Tinta Media - Menanggapi pertanyaan tentang AI (Artificial Intelligence), Direktur INS Institute M. Yanuar mengatakan bahwa sebagai sebuah teknologi yang bebas nilai, AI bisa bermanfaat atau beresiko.
"AI
ini adalah sebuah teknologi. Namanya teknologi adalah bebas nilai. Dia tidak
terikat oleh ideologi atau peradaban apapun. Disebut juga madaniyah ‘aam.
Sehingga bisa bermanfaat atau bisa beresiko,"
Menurutnya, AI atau Artificial Intellegent, yang dalam bahasa Indonesia artinya kecerdasan buatan, sebenarnya sistem komputer yang diprogram agar dapat mengerjakan pekerjaan manusia, yang dilakukan oleh manusia. Terutama pekerjaan yang berhubungan dengan kecerdasan. "Sebagai contoh melakukan analisa, pengambilan keputusan, asisten dan lain sebagainya," ujarnya.
Ia menyebutkan AI tergantung
inputnya, kemudian juga tergantung siapa yang menggunakan dan untuk apa
digunakan.
“Sebagaimana akal, bahwa akal itu
untuk berpikir butuh maklumat (sabiqah atau informasi terdahulu). AI pun juga
butuh input agar dapat menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan,”
jelasnya.
Ia menambahkan, kalau semakin
banyak inputnya maka dia akan semakin bagus. Intinya semakin cerdas. "Tapi kalau
AI tidak memiliki input maka takkan bisa menjawab pertanyaan," tegasnya.
Kemudian, kata Yanuar, informasi tersebut juga harus benar, sehingga menghasilkan hasil yang benar. Jika informasinya salah, maka hasilnya salah.
"Misal ketika menginputkan informasi bahwa LGBT itu
kodrat maka mungkin nanti hasilnya akan mengatakan LGBT itu kodrat. Kalau
inputnya benar bahwa ternyata itu bukan kodrat maka dia akan mengikuti,
hasilnya adalah benar,”
pungkasnya. [] Sofyan Zulkarnaen