Tinta Media - Beberapa hari terakhir, dunia sosial media sedang ramai terkait konser Coldplay di Indonesia. Coldplay merupakan band beraliran poprock yang berasal dari Inggris. Sebagai salah satu band yang terkenal, rencananya mereka akan menggelar konser di Stadion Utama GBK, Jakarta, pada Rabu, 15 November 2023 mendatang. Harga tiketnya pun dijual dengan harga yang fantastis. Tiket paling mahal dijual dengan harga Rp11.000.000, belum termasuk pajaknya. Tiket yang termurah sebesar Rp800.000 yang menjadi Rp960.000 setelah dikenakan pajak.
Euphoria masyarakat menyambut konser Coldplay sangatlah besar. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan tiket tersebut. Bahkan, mereka sampai rela untuk berutang ke pinjol (pinjaman online) dan menjual barang-barang untuk membeli tiket. Selain itu, hotel di sekitar GBK sudah penuh dibooking pada tanggal 15 November tersebut.
Apa yang terjadi saat ini merupakan efek dari globalisasi. Di era ini, terjadi perkembangan teknologi, informasi, dan transportasi yang begitu cepat. Globalisasi menyebabkan perubahan yang besar terhadap aspek kehidupan manusia.
Saat ini arus informasi menyebar tanpa melihat batas-batas wilayah. Hal ini bisa dirangkum dalam 3 hal, yaitu Food, Fashion, and Fun.
Food atau makanan. Apa yang dimakan oleh orang di suatu negara saat ini, bisa juga dinikmati oleh orang di negara lain. Contohnya McD, Mixue, KFC, Starbuck, dsb.
Fashion atau pakaian. Melalui berbagai media sosial kita bisa mengetahui model pakaian yang menjadi tren saat ini. Fenomena thrifting atau membeli baju-baju bekas impor yang bermerk namun harganya miring kini sangat marak.
Fun atau Hiburan. Film-film Barat, drama korea bisa ditonton dengan mudah saat ini. Konser musik saat ini juga menjamur di Indonesia. Saat ini masyarakat diaruskan untuk mengikuti tren yang ada. Jika tidak mengikuti, maka kita dianggap sebagai orang yang ketinggalan zaman, kuno, aneh, katrok, dsb.
Lihat saja, tidak semua orang yang membeli tiket konser Coldplay merupakan fans aslinya. Bisa jadi mereka membeli tiket tersebut hanya ikut-ikutan atau yang biasa kita sebut sebagai FOMO (Fear Of Missing Out), yaitu rasa takut “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas tertentu.
Arus globalisasi mengakibatkan Gaya hidup konsumerisme. Masyarakat dituntut untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk bisa membeli barang-barang yang lagi tren, yaitu barang-barang yang sebenarnya bukan kebutuhan, tetapi keinginan. Mereka membeli karena murah, padahal bukan kebutuhan yang belum tahu akan dipakai kapan.
Masyarakat pun juga diuntungkan dengan berbagai e-wallet yang bisa memberikan kredit atau pinjaman.
Gaya hidup hedonisme juga menghantui masyarakat sekarang. Masyarakat rela merogoh kocek dalam-dalam hanya untuk membeli tiket. Suasana bahagia bisa menyanyi, dilengkapi lighting yang mendukung menjadi sesuatu yang dianggap layak diperjuangkan. Bahkan, ada yang memandang bahwa menonton konser Coldplay adalah self reward karena sudah bekerja keras selama ini. Menonton Coldplay merupaakan kesempatan sekali seumur hidup, uang bisa dicari yang penting happy, astaghfirullah.
Sebagai seorang muslim, bagaimanakah seharusnya kita bersikap? Menaati syariat Islam adalah kewajiban bagi setiap muslim. Tujuan dari segala aktivitas yang dilakukan adalah untuk mencapai rida Allah.
Standar bahagia manusia adalah halal dan haram. Padahal, dalam konser terjadi ikhtilat (campur baur laki-laki perempuan) yang dilarang dalam Islam. Selain itu, jika membeli tiket lewat pinjaman online, maka sangat memungkinkan terjadi riba.
Ramainya orang-orang yang menonton, sangat memungkinkan bagi mereka ada yang melalaikan salat.
Sayangnya, meskipun banyak kemaksiatan yang bisa terjadi saat kita menonton konser, penguasa negeri ini malah mendukung agar konser berjalan, dengan alasan peningkatan ekonomi.
Jikalau penguasa negeri ini memang benar-benar ingin agar generasi mudanya menjadi generasi yang berkarakter dan bermoral, maka sudah saatnya penguasa mengatur rakyatnya dengan keimanan yang ada dalam hatinya. Mereka tidak akan mombolehkan aktivitas yang ada keharaman di dalamnya, seperti ikhtilat.Menstandarkan aturan pada apa yang ada di Al-Quran dan Sunnah.
Oleh: Elda Widya Indriah. K., S.Si.
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta