Tinta Media - Kampanye penolakan politik identitas oleh Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) yang mengatasnamakan warga Jember, bahkan Jawa Timur dinilai Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) untuk mengalihkan perhatian publik pada persoalan sesungguhnya yang menimpa negeri ini.
"Itu satu jenis operasi yang pada intinya itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian publik dari persoalan yang sesungguhnya terjadi atau yang menimpa negeri kita ini," ungkapnya dalam live: Lagi!! Kampanye Tolak Politik Identitas, Khilafah, Intoleransi, dan Terorisme??!! Di kanal YouTube PKAD, Senin (8/5/2023)
Ia mengungkit bahwa negeri ini sedang menghadapi banyak sekali masalah. Dan masalah yang paling utama itu berpangku kepada yang selama ini menjadi keprihatinan semua orang yaitu korupsi.
"Karena korupsi ini yang kemudian menjadi pangkal dari munculnya ketidakadilan, ketidakadilan politik, ketidakadilan publik, ketidakadilan hukum, ketidakadilan sosial, dan lain sebagainya," alibinya.
Bahkan, ia juga kecewa dengan politik hari ini yang mana orang yang salah tidak disalahkan, dan yang tidak salah disalahkan. Dan semua itu berpangkal dari korupsi, korupsi di dunia peradilan. Begitu juga korupsi bidang ekonomi membuat akhirnya yang mestinya menjadi hak rakyat diberikan kepada konglomerat dan sebagainya.
"Tapi rezim tidak menginginkan bahwa publik itu menyorot atau melayangkan pandangannya ke soal ini. Sebab jika ini terus disorot, maka ini akan menjadi bahaya besar bagi rezim," ungkapnya.
Karena menurutnya, rezim ini sedang membangun satu legitimasi. Legitimasi untuk melanjutkan kekuasaan yang gagal dengan narasi tiga periode ataupun perpanjangan pemilu. Karenanya, penguasa merancang penguasa berikutnya yang searah dengan kepentingan politik, ekonomi, dan ideologi dengan rezim yang ada saat ini.
"Jika rezim ini dianggap gagal karena terbongkar skandal-skandal korupsi, bahkan dalam skala yang sangat besar. Maka, itu akan berbahaya. Oleh karena itu, maka mereka melakukan apa yang disebut false flag tadi itu," jelasnya.
Jadi, Ustadz Ismail menuturkan bahwa itu merupakan usaha untuk mengalihkan perhatian publik kepada sesuatu yang sebenarnya bukan masalah atau tidak ril menjadi masalah. "Apa itu? Ya tadi radikalisme, terorisme, dan sebagainya," terangnya.
Ia pun meminta agar ditunjukkan kepadanya satu kasus saja yang itu dipicu oleh yang disebut radikalisme, jika itu korupsi. Korupsi yang dilakukan orang-orang yang disebut radikalisme pasti tidak akan ketemu. Sebab, yang kena ott, yang kena jaring itu justru orang-orang yang selama ini meneriakkan 'aku Indonesia, aku Pancasila', dan diantaranya yang kemudian campaign light.
"Jadi jelas sekali bahwa narasi anti radikalisme, dan sekarang ini anti politik identitas bahkan diseminarkan pada level yang cukup tinggi itu adalah, dalam konteks komunikasi, ini adalah operasi false flag," pungkasnya.[] Wafi