Tinta Media - Bupati Bandung Dadang Supriatna merencanakan untuk membuat program "Pemuda berkarakter P5 dan berakhlak mulia". Rencana itu disampaikan pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2023 lalu. Di antara tujuan dibuatnya program tersebut adalah untuk mewujudkan pribadi generasi yang memiliki karakter teladan serta akhlak yang mulia.
Jika ditelisik, program seperti ini bukanlah hal baru dan sudah sering dicanangkan dan dibuat oleh pemerintah, termasuk dalam kurikulum pendidikan sekolah. Namun, sampai saat ini belum ada satu pun program yang terealisasikan dengan baik, hingga mewujudkan hasil yang ditargetkan. Bahkan, realitas yang ada manunjukkan bahwa hal tersebut tidak menimbulkan efek sama sekali bagi generasi.
Buktinya, sekarang ini kita menemukan kacaunya moral anak bangsa, termasuk pemuda. Tindakan mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial di masyarakat, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai agama, mulai dari dekadensi moral berupa kenakalan remaja, semisal maraknya pergaulan dan seks bebas, tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba dan konsumsi miras, serta masih banyak lagi. Hal-hal tersebut terus terjadi hingga tak jarang masuk dalam tindak kejahatan, semisal aborsi akibat hamil di luar nikah, prostitusi, hingga pembunuhan.
Mengapa hal tersebut terjadi pada kaum muda di negeri ini?
Mereka bersikap bebas tanpa arah, melabrak semua nilai-nilai yang ada, tanpa merasa malu atau takut akan dosa. Ini menunjukkan bahwa permasalahan kaum muda di negeri ini sudah sangat parah.
Sejatinya karakter manusia akan dibentuk oleh sistem hidup yang melingkupinya. Sudah sejak lama negeri ini diatur oleh sistem yang membentuk karakter manusianya menjadi manusia yang berperilaku bebas dan serba boleh. Itulah sistem kapitalisme-sekularisme.
Sistem ini berasaskan manfaat, dengan orientasi hidup semata untuk mencari kebahagian materi dan jasadiyah, termasuk dalam orientasi pendidikannya. Pelajar diarahkan agar menjadi pribadi yang materialistik. Tolak ukur kesuksesan mereka adalah pencapaian materi yang mereka miliki. Perbuatan mereka pun tertuju pada hal-hal yang bersifat materi duniawi.
Dengan mengikuti arus zaman yang begitu keras, menjadikan budaya Barat sebagai kiblat perbuatan mereka dan meninggalkan nilai-nilai agama. Standar perbuatan tidak lagi dilandaskan kepada halal-haram, tetapi kepada hawa nafsu manusia. Ditambah lagi, generasi saat ini telah teracuni dengan budaya-budaya asing, semakin memperburuk karakter mereka, baik secara mental maupun pemikiran.
Adapun dilihat dari aspek sanksi, hukuman yang mereka dapatkan ketika melakukan tindak kriminalitas, tidak memberi efek jera. Bahkan, mereka bisa bebas dari hukum jika masih terkategori anak, yaitu di bawah usia 18 tahun. Inilah mengapa semakin banyak pelaku kejahatan, termasuk kaum muda, yang masih dengan leluasa melakukan tindakannya.
Tidak adanya benteng dalam diri kaum muda, menyebabkan mereka saat ini begitu rapuh hingga disebut dengan "generasi strawberry". Oleh karena itu, pada diri pemuda dibutuhkan suatu perlindungan yang kuat untuk menjaga moral mereka dan meningkatkan kualitas diri mereka, yang berasas pada sesuatu yang kokoh dan menancap kuat dalam diri mereka.
Asas tersebut adalah akidah (keimanan) terhadap Islam, yang menjadi pondasi bagi seorang muslim untuk berpikir dan bertingkah laku, sehingga tampak dalam dirinya kepribadian Islam yang agung. Melalui persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang berarti tiada satu pun yang layak disembah kecuali Allah. Seorang muslim menjadikan hidupnya semata untuk menaati hukum-hukum Allah dalam segala hal. Standar halal-haram menjadi tolak ukur perbuatannya dan keridaan Allah Swt. menjadi tujuan tertinggi dalam kehidupannya.
Maka, dengan penerapan aturan Islam di semua aspek kehidupan, terbukti kaum muslimin mampu memecahkan segala permasalahan. Dari sini, terwujudnya pribadi-pribadi Islam di tengah masyarakat akan menjadi keniscayaan dalam bingkai sebuah institusi negara Islam yang disebut dengan khilafah.
Sejak awal penerapan syariat Islam di Madinah oleh Rasulullah saw. hingga lebih 13 abad setelahnya, masyarakat Islam telah melahirkan sosok-sosok berkarakter kuat yang memimpin sebuah peradaban Islam yang maju dan agung, dipelopori oleh Rasulullah saw., para Khulafaur Rasyidin, Umar bin Abdul 'Aziz, Harun al-Rasyid, Shalahuddin Al Ayyubi, Sulaiman Al Qonuni, hingga Sultan Muhammad Al-Fatih yang fenomenal, dan masih banyak lagi.
Karakter mereka sebagai pemimpin Islam telah membentuk karakter umat Islam sebagai khairu ummah, yaitu melalui penerapan Islam kaffah di dalam negeri dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Allah Swt. berfirman:
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan dari manusia, yang menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar..." (TQS. Ali-Imran: 110)
Inilah karakter hakiki generasi muda Islam.
Wallahu'alam bish shawab
Oleh: Isnaeni Nur Azizah
Sahabat Tinta Media