Tinta Media - Mubalighah Ustadzah Iffah Ainur Rochmah menegaskan, sikap salah dan diamnya dunia Islam bisa menjadi sebab eksisnya penjajah Zionis Israel di Palestina.
“Boleh jadi suara kita yang salah, dan sikap diam serta sikap salah yang ditunjukkan oleh para penguasa-penguasa muslim itulah (yang menjadi) Iron Dome, kubah besi yang hakiki yang dimiliki oleh Zionis Israel,” ungkapnya dalam Muslimah Talk bertajuk “Peringatan Hari Nakba oleh PBB, Sinyal Solusi Terhadap Palestina?” Jumat (26/5/2023) di kanal Youtube Muslimah Media Center.
Ia menjelaskan, dunia Islam harus meluruskan sikap guna selesaikan problem Palestina.
Pertama, umat Islam harus menyadari bahwa problem mendasarnya adalah ketiadaan kesatuan politik umat Islam hari ini. "Umat yang bersatu di bawah naungan Khilafah itu sudah tiada lagi hari ini.
Dan kita bisa menyaksikan muncul beragam problem yang tidak bisa direspon oleh
para pemimpin-pemimpin di dunia Islam dengan respon sesuai petunjuk Islam," ungkapnya.
Kedua, tidak bergantung pada pihak manapun termasuk pada dunia internasional, termasuk PBB dan tawaran solusi dua negara, yaitu Israel dan Palestina hidup berdampingan.
"Seolah-olah itu sesuatu yang sangat
berat, dan PBB menunjukkan peta jalan menuju ke sana itu sesuatu yang sangat
berat ini adalah excuse minta
permakluman pada dunia. Padahal kalau solusi dua negara itu dipraktekkan
sebagaimana apa yang dikehendaki oleh promotor pendiri negara ilegal Israel, sesungguhnya ini sama saja
dengan kita menyerahkan tanah yang sudah dibebaskan dengan darah Syuhada kepada
Israel Laknatullah alaihim," bebernya.
"Mampukah kita berhujjah di hadapan Allah jika kita
menyokong atau membiarkan opini tentang solusi dua negara ini?" tanyanya.
Ketiga, membangun kesadaran publik bahwa akar masalah Palestina adalah ketiadaan pemimpin yang menjadi junnah. Sebagaimana diperintahkan oleh syariat, yakni Al Imam.
“Mereka akan tetap eksis, mereka akan tetap berada pada posisi bagaimana sekarang dianakemaskan oleh dunia kalau kita tidak bersuara dengan suara yang benar,” pungkasnya.[] Yung Eko Utomo