Tinta Media - Drama Minyakita kembali digelar. Banyak pedagang mengeluhkan pembatasan pembelian Minyakita, bahkan ada persyaratan bundling dalam setiap pembeliannya. Setiap pembelian Minyakita, disyaratkan membeli bahan pangan lain seperti beras (idxchannel.com, 9/6/2023).
Tak hanya itu, harga Minyakita di pasaran juga mahal dan jumlahnya sangat terbatas, tak mampu mencukupi jumlah yang dibutuhkan masyarakat secara umum. Semua masalah ini tentu saja menyulitkan para pedagang dan konsumen secara langsung.
Mau tak mau, kebanyakan pedagang membanderol dengan harga tinggi karena kelangkaan barang, sedangkan permintaan terus meningkat.
Dilansir dari katadata.co.id (2/6/2023), harga Minyakita di pasar tradisional Jakarta mencapai Rp16.000 per liter, sedangkan harga eceran tertinggi yang ditetapkan Menteri Perdagangan adalah Rp14.000 per liter. Ketersediaan Minyakita di Pasar Pondok Labu Jakarta Selatan, masih ada tetapi jumlahnya tak banyak.
Mandulnya Regulasi Negara dalam Pengaturan Distribusi
Sejak awal diproduksinya, Minyakita ditujukan untuk menstabilkan harga minyak goreng yang menjulang tinggi. Pemerintah mengklaim bahwa Minyakita merupakan solusi pengadaan minyak goreng yang murah dan dapat dijangkau kalangan rakyat kecil. Namun, faktanya jauh dari harapan.
Keadaan di lapangan menunjukkan adanya kesalahan dalam penetapan regulasi distribusi Minyakita. Distribusi Minyakita justru ditunggangi oknum-oknum tak bertanggung jawab yang hanya mencari keuntungan materi tanpa mempedulikan keadaan rakyat yang kalang-kabut dalam memenuhi kebutuhan minyak harian.
Lemahnya kontrol pemerintah pun menciptakan kondisi demikian sehingga harga Minyakita melebihi harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.
Inilah bukti bahwa negara hanya mampu sebagai pembuat kebijakan saja, tanpa mampu mengendalikan distribusi Minyakita di pasar. Alhasil, pasokan barang pun berhasil "dimainkan" oleh para kartel yang hanya berorientasi pada keuntungan materi. Tak menutup kemungkinan juga, terjadi penimbunan barang di lapang.
Semua kondisi ini mencerminkan bahwa negara lemah dalam pengawasan distribusi barang. Pemimpin yang terlahir dari sistem rusak ini pun tak mampu mengurusi urusan umat dengan seadil-adilnya karena paradigma sistem yang batil.
Sesuai hadis Rasulullah saw., yang artinya:
"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin." (HR. Muslim).
Inilah fakta yang diakibatkan dari penerapan sistem sekulerisme kapitalistik, sistem yang menjauhkan aturan agama dalam mengurusi rakyat. Keuntungan duniawi dijadikan orientasi utama dalam pelaksanaannya. Akibatnya, rakyat yang tertimpa derita. Sudah selayaknya, sistem rusak ini dicampakkan kemudian menggantinya dengan sistem yang amanah dan adil memosisikan rakyat.
Islam Menjamin Distribusi yang Merata
Masalah distribusi selalu menjadi persoalan yang tak pernah berhenti. Pun demikian adanya dengan fakta distribusi Minyakita. Paradigma Islam memberikan konsep yang adil dalam mengatur urusan rakyat. Distribusi menjadi masalah kunci dalam pengadaan barang di lapang. Inilah yang menjadi titik rawan yang sering kali dimanfaatkan para opportunis.
Islam memberikan aturan yang tegas dalam hal distribusi. Negara ideologis bersistemkan Islam, yaitu Khilafah Islamiyyah, senantiasa menjadikan setiap urusan rakyat sebagai prioritas utama. Aturan pengadaan atau distribusi barang diatur dalam kebijakan tegas. Aturan ini ditetapkan demi menjamin kontinuitas barang sehingga rakyat mudah mengakses barang dengan harga yang terjangkau.
Khilafah Islamiyyah menetapkan ketegasan dan ketatnya pengawasan negara. Semua dilakukan sebagai bentuk ketaatan pada syariat Islam dan menjadikan rakyat sebagai amanah utama yang harus dijamin kehidupannya.
Pelaku kartel dibabat habis hingga akhirnya negara benar-benar mampu mengawasi dan mengendalikan pasar sesuai kepentingan rakyat. Kehidupan rakyat pun terjaga secara menyeluruh dalam memenuhi seluruh kebutuhannya.
Inilah sempurnanya Islam dalam mengatur kehidupan karena pondasi utamanya berpijak pada syariat Islam yang menjamin rahmat bagi seluruh umat.
Wallahu a'lam bisshawwab
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor