Tinta Media Pembina Himpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) Prof. Dr. Ing Fahmi Amhar membeberkan, penguasa tidak peduli pada permasalahan rakyat, tapi hanya peduli bagaimana cara menguras kekayaan rakyat selagi masih berkuasa.
"Sehingga memang kalau kita berpikir seperti itu, memang jadi negarawan nggak bisa tidur nyenyak. Tapi kalau usahawan kan nggak peduli. Sekarang mumpung berkuasa ngapain gitu? Apa yang bisa kita kuras dari negeri ini," ungkapnya pada live streaming bertema Jokowi Buka Keran Ekspor Pasir Laut, Pulau Kecil Tenggelam, Demi Apa? Senin (12/6/2023) di laman YouTube PAKTA Channel.
Ia menambahkan, kalau bermental usahawan negara, nanti kalau presiden baru, musim panceklik nanti, persoalannya rakyat tidak akan bisa melakukan apa-apa.
"Jadi mungkin ya presiden doesn't read what he sign. Dia dulu ngomong sendiri kan, "I don't read what I sign. Itu kalau dibaca semua capek lah. UU Cipta Kerja itu berapa? Tiga ribu halaman. Siapa yang kuat baca itu? Jadi biar jadi sudah pada diparaf ya. Menteri-menteri sudah paraf, bawa ke DPR. Menteri-menteri sudah paraf, selesailah," kesalnya.
Bahkan, sambungnya, penguasa akan menitikberatkan kesalahan mereka kepada rakyat dengan menyebut bahwa rakyat yang salah karena telah memilih mereka sebagai wakilnya.
"Ini ditanggung rakyat yang milih gitu jadinya. Itulah konyolnya di sistem ini. Jadi kita hanya dimanfaatkan oleh segelintir orang yang punya akses pada kekuasaan dan mereka punya legalisasi," pungkasnya. [] Wafi