Ummu Wa Robbatul Bait dalam Jeratan Kapitalisme - Tinta Media

Minggu, 18 Juni 2023

Ummu Wa Robbatul Bait dalam Jeratan Kapitalisme

Tinta Media - Dalam kacamata Islam tentang pernikahan, seorang muslimah berkewajiban menjadi ummu wa rabbatul bait yakni menjadi seorang ibu dan pengurus rumah tangga. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., yang diriwayatkan oleh Imam Muslim; "Seorang wanita adalah pengurus rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengurusannya."

Namun sayangnya, jeratan kapitalisme dengan asas sekularisme yang menghujam di tengah kehidupan hari ini membuat peran muslimah makin terkikis. Perannya yang begitu mulia seakan sirna perlahan. Narasi-narasi liar yang digaungkan oleh feminisme berhasil membuat para muslimah yang menyandang titel sarjana maupun tidak, merasa malu hanya menjadi sosok ibu rumah tangga. Para muslimah digiring untuk menyibukkan diri bekerja di luar rumah demi menyandang status sebagai wanita karir. Karena ketika sudah menjadi wanita karir, ia akan merasa menjadi wanita mandiri tanpa harus menyusahkan keuangan suami. Tidak sedikit juga yang berujung dengan kesombongan, sampai ada yang merendahkan suaminya karena penghasilan yang didapat istri jauh lebih besar daripada penghasilan suami. Padahal dalam pandangan Islam semua kebutuhan istri adalah tanggung jawab suami. Maka, istri pun wajib bersikap qanaah dan ridha atas apa saja yang telah diberikan suami kepadanya.

Di sisi lain, banyak muslimah yang nasibnya kurang beruntung ketika sudah menikah, mereka harus bekerja di luar rumah bukan karena ingin menyandang status menjadi wanita karir melainkan benar-benar ingin membantu perekonomian keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Beban hidup yang berat ini berhasil membuat para muslimah dengan rela memikul peran ganda, menjadi tulang rusuk sekaligus tulang punggung keluarga.

Tidak bisa dimungkiri, dampak terburuk perempuan yang bekerja di dalam dan di luar rumah adalah stres yang berat hingga beban mental yang kuat. Tidak hanya lelah di badan namun lelah di pikiran juga turut dirasakan. Sehingga pelayanan dalam rumah tangga tidak maksimal. Keengganan melayani suami karena rasa lelah juga menjadikan bibit-bibit perselingkuhan dan perceraian. Terbukti jumlah kasus perceraian hari ke hari meningkat. Berdasarkan data Direktorat Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia per Juni 2023, data perceraian yang terkategori dalam putusan perdata mencapai 4.360.081 kasus. Tidak jarang karena istri yang abai dalam pelayanan terhadap suami, membuat suami gelap mata melakukan pelecehan seksual yang korbannya sendiri adalah anak kandungnya. Suami merasa tidak diperhatikan sementara istri merasa tidak kuat jika harus mengatur seluruh aktivis di dalam dan di luar rumah.

Kondisi anak-anak pun terbengkalai atau dalam pengasuhan orang lain, karena sosok guru di dalam rumah yakni ibu, sudah merasa lelah dengan beban pekerjaan. Bukan lagi yang dipikirkan adalah keluarga, melainkan materi dengan tujuan agar kebutuhan dan keinginan hidup terpenuhi. Sehingga lahirlah generasi yang miskin adab dan jauh dari Islam.

Dalam Islam, ibu adalah figur penting dalam menanamkan akidah dan adab kepada anak-anaknya agar tumbuh menjadi pemuda yang mencintai Islam dan dakwah. Jika ibu sudah rapuh dan kehilangan arah dalam pengasuhan, maka bisa dipastikan estafet peradaban juga lumpuh.

Jika ingin menghancurkan sebuah peradaban, maka rusaklah para wanitanya. Begitulah musuh-musuh Islam menancapkan jargonnya. Jeratan kapitalisme sekularisme yang diusung negara hari ini membuat muslimah terkungkung dengan hidup yang berat serta jauh dari agama. Negara pun belum sepenuhnya bertanggung jawab atas kondisi rumah tangga rakyatnya.

Menyikapi hal ini maka perlu adanya upaya dakwah pemikiran dari sekelompok orang untuk menyadarkan para muslimah agar kembali kepada fitrahnya sebagai ummu wa robbatul bait, dan dakwah juga tidak boleh berhenti sampai di sini. Pun, para pemegang kekuasaan juga harus disadarkan bahwa kerusakan sistem kapitalis sekularisme harus diganti dengan sistem Islam yang totalitas. Wallahua'lam.

Oleh: Reni Adelina 

Aktivis Muslimah

 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :