuan membentuk kepribadian Islam, berpikir dan berperilaku sesuai dengan Islam.
Generasi yang dibentuk menjadi 'ibadush salihin (hamba yang saleh) sekaligus pencetus dan pengisi peradaban Islam, yang memajukan kehidupan umat dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk sains dan teknologi yang dihasilkannya.
Hal seperti ini pernah terjadi di masa-masa penerapan syariat Islam kaffah selama lebih dari 13 abad.
Peradaban Islam telah melahirkan para ilmuwan dan cendikiawan semisal:
1. Ibnu Sina, Ahli Kedokteran
yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern, ahli medis dengan berbagai karyanya yang fenomenal. Ia juga seorang ahli filsafat, sastra, musik, matematika, astronomi, filologi, geometri, metafisika, juga kimia, fisika, dan lainnya.
2. Al-Farabi, Ahli Filsafat
Saking populernya, banyak orang yang menyebutnya sebagai guru pertama dalam bidang filsafat. Ia juga menguasai ilmu agama, matematika, musik, pengobatan, dan sebagainya.
3. Ibnu Rusyd, Ahli Fikih
yang menguasai banyak bidang ilmu. Ia juga menguasai beberapa bidang ilmu lain, seperti kedokteran, astronomi, hingga sastra dan matematika.
4. Ibnu Khaldun, Bapak Sosiologi
Ia dikenal sebagai seorang sosiolog dan sejarawan, juga ahli ilmu ekonomi Islam.
5. Ibnu Haitsam, Bapak Optik Modern, menguasai ilmu optik semasa hidupnya, tokoh Islam yang mendapat julukan Bapak Optik Modern berkat pemikirannya tentang sistem kerja mata manusia.
6. Al-Ghazali, salah satu ulama besar yang lahir di masa kejayaan Islam yang menjadi rujukan para ulama.
Selain mereka, masih banyak lagi para ulama, ilmuwan, dan cendekiawan yang lahir dari peradaban Islam.
Masing-masing mengeluarkan karya yang luar biasa, yang dalam perkembangannya karya-karya mereka banyak yang menjadi cikal-bakal penemuan teknologi-teknologi modern yang digunakan hingga saat ini.
Tentunya jika ingin menghadirkan kembali sosok-sosok besar tersebut, kita harus menjadikan Islam sebagai sistem yang diterapkan dalam kancah kehidupan, sebagaimana dahulu.
Kita harus menorehkan kembali sejarah peradaban Islam yang agung, yang menjadikan umat Islam sebagai khairu ummah, sehingga dapat menyelamatkan umat manusia dan kehidupannya dari kerusakan, menjadi penuh rahmat dan keberkahan Allah Swt.
Wallahu'alam bish shawab.
Oleh: Nunung Nurhamida, Sahabat Tinta Media