Tinta Media - Hai Guys, bagaimana perasaanmu menyambut tahun ajaran baru? Semakin semangat atau malah pudar ditelan suramnya masa depan? Aku berharap, semoga kalian semakin membulatkan tekad untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu.
Semuanya semarak dalam menyambut tahun ajaran baru, membeli peralatan baru, semuanya serba baru, termasuk aku. Terlebih, tahun ini aku bakal masuk MAN yang suasananya berbeda jauh dari waktu di pondok kemarin.
Sebagian instansi pendidikan masuk sekolah pada pekan ini. Ada juga yang pekan depan, termasuk aku. Nah, sebenarnya apa tujuan kita menuntut ilmu? Untuk karir dan pekerjaan, atau hanya sekadar memenuhi permintaan orang tua?
Sebagian dari para siswa atau pelajar, cenderung tidak mengetahui apa sebenarnya tujuan mereka berangkat ke sekolah setiap hari. Mereka hanya mengikuti ritme atau kebiasaan yang telah dilakukan dari tahun ke tahun, tanpa memiliki alasan dan tujuan yang jelas. Kalaupun ada, sebagian besar dari mereka belajar atau menuntut ilmu hanya untuk karir atau pekerjaan di masa depan, hanya untuk sekadar kehidupan duniawi yang sebenarnya hanya sejenak kita lalui.
Dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 6416, kita seharusnya menjadikan diri sebagai orang asing atau musafir dalam menjalani kehidupan dunia ini, yang pasti akan kembali ke tempat asalnya, yaitu akhirat.
Sayangnya, keadaan saat ini, khususnya dunia pendidikan hanya menghasilkan generasi yang sebagian besar hanya bertujuan untuk kehidupan duniawi. Padahal, tujuan sebenarnya ketika menuntut ilmu adalah untuk mencari rida Allah semata, bukan mengharapkan pujian dari sesama manusia. Sehingga, harus diluruskan dulu niat kita ketika menimba ilmu agar tidak salah dalam melangkah.
Generasi muda seharusnya memiliki visi akhirat, karena tujuan akhir kita adalah surga. Sehingga, kita termasuk dalam salah satu di antara dua kebaikan, yakni hidup mulia atau mati syahid, hidup dengan syariat Islam secara kaffah atau mati syahid dalam rangka meninggikan kalimatullah di muka bumi.
Telah banyak contoh para pemuda atau remaja yang memiliki visi akhirat atau surga. Contoh paling fenomenal adalah Sultan Muhammad Al Fatih dari Turki Utsmani. Di usianya yang baru menginjak duapuluh satu tahun, beliau telah berhasil menaklukkan Konstantinopel yang kala itu masih dikuasai oleh Bizantium.
Ada juga pemuda di zaman Rasulullah yang ditunjuk sebagai panglima perang di usianya yang baru tujuh belas tahun. Meski masih sangat belia, tetapi Rasulullah telah memberinya amanah sebagai _amirul jihad_ atau pemimpin dalam sebuah peperangan. Dia adalah Usamah bin Zaid, orang kesayangan dari orang tua yang juga kesayangan Rasulullah saw., Zaid bin Haritsah.
Masih banyak lagi kisah para pemuda atau remaja yang hidupnya diisi dengan kegiatan yang bernilai akhirat. Ini karena mereka telah mengetahui bahwa kehidupan dunia ini fana dan hanya sementara, sedangkan kehidupan yang sesungguhnya adalah kelak di akhirat.
Sehingga, tujuan menuntut ilmu adalah untuk mengharapkan rida Allah Swt. semata. Karenanya, apa pun yang kita pelajari, selama tidak menyalahi syariat Islam, maka gunakan sebagai bentuk kontribusi dalam jalan dakwah, berharap, agar kelak Allah satukan kita dalam barisan para pejuang dan syuhada.
Wallahu a'lam bish shawwab
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
Santriwati Peduli Generasi Muda