Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menyebut setidaknya ada tiga hal untuk menumbuhkan optimisme umat agar mereka tergerak untuk berjuang demi kejayaan Islam.
“Pertama, pemahaman tauhid atau akidah. Kemenangan itu adalah sesuatu yang kalau kita bicara berdasarkan tauhid, merupakan bagian dari nashrullah (pertolongan Allah),” ungkapnya di Bedah Media Umat: Ramai-Ramai Copras Capres, di Mana Posisi Umat? Melalui kanal You Tube Media Umat, Ahad (8/5/2023).
UIY memberikan contoh bagaimana pertolongan Allah itu selalu hadir dalam banyak peperangan di awal-awal berjalannya risalah Islam yang semuanya dalam posisi outnumber (melebihi jumlah).
“Perang Badar itu 313 lawan 900-an, sudah begitu 313 itu untanya cukup 70, kudanya cuman dua baju besinya 6, pedangnya cuma 8. Sementara lawan 900 dan dengan perbekalan dan perlengkapan yang sangat memadai,” ucap UIY memberikan contoh.
UIY melanjutkan, di perang Uhud 1000 lawan 3000, perang Khondaq 2000-2500 lawan 10.000, perang Mu’tah lebih dahsyat lagi 5.000 lawan 250.000, penaklukan Andalusia 5000-an lawan 100.000.
“Nah jika didasarkan kepada rasionalitas semata maka pasti umat itu akan dalam posisi pesimis. Tapi di situlah peranan keyakinan atau keimanan kepada Allah Swt. bahwa secara madiah boleh saja umat Islam itu kalah tetapi sepanjang ada akidah maka umat Islam itu memiliki kekuatan ruhiyah, kekuatan maknawiyah yang tumbuh dari akidah,” terangnya.
Membangun optimisme, jelas UIY harus ditanamkan keyakinan kepada Allah bahwa perjuangan itu jalan kemuliaan.
“Apapun hasilnya, kita selalu akan mendapatkan kebaikan. Kalau dalam bahasa Al-Quran itu seperti husnayain (dua kebaikan). Jadi orang berjihad itu menang bagus kalah pun mati syahid,” tandasnya.
Kedua, sebut UIY, dengan pertolongan Allah Swt. sesuatu yang tampaknya tidak mungkin itu menjadi mungkin. Ia memberikan contoh bagaimana Musa bisa mengalahkan Fira’un itu karena pertolongan Allah Swt.
Ketiga, bahwa semua itu berjalan menuju sunnatullah. "Artinya Fira’un memang tenggelam tetapi karena dia ngejar Musa. Jadi harus ada Musa, kalau tidak ada Musa, Fir’aun tidak akan ngejar apapun. Artinya harus ada sunnatullah yaitu melawan kezaliman rezim yang penuh angkara murka,” bebernya.
Umat lanjutnya, harus berjuang, tertib, disiplin, istiqomah, sabar, hand in hand (bergandengan tangan) dengan tokoh dan ormas atau kelompok-kelompok Islam yang lain, dengan penuh keteguhan tidak mudah tergoda.
“Ini hari godaan itu luar biasa. Peran tokoh sangat penting dalam membangun optimisme di tengah umat, menjadi penerang di tengah kegelapan situasi politik, ekonomi dan sebagainya,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun