Tinta Media - Sobat. Kesuksesan menemukan yang paling penting dalam hidup menentukan kebahagiaan yang paling indah. Maka janganlah ragu tetapkan yang paling penting dalam hidupmu, lalu melangkah, raih kemenangan. Rasulullah SAW bersabda,
“ Tinggalkan apa-apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.” (HR at-Tirmidzi )
Allah SWT berfirman :
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran (3) : 159)
Sobat. Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam Perang Uhud sehingga menyebabkan kaum Muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.
Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum Muslimin patuh melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah itu karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum Muslimin selain Allah.
Sobat. Apa pun pilihanmu, yakini! Kita tak mungkin bisa menyenangkan semua orang.
Allah SWT berfiman :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” ( QS. Al-Hujurat (49) : 15 )
Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan hakikat iman yang sebenarnya yaitu bahwa orang-orang yang diakui mempunyai iman yang sungguh-sungguh hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, tanpa keragu-raguan sedikit pun dan tidak goyah pendiriannya apa pun yang dihadapi. Mereka menyerahkan harta dan jiwa dalam berjihad di jalan Allah semata-mata untuk mencapai keridaan-Nya.
Orang mukmin di dunia ada tiga golongan: pertama, orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu dan berjihad fi sabilillah dengan harta dan dirinya. Kedua, orang yang tidak mengganggu harta dan diri orang lain. Ketiga, orang yang mendapatkan kemuliaan ambisi, ia meninggalkannya karena Allah. (Riwayat Ahmad dari Abu Sa'id al-Khudri)
Mereka itulah orang-orang yang imannya diakui oleh Allah. Tidak seperti orang-orang Arab Badui itu yang hanya mengucapkan beriman dengan lidah belaka, sedangkan hati mereka kosong karena mereka masuk Islam itu hanya karena takut akan tebasan pedang, hanya sekadar untuk mengamankan jiwa dan harta bendanya.
Sobat. Prioritaskan pilihanmu. Kita perlu belajar bagaimana menempatkan prioritas amal sehingga semua bisa ditunaikan dengan optimal : Prioritaskan ilmu atas amal, dahulukan pemahaman atas hafalan, dahulukan kualitas atas kuantitas, dahulukan amal kontinyu atas yang putus-putus, dahulukan kepentingan umum atas pribadi, perioritaskan yang lama manfaatnya, prioritaskan yang luas manfaatnya, prioritaskan yang paling penting, wajib atas sunnah, dahulukan yang langgeng atas yang sesat, dahulukan amal hati atas amal anggota badan, mendahulukan yang pokok atas yang cabang.
Sobat. Dalam dakwah ada prioritas amal yang lebih penting sebelum yang lainnya. Keteladanan sebelum dakwah, dekatkan hati sebelum mengenalkan, kenalkan sebelum memberi beban, bebani secara bertahap. Berpikir prioritas adalah kebiasaan positif. Tidak mau sibuk dengan hal-hal yang remeh dan tercela.
Sobat. Zerokan hatimu, netralkan hatimu dengan mengingat Allah, berdzikir dan Istighfar. Rasulullah SAW bersabda, “ Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yakni kematian.” (HR. at-Trmidzi )
Sobat. Usia kita selalu bertambah, prestasi apa yang menyejarah? Setiap melangkah, sudahkah ilmu kita berbuah berkah? Banyak cara untuk bahagia. Bahagiakan diri dengan amal yang bermanfaat. Saat berbuat baik, kita bahagia, percaya diri, termotivasi untuk memproduksi kebaikan demi kebaikan.
Allah SWT berfirman :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( QS. Ar-Ra’du (13) : 28 )
Sobat. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang baik, dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukannya.
Sobat. Ketika kita telah menemukan dan memilih jalan yang benar maka fokuskanlah langkahmu. Mengambil apa yang sesuai kemampuan. Karena jalani dengan sepenuh keridhaan agar dapat merasakan kenikmatan sepanjang perjalanan.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual