Al Baqarah ayat 195, Guru Luthfi: Perintah Berinfak di Jalan Allah - Tinta Media

Senin, 26 Juni 2023

Al Baqarah ayat 195, Guru Luthfi: Perintah Berinfak di Jalan Allah

Tinta Media - Pengasuh Majelis Baitul Quran, Yayasan Tapin Mandiri Amanah Kalimantan Selatan, Guru H. Luthfi Hidayat mengungkapkan perintah berinfak di jalan Allah terdapat dalam Surat Al Baqarah ayat 195.

"Makna Surat Al Baqarah ayat 195 adalah mengandung perintah berinfak di jalan Allah dalam berbagai segi amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan dalam segi ketaatan," tuturnya dalam Program Jumat Bersama Al Quran: Infak Fi Sabilillah dan Jangan Menjatuhkan Diri Pada Kebinasaan, di kanal Youtube Majelis Baitul Quran, Jumat (16/6/2023).

“Terutama membelanjakan dan menginfakkan harta kekayaan untuk berperang melawan musuh serta memperkuat kaum muslimin atas musuh-musuhnya,” ungkapnya 

Renungan Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 195, disebutkan oleh Guru Luthfi dalam rangka gemar berinfak fi sabilillah (di jalan Allah), jangan menjatuhkan diri pada kebinasaan, dan senantiasa  berbuat baik di setiap perbuatan.

Allah SWT berfirman: 
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم: وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٩٥)                                                          
“Dan belanjakanlah (harta benda kalian) di jalan Allah, dan janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (TQS. Al Baqarah [2]: 195)

Ia mengatakan bahwa Imam Ibnu Katsir menjelaskan: Imam al-Bukhari  meriwayatkan dari Hudzaifah, yang menyatakan turunnya  ayat tersebut berkenaan dengan masalah infak.

Selain itu dikatakan al-Laits bin Sa’ad meriwayatkan dari Yazid bin Abi Habib, dari Aslam Abi Imran, menyatakan ada seseorang dari kaum muhajirin di Konstantinopel menyerang barisan musuh hingga mengoyak-ngoyak mereka, sedang bersama kami Abu Ayub al-Anshari. Beberapa orang berkata bahwa orang itu telah mencampakkan dirinya sendiri ke dalam kebinasaan.

Maka ia menuturkan perkataan dari Abu Ayyub ini tentang turunnya ayat tersebut, yakni kami lebih mengerti mengenai ayat ini. Sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami. Kami menjadi sahabat Rasulullah saw., bersama beliau kami mengalami peperangan, dan kami membela beliau.

“Dan ketika Islam telah tersebar unggul, kaum Anshar berkumpul untuk mengungkapkan suka cita. Lalu kami katakan, sesungguhnya Allah telah memuliakan kita sebagai sahabat dan pembela Nabi saw., sehingga Islam tersebar luas dan memiliki banyak penganut. Dan kita mengutamakan beliau daripada keluarga, harta kekayaan, dan anak-anak. Peperangan pun telah berakhir, maka sebaiknya kita kembali pulang kepada keluarga dan anak kita, menetap bersama mereka,” tuturnya.

Ia pun menerangkan penjelasan makna ayat ini dari Imam Muhammad Ali Ash Shabuni dalam tafsir beliau Shafwatu Tafasir: 
                                                                  وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Nafkahkanlah harta kalian untuk jihad di jalan Allah, dan dalam semua perbuatan yang dapat mendekatkan kalian kepada Allah, dan janganlah kalian kikir dalam menafkahkan sehingga menjatuhkan kalian dalam kebinasaan,” ujarnya.

Sedangkan Imam Al Qurthubi dalam tafsir beliau Al Jaami’ li Ahkamil Quran menekankan makna dari kalimat: Dan janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. Guru Luthfi menyebutkan maknanya sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Ayyub.
“Kita mengurus dan memperbaiki harta kita, namun kita meninggalkan jihad,” ucapnya.

Lalu menurut Hudzaifah bin Al Yaman, Ibnu Abbas, Ikrimah, Atha, Mujahid, dan mayoritas orang berkata, makna dari firman Allah pada kalimat tersebut adalah meninggalkan untuk berinfak (harta) di jalan Allah dan takut miskin.

Ia menuturkan perkataan As-Suddi untuk berinfak meskipun itu hanya tali. “Janganlah engkau menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan, di mana engkau mengatakan,  ‘Aku tidak mempunyai apapun’,” tuturnya.
Menurut Guru Luthfi ada juga pendapat lain dari makna kalimat tersebut, yakni janganlah kalian menginfakkan harta yang haram karena hal itu akan tertolak dari kalian, sehingga kalian akan binasa.

Ia mengatakan kalimat terakhir dari ayat ini: وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
“Imam Muhammad Ali Ash Shabuni menjelaskan maknanya bahwa berbuat baiklah dalam setiap perbuatan kalian sehingga Allah mencintai kalian, dan kalian tergolong sebagai kekasih-kekasih-Nya yang terdekat,” katanya.

Guru Luthfi mengingatkan dalam ayat ini selain perintah berinfak juga memberitahukan bahwa meninggalkan infak bagi orang yang terbiasa dan selalu berinfak berarti kebinasaan dan kehancuran baginya. 
“Dan juga bermakna perintah untuk berbuat baik yang merupakan tingkatan ketaatan tertinggi,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :