Tinta Media - Banjir masih merendam beberapa daerah di Kabupaten Bandung, seperti Dayeuhkolot, Baleendah, Margahayu, dan Bojongsoang jika hujan besar terjadi. Bupati Bandung, Dadang Supriatna, membenarkan hal itu. Namun menurutnya, banjir pada tahun lalu berbeda dengan sekarang, mulai dari luasnya daerah yang terdampak dan kecepatan surutnya, jika dibandingkan 5 tahun sebelumnya,
Diakui bahwa kondisi banjir memang berkurang. Dari yang asalnya 4000 hektar yang terendam banjir, sekarang hanya sekitar 1000 hektara dari keseluruhan wilayah yang terdampak banjir.
Untuk menanggulangi banjir, Dadang mengusulkan 5 danau untuk dibangun di wilayah Tegalluar dan responnya sudah langsung ditangani secara khusus karena ini memang suatu kebutuhan. (TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG)
Masalah banjir bak santapan rutin bagi warga Kabupaten Bandung di daerah Bojongsoang, Margahayu, Dayeuhkolot dan Baleendah setiap tahunnya. Setiap hujan deras datang, pasti banjir akan merendam. Itu sudah menjadi hal biasa.
Masyarakat pun sudah merasa tidak aneh lagi dengan banjir yang selalu melanda. Berbagai upaya pun telah dilakukan sejak dulu, mulai dari pembuatan danau resapan, pembersihan saluran air, dan sebagainya. Namun, faktanya tidak ada perubahan yang berarti, justru yang tadinya tidak terdampak, sekarang ikut terdampak. Itu menandakan bahwa masalah banjir adalah masalah yang harus diselesaikan dengan sistemik karena penyebab banjir juga akibat sistem sekuler liberal yang diterapkan hari ini.
Apa sebenarnya akar masalah penyebab banjir yang tak kunjung usai?
Ketika ditelaah, dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya banjir bukan semata karena adanya curah hujan yang tinggi ataupun faktor alam yang biasa terjadi. Namun, ada andil dari manusia yang menjadi penyebab rusaknya lingkungan dan tata kelola lahan.
Padahal, Allah telah berfirman,
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf: 85).
Adalah sistem kapitalisme liberal yang menjadi akar permasalahan karena telah melahirkan paham liberalisasi yang mengakibatkan manusia bebas mengeksploitasi sumber daya alam secara brutal tanpa memikirkan akibatnya.
Mereka hanya memikirkan manfaat dan keuntungan sebanyak-banyaknya. Para pengusaha konglomerat yang punya modal dengan bebas mengeruk hasil tambang dan juga mengalihfungsikan lahan dengan membangun kawasan industri, perumahan, perkantoran, dan lain- lain. Mereka bebas karena memiliki modal dan rakyat kecil yang sudah pasti terkena imbasnya.
Mereka (pengusaha) hanya memikirkan keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan akibatnya. Kemudian juga penebangan hutan secara liar yang mengakibatkan hutan menjadi kurang daya serapnya.
Semua itu berimbas pada keharmonisan lingkungan yang asri menjadi lingkungan yang rusak, ditambah lagi dengan penanganan limbah yang sembarangan. Minimnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan dan bahaya banjir menambah parah keadaan, seperti membuang sampah seenaknya ke sungai-sungai. Itu salah satu penyebab yang menghantarkan pada bencana seperti banjir dan lain-lain.
Kita menyadari bahwasanya hujan itu nikmat dari Allah Swt. yang harus kita syukuri. Hanya saja, terjadinya banjir itu memang bukan semata-mata karena curah hujan yang tinggi, tetapi manusia punya andil besar sebagai penyebabnya.
Ketika permasalahannya adalah akibat sistem, maka solusinya juga harus secara sistemik. Pembangunan 5 (lima) danau buatan atau sepuluh sekalipun tak kan mampu menyelesaikan masalah banjir yang ada, dan bukan merupakan solusi yang mendasar, tapi justru menimbulkan masalah baru. Selama sistem yang diterapkan masih berlandaskan kapitalisme liberal, maka sungguh jauh panggang dari api.
Seharusnya manusia sadar dengan teguran yang Allah berikan akibat ulah manusia itu sendiri, yaitu dengan berbagai aktivitas dan perbuatan yang menimbulkan berbagai kerusakan lingkungan sehingga mengakibatkan terjadinya banjir. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali mengambil Islam sebagai satu-satunya solusi permasalahan ini.
Islam datang sebagai pengatur dan pemecah segala problematika kehidupan. Sudah pasti Islam mampu menyejahterakan dan memberi kemaslahatan bagi seluruh alam.
Aturan ini tidak ada dalam sistem kapitalisme.
Islam juga mengatur kepemilikan sumber daya alam secara rinci sehingga tidak akan ada kebebasan eksploitasi sumber daya alam tersebut. Keharmonisan lingkungan selalu terjaga sehingga minim terjadi kerusakan lingkungan yang bisa mengakibatkan terjadinya banjir dan bencana lainnya.
Islam akan mengelola lingkungan sesuai kebutuhan dan tidak berlebih-lebihan dalam membangun lahan. Semua akan bisa terwujud dengan adanya sebuah institusi negara yang bisa menerapkan syariat Islam secara kaffah di setiap aspek kehidupan. Itulah sempurnanya sistem Islam yang sudah berabad-abad lamanya dan tercatat dalam tinta emas dan menguasai 1/3 dunia.
Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media