Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyebutkan, meskipun Recep Tayyip Erdogan kembali memenangkan pemilihan pada pemilu Turki, bukan berarti sekularisme di Turki akan lenyap.
"Pemilu tahun 2023 ini merupakan yang ketiga kalinya dimenangkan Erdogan selama 20 tahun memerintah Turki. Kemenangan ini sekaligus menandakan sekularisme di Turki tidak akan lenyap," tuturnya dalam Program Aspirasi: Erdogan Menang, Sekularisme Akan Dilenyapkan? Senin (29/5/2023) di kanal YouTube Justice Monitor.
Ia mengatakan, Recep Tayyip Erdogan dengan partai AKP nya bukanlah partai Islam. "Berdasarkan sejarahnya partai ini tidak pernah meletakkan dasarnya sebagai partai yang berbasis kepada agama, sehingga kemenangan ini tetap akan menjadikan Turki sekuler," ujarnya.
Menurutnya, sekularisme Erdogan dan AKP-nya yang berbasis sosial berkeadilan, tidak berbasis keagamaan. Berbeda dengan sekularis kemalis, sekularis Kemalis adalah merupakan provokasi terang - terangan permusuhan terhadap perasaan kaum muslimin karena kebenciannya terhadap Islam dengan segala keangkuhan dan kekejaman Mustafa kemal.
"Sistem pemerintahan sekularisme Erdogan sama saja dengan sekularisme Kemal, keduanya sama sama mendewakan manusia, dan menjadikan manusia sebagai pembuat hukum," jelasnya.
Kuatnya sekularisme di Turki, kata Agung, dikarenakan Recep Tayyip Erdogan memimpin Turki semodel dengan pemerintahan Amerika.
Erdogan menjadikan militer di bawah pengawasan masyarakat atau warga sipil, yang menjadi imbalannya mereka secara aktif bekerja untuk melindungi kepentingan rezim yang sedang berkuasa.
"Realitas menggambarkan sekularisme nyatanya baik yang datang dari Eropa maupun Amerika merupakan sumber masalah manusia. Sekularisme yang menjadi penyebab dari semua problem dan krisis manusia," tegasnya.
Jadi, ujar Agung, sekularisme inilah yang menciptakan bencana, malapetaka, kesengsaraan, perselisihan, kerusuhan, penembakan massal dan pembunuhan yang sangat menghantui kehidupan publik saat ini[] Pakas Abu Raghib